Dalam rangka menyambut Hari Jadi Tabloid BIAS yang ke 15, segenap redaksi Wartawan BIAS menggadakan beberapa agenda yang diselenggarakan dalam waktu dekat. Salah satunya adalah menggunjunggi Makam Pahlawan di Taman Wijaya Brata, Sabtu 09 Oktober 2010, pukul 15.00. Usai Ziarah kubur Redaksi Tabloid BIAS mengadakan Bakti Sosial (BAKSOS) di sepanjang jalan TMP Wijaya Brata hingga TMP Kusumanegara. Setiap staf redaksi Tabloid BIAS membagikan makanan kepada para tukang becak, dan beberapa penjual di pinggir jalan.
Ziarah Kubur ini merupakan salah satu Serangkaian agenda Acara dalam menyambut Hari Ulang tahun Tablooid BIAS ke-15 yang jatuh pada 28 Oktober. Ziarah Kubur dimulai dengan foto Bersama, kemudian melakukan Upacara singkat yang di Pimpin oleh Dwi Suyono, pemimpin Redaksi Tabloid BIAS. Kemudian di Pimpin oleh YB. Margontoro selaku kepala Redaksi Tabloid BIAS.
Seusai upacara, tanda penghormatan kepada Sang Pahlawan Bangsa, dilanjutkan dengan berdoa untuk Ki Hajar Dewantara dan Nyi Hajar Dewantara (Istri Ki Hajar Dewantoro). Yang dimakamkan saling berdekatan. Kemudian disusul dengan Tabur bunga seluruh Staf Redaksi Tabloid BIAS.
Tujuan diadakannya Ziarah kubur adalah untuk menghormati jasa-jasa mereka dalam perjuangan. Menghargai akan sejarah yang sangat bernilai artinya. Selain itu, ziarah kubur yang diikuti seluruh Staf Redaksi Tabloid BIAS untuk mengenang ulang dimana perjalanan sejarah Ki HAjar Dewantara merupakan suatu paradikma besar yang merubah Indonesia yang buta pendidikan menjadi Negara yang mengerti akan pendidikan.
Disisilain Sejarah Ki Hajar Dewantoro selain sebagai bapak Bangsa, beliau juga merupakan Wartawan muda yang Ulet. Tulisan-tulisannya aktif dalam organisasi sosial dan politik di media Masa. Media itu didirkan sendiri pula oleh Ki Hajar Dewantoro yang bernama “Boedi Oetomo” pada tahun 1908. Tidak heran tentang tulisan-tulisannya yang berbobot itu mendapatkan prokontra dan pihak lawan.
Semangat, Keuletan, dan Gaya Tulisan Ki Hajar Dewantoro ini bisa dijadikan landasan cermin pembelajaran untuk Wartawan Tabloid BIAS yang sebagian besar adalah seorang Pelajar SMA. Wartawan BIAS juga Akrab dengan dunia pendidikan. Diharapkan tulisan-tulisannya memberikan informasi baru tentang pengetahuan, syukur-syukur turut berpartisipasi dalam membawa perubahan pendidikan di Yogyakarta. Atau menjadi pelopor perubahan dalam cara pandang anak muda-mudi dalam pendidikan.
Ziarah sore itu sangat membekaskan pelajaran tentang makna bercermin kepada perjuangan Sang Pahlawan. Teman-teman wartawan tabloid bias dapat memahami makna dari suatu episode perjalanan menjadi seorang wartawan. Satu hal lagi yang ditekankan dalam ziarah kubur ke wijaya brata ini. Yaitu tentang artinya pendidikan.
Ki hajar Dewantoro dikenal bapak bangsa karena beliau benar-benar mengedepankan pendidikan. Tetapi yang menjadi permasalahannya sekarang adalah, seringkali para pelajar sekarang pendidikan adalah suatu hal yang mutlak. Dalam artian, Organisasi di luar sekolah di tinggalkan. Padahal jika mengaca pada perjuangan Ki Hajar Dewantoro, dia adalah aktifis di berbagai elemen. Mulai dari kemasyarakatan, politik hingga organisasi dalam kancah pendidikan. Sehingga Wacana yang dihadirkan oleh Ki Hajar Dewantara selalu bersifat menyeluruh karena sudut pandang dalam wacana yang dihadirkan tidak hanya dalam kacamata pendidikan saja, tetapi dari beberapa kacamata.
Tidak heran jika keberhasilan Ki Hajar Dewantoro dalam pendidikan ini menui kegemilangan. Karena cita-citanya dalam merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan didukung dengan adanya organisasi kemasyarakatan. Sehingga cakupan itu menjadi luas. (Elisa)
Diterbitkan oleh Tabloid BIAS edisi 6 2010
Sebuah blog yang menyampaikan informasi, pariwisata, kesehatan news, travelling, psikologi, cultural, profil, fotografi, fiksi, motivasi
Tuesday, December 7, 2010
Wednesday, September 8, 2010
BERPESAN LEWAT TULISAN
Terobsesi menjadi menjadi seorang penulis Buku, mengantarkan penulis kedunia jurnalistik. Perjalanan pertama kali menjadi Wartawan BIAS bukanlah perkara yang mudah. Jika banyak teman-teman yang suka menulis dan tidak mendapatkan kesempatan yang sama, hal ini mungkin dapat menimbulkan rasa iri.
Kembali kebelakang sebelum penulis tidak mengenal apa-apa tentang menulis. Pertamakali rasa ketertarikan penulis kedalam dunia menulis saat duduk di bangku SMP kelas 2 semeseter pertama. Istirahat pertama penulis duduk-duduk di perpustakaan sambil membaca sederetan judul buku di rak perpus. Satu buku yang mengelitik penulis saat itu, ketika melihat judul buku “Menulis dengan Emosi”.
Buku yang tebal itu penulis buka lembar demi lembar hingga buku itu khatam terbaca. Dibeberapa lembar halaman, penulis merinding membaca isi buku itu. Intinya bahwa, menulis itu suatu hal yang mulia. Saat itu penulis memutuskan untuk bercita-cita menjadi Penulis Buku yang membawa perubahan besar.
Ternyata menulis bukanlah perkara yang mudah saat itu. Karena penulis menyadari satu hal ini, maka penulis memutuskan dari yang terkecil. Yaitu membuat semacam target kecil untuk memulai menulis Buku. Target itu berbunyi “belajarlah menulis di surat kabar hingga di muat, setelah satu tulisan di muat, baru membuat buku”. Sampai sekarang pun penulis masih terapkan. Berkali-kali penulis menulis dan mengirimkan ke media cetak, berkali-kali itu pula tulisan yang terkirim tidak ada yang dimuat satupun.
Pernah cita-cita penulis di tentang oleh orang tua, karena penolakan ibu yang tidak percaya dengan kemampuan penulis. Maka penulispun ingin membuktikan kepada ibu. Mulai sejak itu penulis mulai mengumpulkan uang jajan untuk biaya ongkos kirim prangko, rela mengikat pinggang di sekolah. Penulis menulis pertamakali yang dikirimkan berupa puisi, yang dikirimkan ke media cetak terkenal di jogja.
Seminggu, sebulan, hingga ke tahun. Penulis menulis. Dari sekian banyak tulisan yang dikirimkan, tidak ada satupun yang di muat. Dua tahun proses ini berlanjut, hingga genaplah tahun ketiga, tepatnya ketika penulis duduk di bangku SMK kelas 2 Semester 2. siang hari di bulan Puasa sepulang sekolah, penulis melihat di antara sederet puisi, terdapat namaku di tepi bawah ujung dengan nama ”Elisa, siswi SMK Budhi Dharma Piyungan” dengan judul puisi ”Peradaban”.
Kejadian itu membuat ibu penulis menyetujui apa yang penulis inginkan. Hal ini memberikan motivasi untuk penulis meningkatkan satu tangga, menjadi dua tangga, yaitu ”Sebelum menulis Buku, harus berhasil meresensi buku dan di muat di surat kabar ternama”.
Beberapa hari setelah pemuat puisi pertamaku di Kedaulatan Rakyat, penulis mencoba salah satu kegiatan jurnalis di surat kabar. Pada hari ulang tahun ketika penulis sakit parah, mendapatkan berita bahwa penulis masuk ke dalam jaringan di Surat Kabar itu. Sejak itu penulis belajar tentang jurnalistik dan menulis beberapa tulisan fiksi di surat kabar tersebut dengan kontrak 3 bulan.
Ketika penulis berada di perpustakaan, penulis membaca tabloid BIAS yang terbit setiap sebulan sekali. Sejak mengenal tabloid ini, penulis mulai tertarik dan mengirimkannya, setiap tulisan-tulisan penulis ke tabloid BIAS pun sering di muat. Seiring berjalannya waktu, penulis di undang setiap rapat dan ikut rapat Tabloid BIAS, mulai saat itu penulis di angkat sebagai wartawan Tabloid BIAS.
Pengalaman ini penulis meningkatkan standar tangga ketiga yaitu ”Menjadi Jurnalis Profesionallah, dan carilah relasi yang banyak. Setelah mendapatkan banyak relasi dan mantap dengan gaya penulisan, Buatlah Buku segera!!!”. Tangga ketiga penulis masih gunakan hingga sekarang saat menjadi wartawan BIAS.
Penulis ingin pergi kemanapun ada kegiatan dan berita, mewawancarai langsung narasumber, bahkan terkadang harus mewawancari orang-orang yang mempunyai jabatan dan nama yang terhormat. Dari situ penulis menyadari bahwa menjadi Wartawan itu tidak mudah. Harus banyak mempelajari tentang kekuatan mental ketika mewawancari narsum. Tidak hanya sekedar mencari berita dan menulis. Menjadi wartawan juga di tuntut menguasai materi yang akan di tulis.
Yang lebih penting dari semuanya dari kehidupan penulis, penulis mendapatkan satu poin bahwa menjadi wartawan harus tahan banting. Sering-sering minta masukan yang pedas agar kualitas tulisan berbobot. Pantang menyerah dari segala halangan. Gigih dan berusaha semampunya dengan optimal.
Ketika teman-teman penulis bertanya alasan kenapa menjadi penulis, (entah itu penulis buku, berita, opini dan tulisan lain) adalah, penulis menulis karena panggilan dari hati. Karena penulis ingin mengungkapkan kata hati yang tidak tersampaikan lewat lisan. Ingin Memberikan perubahan, meski itu kecil. Setidak-tidaknya penulis menuliskan apa yang penulis ketahui melalui kertas agar semua pembaca yang belum mengerti bisa mengerti.
Dalam hal ini Penulis menyadari satu hal yaitu tidak pandai menyampaikan pendapat lewat lisan dan tingkah laku. Satu-satunya media yang enjoy penulis gunakan adalah menuliskan segala gagasan kedalam tulisan.
”Menulis selagi mampu. Walau isi tulisan itu sederhana, setidaknya jika jasadku sudah tiada, tulisan itu masih ada (barang satu) yang telah membaca tulisanku dan mengamalkanya dalam keseharian. Aku ingin membawa perubahan, tetapi aku tidak mampu merubah dengan skala besar. yang ku mampu hanya merubah dirisendiri dan menuangkan dalam tulisan sekedar menasehati dirisendiri pula”. (Elisa)
diterbitkan oleh : Tabloid BIAS
edisi 4, 2010
Kembali kebelakang sebelum penulis tidak mengenal apa-apa tentang menulis. Pertamakali rasa ketertarikan penulis kedalam dunia menulis saat duduk di bangku SMP kelas 2 semeseter pertama. Istirahat pertama penulis duduk-duduk di perpustakaan sambil membaca sederetan judul buku di rak perpus. Satu buku yang mengelitik penulis saat itu, ketika melihat judul buku “Menulis dengan Emosi”.
Buku yang tebal itu penulis buka lembar demi lembar hingga buku itu khatam terbaca. Dibeberapa lembar halaman, penulis merinding membaca isi buku itu. Intinya bahwa, menulis itu suatu hal yang mulia. Saat itu penulis memutuskan untuk bercita-cita menjadi Penulis Buku yang membawa perubahan besar.
Ternyata menulis bukanlah perkara yang mudah saat itu. Karena penulis menyadari satu hal ini, maka penulis memutuskan dari yang terkecil. Yaitu membuat semacam target kecil untuk memulai menulis Buku. Target itu berbunyi “belajarlah menulis di surat kabar hingga di muat, setelah satu tulisan di muat, baru membuat buku”. Sampai sekarang pun penulis masih terapkan. Berkali-kali penulis menulis dan mengirimkan ke media cetak, berkali-kali itu pula tulisan yang terkirim tidak ada yang dimuat satupun.
Pernah cita-cita penulis di tentang oleh orang tua, karena penolakan ibu yang tidak percaya dengan kemampuan penulis. Maka penulispun ingin membuktikan kepada ibu. Mulai sejak itu penulis mulai mengumpulkan uang jajan untuk biaya ongkos kirim prangko, rela mengikat pinggang di sekolah. Penulis menulis pertamakali yang dikirimkan berupa puisi, yang dikirimkan ke media cetak terkenal di jogja.
Seminggu, sebulan, hingga ke tahun. Penulis menulis. Dari sekian banyak tulisan yang dikirimkan, tidak ada satupun yang di muat. Dua tahun proses ini berlanjut, hingga genaplah tahun ketiga, tepatnya ketika penulis duduk di bangku SMK kelas 2 Semester 2. siang hari di bulan Puasa sepulang sekolah, penulis melihat di antara sederet puisi, terdapat namaku di tepi bawah ujung dengan nama ”Elisa, siswi SMK Budhi Dharma Piyungan” dengan judul puisi ”Peradaban”.
Kejadian itu membuat ibu penulis menyetujui apa yang penulis inginkan. Hal ini memberikan motivasi untuk penulis meningkatkan satu tangga, menjadi dua tangga, yaitu ”Sebelum menulis Buku, harus berhasil meresensi buku dan di muat di surat kabar ternama”.
Beberapa hari setelah pemuat puisi pertamaku di Kedaulatan Rakyat, penulis mencoba salah satu kegiatan jurnalis di surat kabar. Pada hari ulang tahun ketika penulis sakit parah, mendapatkan berita bahwa penulis masuk ke dalam jaringan di Surat Kabar itu. Sejak itu penulis belajar tentang jurnalistik dan menulis beberapa tulisan fiksi di surat kabar tersebut dengan kontrak 3 bulan.
Ketika penulis berada di perpustakaan, penulis membaca tabloid BIAS yang terbit setiap sebulan sekali. Sejak mengenal tabloid ini, penulis mulai tertarik dan mengirimkannya, setiap tulisan-tulisan penulis ke tabloid BIAS pun sering di muat. Seiring berjalannya waktu, penulis di undang setiap rapat dan ikut rapat Tabloid BIAS, mulai saat itu penulis di angkat sebagai wartawan Tabloid BIAS.
Pengalaman ini penulis meningkatkan standar tangga ketiga yaitu ”Menjadi Jurnalis Profesionallah, dan carilah relasi yang banyak. Setelah mendapatkan banyak relasi dan mantap dengan gaya penulisan, Buatlah Buku segera!!!”. Tangga ketiga penulis masih gunakan hingga sekarang saat menjadi wartawan BIAS.
Penulis ingin pergi kemanapun ada kegiatan dan berita, mewawancarai langsung narasumber, bahkan terkadang harus mewawancari orang-orang yang mempunyai jabatan dan nama yang terhormat. Dari situ penulis menyadari bahwa menjadi Wartawan itu tidak mudah. Harus banyak mempelajari tentang kekuatan mental ketika mewawancari narsum. Tidak hanya sekedar mencari berita dan menulis. Menjadi wartawan juga di tuntut menguasai materi yang akan di tulis.
Yang lebih penting dari semuanya dari kehidupan penulis, penulis mendapatkan satu poin bahwa menjadi wartawan harus tahan banting. Sering-sering minta masukan yang pedas agar kualitas tulisan berbobot. Pantang menyerah dari segala halangan. Gigih dan berusaha semampunya dengan optimal.
Ketika teman-teman penulis bertanya alasan kenapa menjadi penulis, (entah itu penulis buku, berita, opini dan tulisan lain) adalah, penulis menulis karena panggilan dari hati. Karena penulis ingin mengungkapkan kata hati yang tidak tersampaikan lewat lisan. Ingin Memberikan perubahan, meski itu kecil. Setidak-tidaknya penulis menuliskan apa yang penulis ketahui melalui kertas agar semua pembaca yang belum mengerti bisa mengerti.
Dalam hal ini Penulis menyadari satu hal yaitu tidak pandai menyampaikan pendapat lewat lisan dan tingkah laku. Satu-satunya media yang enjoy penulis gunakan adalah menuliskan segala gagasan kedalam tulisan.
”Menulis selagi mampu. Walau isi tulisan itu sederhana, setidaknya jika jasadku sudah tiada, tulisan itu masih ada (barang satu) yang telah membaca tulisanku dan mengamalkanya dalam keseharian. Aku ingin membawa perubahan, tetapi aku tidak mampu merubah dengan skala besar. yang ku mampu hanya merubah dirisendiri dan menuangkan dalam tulisan sekedar menasehati dirisendiri pula”. (Elisa)
diterbitkan oleh : Tabloid BIAS
edisi 4, 2010
Estetika Ruh
Biarkan mimpi datang di hati
Jangan kau hapus noda sendu
Bahwa pengorbanan,
Kegigihan,
Dan Usaha akan memberikan satu pelajaran
Hidup bukan hanya mengukir cinta
Tetapi mengukir estetika ruh mati menjadi hidup
Ketidakberdayaan menjadi bertenaga
Kegagalan langkah kesuksesan
Hapus airmata penyesalan
Sambutlah duka untuk kebahagian yang kekal
Tersenyumlah seperti fajar selepas hujan (Elisa)
diterbitkan oleh : Tabloid BIAS
Edisi 4, 2010
Jangan kau hapus noda sendu
Bahwa pengorbanan,
Kegigihan,
Dan Usaha akan memberikan satu pelajaran
Hidup bukan hanya mengukir cinta
Tetapi mengukir estetika ruh mati menjadi hidup
Ketidakberdayaan menjadi bertenaga
Kegagalan langkah kesuksesan
Hapus airmata penyesalan
Sambutlah duka untuk kebahagian yang kekal
Tersenyumlah seperti fajar selepas hujan (Elisa)
diterbitkan oleh : Tabloid BIAS
Edisi 4, 2010
Taman Pintar Memberikan Wadah Berkreasi untuk Bangsa
Sejarah berdirinya Taman pintar yang berada di Jalan Panembahan Senopati 1-3 Yogyakarta dulu merupakan area Shopping Center. Pada saat menjadi shopping center situasi di sekeliling sangat kotor dan kumu. Karena kekotoran dan kekumuhan tersebut muncullah ide untuk di adakan tempat bermain Taman pintar. Kemudian dilakukanlah pembangunan pertama dengan relokasi pada tahun 2004 pada triwulan pertama. Sedangkan sebelum pembangunan pada triwulan yang kedua.
Melalui beberapa proses panjang dengan pihak terkait, akhirnya terjadilah kesepakatan. pada senin 20 Desember 2004 dilakukan peletakan batu pertama Genung Taman Pintar. Pembangunan Taman Pintar ini di lakukan beberapa tahap. Tahap pertama adalah Gedung Oval, tempat bermain Play Group dan PAUD, di susul dengan gedung Kotak, gedung Memorabia.
Gedung Oval ini merupakan tempat wisata yang menyajikan banyak pengetahuan hingga tingkat mahasiswa. Di dalam gedung oval terdiri dari Akuarium air tawar, kehidupan prasejerah manusia, tentang fisika, matematika, kimia dan Tata Surya. Banyak para pelajar dan mahasiswa datang ke taman pintar karena tempat yang nyaman dan memadahi. Seperti adanya layanan hotspot area di depan gedung oval. Mereka dapat mencari data di sana secara gratis.
Tahap pembangunan Taman Pintar selanjutnya dari Gedung Oval adalah dilakukannya Soft opening satu oleh Mendiknas Prof. Dr. Bambang Sudibyo di Gedung Play Group dan PAUD pada 20 mei 2006. Di gedung PAUD ini anak-anak di sediakan beberapa permainan menarik. Anak-anak bebas mengekspresikan kemauan mereka di sana sesenang hati. Para orangtua pun juga tidak perlu takut, di dalam wahana ini sudah terjaga.
Setelah Soft Opening pertama untuk Play Group dan PAUD adalah pembangunan kedua oleh mendiknas dan Menristek Gedung Oval lantai satu dan dua dan Gedung Kotak lantai satu pada 9 Juni 2007. gedung ini diadakan pembangunan penyempurnaan.
Selain pembangunan gedung di Taman Pintar yang dihadiri oleh beberapa pertinggi. Di depan halaman taman pintar juga terdapat tapak tilas dari beberapa mantan presiden. Diantaranya tapak kaki dan tangan dari BJ. Habibie, Srisultan Hamengku buana X, Susilo Bambang Yudhoyono dll. Di halaman Taman Pintar juga terdapat semacam monumen yang bertuliskan nama-nama Presiden yang dulu pernah menjabat.
Taman Pintar adalah satu-satu tempat wisata di Yogyakarta dengan segala aspek pembelajaran. Taman Pintar tempat belajar yang menyenangkan. Tempat belajar yang mencakup semua umur. Mulai dari anak-anak, hingga dewasa, Khususnya untuk pelajar. Di taman pintar menawarkan kegitan seperti Workshop, Kontes Robot, Panggung Kreatifitas, permainan Tradisional, belajar bermain Biola secara gratis dll. Taman pintar juga menyewakan tempat untuk para pelajar yang ingin mengadakan kegiatan sekolah secara gratis.
Taman Pintar salah satu tempat wisata di Jogjakarta yang menawarkan wahana bermain yang memberikan secara detail tentang beberapa materi yang berada di dalam sekolah. Di Taman Pintar memberikan alasan dan bukti secara kongkrit, hal ini agar para pengunjung mengerti alasan sebab terjadinya proses itu (baik itu proses matematika, fisika, dan kimia).
Taman Pintar hadir di Jogjakarta ingin menegaskan bahwa di Jogjakarta memang layak untuk di jadikan kota Pelajar. Mengingat hal ini pula, pihak pengelola Taman Pintar Tahun depan juga di percaya menjadi tuan rumah dalam rangka Penelitian Ilmiah seindonesia. Karena pada kesehariannya setiap kali diadakan lomba tingkat Nasional tuan rumah bertempat di Ibu kota, untuk tahun ini Jogjakarta menjadi tuan rumahnya. (Elisa)
diterbitkan oleh : Tabloid BIAS
edisi 4, 2010
Melalui beberapa proses panjang dengan pihak terkait, akhirnya terjadilah kesepakatan. pada senin 20 Desember 2004 dilakukan peletakan batu pertama Genung Taman Pintar. Pembangunan Taman Pintar ini di lakukan beberapa tahap. Tahap pertama adalah Gedung Oval, tempat bermain Play Group dan PAUD, di susul dengan gedung Kotak, gedung Memorabia.
Gedung Oval ini merupakan tempat wisata yang menyajikan banyak pengetahuan hingga tingkat mahasiswa. Di dalam gedung oval terdiri dari Akuarium air tawar, kehidupan prasejerah manusia, tentang fisika, matematika, kimia dan Tata Surya. Banyak para pelajar dan mahasiswa datang ke taman pintar karena tempat yang nyaman dan memadahi. Seperti adanya layanan hotspot area di depan gedung oval. Mereka dapat mencari data di sana secara gratis.
Tahap pembangunan Taman Pintar selanjutnya dari Gedung Oval adalah dilakukannya Soft opening satu oleh Mendiknas Prof. Dr. Bambang Sudibyo di Gedung Play Group dan PAUD pada 20 mei 2006. Di gedung PAUD ini anak-anak di sediakan beberapa permainan menarik. Anak-anak bebas mengekspresikan kemauan mereka di sana sesenang hati. Para orangtua pun juga tidak perlu takut, di dalam wahana ini sudah terjaga.
Setelah Soft Opening pertama untuk Play Group dan PAUD adalah pembangunan kedua oleh mendiknas dan Menristek Gedung Oval lantai satu dan dua dan Gedung Kotak lantai satu pada 9 Juni 2007. gedung ini diadakan pembangunan penyempurnaan.
Selain pembangunan gedung di Taman Pintar yang dihadiri oleh beberapa pertinggi. Di depan halaman taman pintar juga terdapat tapak tilas dari beberapa mantan presiden. Diantaranya tapak kaki dan tangan dari BJ. Habibie, Srisultan Hamengku buana X, Susilo Bambang Yudhoyono dll. Di halaman Taman Pintar juga terdapat semacam monumen yang bertuliskan nama-nama Presiden yang dulu pernah menjabat.
Taman Pintar adalah satu-satu tempat wisata di Yogyakarta dengan segala aspek pembelajaran. Taman Pintar tempat belajar yang menyenangkan. Tempat belajar yang mencakup semua umur. Mulai dari anak-anak, hingga dewasa, Khususnya untuk pelajar. Di taman pintar menawarkan kegitan seperti Workshop, Kontes Robot, Panggung Kreatifitas, permainan Tradisional, belajar bermain Biola secara gratis dll. Taman pintar juga menyewakan tempat untuk para pelajar yang ingin mengadakan kegiatan sekolah secara gratis.
Taman Pintar salah satu tempat wisata di Jogjakarta yang menawarkan wahana bermain yang memberikan secara detail tentang beberapa materi yang berada di dalam sekolah. Di Taman Pintar memberikan alasan dan bukti secara kongkrit, hal ini agar para pengunjung mengerti alasan sebab terjadinya proses itu (baik itu proses matematika, fisika, dan kimia).
Taman Pintar hadir di Jogjakarta ingin menegaskan bahwa di Jogjakarta memang layak untuk di jadikan kota Pelajar. Mengingat hal ini pula, pihak pengelola Taman Pintar Tahun depan juga di percaya menjadi tuan rumah dalam rangka Penelitian Ilmiah seindonesia. Karena pada kesehariannya setiap kali diadakan lomba tingkat Nasional tuan rumah bertempat di Ibu kota, untuk tahun ini Jogjakarta menjadi tuan rumahnya. (Elisa)
diterbitkan oleh : Tabloid BIAS
edisi 4, 2010
Puluhan Kantong Darah di SMKN2 Yogyakarta Untuk Kodya
7 Agustus 2010 bertempat di UKS SMK N 2 Yogyakarta, jalan AM Sangaji 47 bersama PMR Unit yang berkantor di tegalgendu 25 Yogyakarta menyelenggarakan aksi Donor Darah. Diikuti oleh 45 pelajar kelas 2. Donor darah ini di mulai pukul 08.00 WIB.
Aksi donor darah di SMKN 2 Yogyakarta ini merupakan kegiatan tahunan yang di adakan setiap empat bulan sekali. Latar belakang di adakan Donor Darah ini untuk meningkatkan pelayanan dan kesehatan akan pentingnya donor darah untuk orang lain, karena satu kantong darah dapat menolong 3 orang. Tujuan lain untuk meningkatkan eksistensi organisasi PMR unit 40 SMKN 2 Yogyakarta, untuk pendataan Donor darah Sukarela serta untuk pendataan keluarga Donor Darah SMKN2 Yogyakarta.
Tutur Ketua Panitia Donor Darah Zico Abadi, Dasar diadakannya Donor Darah di SMKN 2 Yogyakarta ini menggunakan visi misi tujuh prinsip Palang Merah Indonesia. Hal yang lain merupakan salah satu rekomendasi dari UTD Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini juga salah satu dari Program Kerja untuk periode 2010-2011.
Menginggat sedikitnya stok darah, hasil donor darah SMKN2 Yogyakarta ini untuk menambah stock darah di kodya. Tidak semua orang juga yang dapat mendonorkan darah. Setiap pendonor darah minimal berusia 17 tahun, maksimal 60 tahun. Berat badan sekurang-kurangnya 50 kg, dengan tekanan darah sistolik 100-160 mmHg, sedangkan untuk distolik 60-100 mmHg. Hemoglobin darah paling sedikit 12,5 gram%.
Setiap pendonor sangat perlu memperhatikan kesehatannya, karena setiap pendonor yang menderita Hepatitis, sipilis, jantung, TBC, Diabetes, Tumor, Hati, Limpa Bengkak, tekanan darah tinggi/rendah, Spleneotomi, pecandu narkoba dan tidak terjangkit HIV/Aids. Jika penderita terjangkit salah satu penyakit yang di sebutan tersebut, si pendonor tidak di izinkan untuk menyumbangkan darah untuk keselamatan kedua belah pihak.
Donor darah merupakan salah satu cara untuk menjadikan tubuh menjadi sehat, sama seperti kita melakukan olah raga. Melakukan donor darah bermanfaat karena darah yang di ambil akan tumbuh unsur darah baru yang mengantikan darah yang terambil tadi, sehingga peredaran darah dalam tubuh menjadi fresh dengan darah baru. Selain itu, si pendonor terpantau kesehatannya, karena si pendonor sebelum melakukan donor darah diperiksa di laboratorium secara berkala. Karena donor darah, jika pendonor mengidap penyakit kita akan segera tahu secara gratis.
Dalam aksi donor darah di SMK N 2 Yogyakarta kemarin menuturkan kepada wartawan BIAS bahwa Palang Merah Indonesia menyediakan Tenga transfusi. PMI menerima panggilan untuk lembaga yang ingin menyalurkan aksi donor darah. Dengan beberapa syarat yaitu, mengajukan surat yang ditujukan ke UTDC PMI kota Yogykarta. Dengan calon pendonor minimal 25 orang, apabila kurang dari 25 orang bisa dilaksanakan di markas PMI kota Yogyakarta jln. Tegalgendu 25 yogyakarta. (Arip dan Elisa)
di terbitkan oleh : Tabloid BIAS
edisi 4, 2010
Aksi donor darah di SMKN 2 Yogyakarta ini merupakan kegiatan tahunan yang di adakan setiap empat bulan sekali. Latar belakang di adakan Donor Darah ini untuk meningkatkan pelayanan dan kesehatan akan pentingnya donor darah untuk orang lain, karena satu kantong darah dapat menolong 3 orang. Tujuan lain untuk meningkatkan eksistensi organisasi PMR unit 40 SMKN 2 Yogyakarta, untuk pendataan Donor darah Sukarela serta untuk pendataan keluarga Donor Darah SMKN2 Yogyakarta.
Tutur Ketua Panitia Donor Darah Zico Abadi, Dasar diadakannya Donor Darah di SMKN 2 Yogyakarta ini menggunakan visi misi tujuh prinsip Palang Merah Indonesia. Hal yang lain merupakan salah satu rekomendasi dari UTD Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini juga salah satu dari Program Kerja untuk periode 2010-2011.
Menginggat sedikitnya stok darah, hasil donor darah SMKN2 Yogyakarta ini untuk menambah stock darah di kodya. Tidak semua orang juga yang dapat mendonorkan darah. Setiap pendonor darah minimal berusia 17 tahun, maksimal 60 tahun. Berat badan sekurang-kurangnya 50 kg, dengan tekanan darah sistolik 100-160 mmHg, sedangkan untuk distolik 60-100 mmHg. Hemoglobin darah paling sedikit 12,5 gram%.
Setiap pendonor sangat perlu memperhatikan kesehatannya, karena setiap pendonor yang menderita Hepatitis, sipilis, jantung, TBC, Diabetes, Tumor, Hati, Limpa Bengkak, tekanan darah tinggi/rendah, Spleneotomi, pecandu narkoba dan tidak terjangkit HIV/Aids. Jika penderita terjangkit salah satu penyakit yang di sebutan tersebut, si pendonor tidak di izinkan untuk menyumbangkan darah untuk keselamatan kedua belah pihak.
Donor darah merupakan salah satu cara untuk menjadikan tubuh menjadi sehat, sama seperti kita melakukan olah raga. Melakukan donor darah bermanfaat karena darah yang di ambil akan tumbuh unsur darah baru yang mengantikan darah yang terambil tadi, sehingga peredaran darah dalam tubuh menjadi fresh dengan darah baru. Selain itu, si pendonor terpantau kesehatannya, karena si pendonor sebelum melakukan donor darah diperiksa di laboratorium secara berkala. Karena donor darah, jika pendonor mengidap penyakit kita akan segera tahu secara gratis.
Dalam aksi donor darah di SMK N 2 Yogyakarta kemarin menuturkan kepada wartawan BIAS bahwa Palang Merah Indonesia menyediakan Tenga transfusi. PMI menerima panggilan untuk lembaga yang ingin menyalurkan aksi donor darah. Dengan beberapa syarat yaitu, mengajukan surat yang ditujukan ke UTDC PMI kota Yogykarta. Dengan calon pendonor minimal 25 orang, apabila kurang dari 25 orang bisa dilaksanakan di markas PMI kota Yogyakarta jln. Tegalgendu 25 yogyakarta. (Arip dan Elisa)
di terbitkan oleh : Tabloid BIAS
edisi 4, 2010
Thursday, September 2, 2010
Batik Satu Bukti Sejarah Kitalah Taruhannya
![]() |
Foto : Ist |
Batik, khususnya batik Jogjakarta dahulu hanya dipergunakan oleh para bangsawan raja Mataram. Batik Parang Kesit misalnya, di gunakan oleh keturunan bangsawan Raja untuk “Putro Kakung”. Sedangkan Parang Klitik dikenakan oleh keturunan bangsawan Raja untuk “Putri Kakung”. Untuk Motif Parang Klitik bentuknya sama dengan motif Parang Rusak, hanya saja untuk motif Parang Klitik lebih kecil dari Parang Rusak. Seiring berjalannya waktu, diumumkan bahwa batik sudah diperbolehkan digunakan oleh semua kalangan. Mulai dari situlah batik di kenal indonesia, sebelum akhirnya konflik Indonesia dengan Malesia masalah Batik bergulir panas.
Konon Batik Parang Rusak di temukan di pantai Parangtritis dan Parang Kusumo. Dulu pernah ada Raja Jogja (namanya saya Lupa) bertapa, dalam pertapaan itu ia mendapatkan wangsint, melihat tebing di sekitar Pantai Selatan dari Kejauhan. Dari kejauhan, Lekukan pada batu itu membentuk sebuah gambaran yang terlihat indah. Karena itulah mulai muncul Batik. Sekarang ikut berkembangnya zaman, batik bermuncullan dengan berbagai makna filosofi.
MOS SMK Budhi Dharma Piyungan Berkunjung ke UD. Topo Hp
Kamis, 15 Juli 2010, Usai Masa Organisasi Sekolah (MOS). SMK Budhi Dharma Piyungan melakukan kunjungan Industri ke UD. Topo Hp yang berada di Pijenan, Wijirejo Pandak Bantul (Selatan Makam Sewu). Kunjungan industri ini Di ikuti oleh seluruh peserta MOS Di dampingi oleh beberapa Guru pengajar dan OSIS.
Sebelum berangkat melakukan kunjungan industri, mereka melakukan serangkailan latihan Upacara Bendera yang di bimbing oleh segenap pengurus OSIS di SMK Budhi Dharma Piyungan. Pukul 08.20, mereka menuju ke UD. Topo Hp dengan mengunakan Bus Pariwisata.
Sesampai di sana, mereka disambut baik oleh Pemilik UD. Topo Hp. Nama pemilik UD ini sama dengan nama UD Topo Hp, yaitu Pak Topo. Pemilik UD. Batik milik pak Topo ini merupakan usaha/warisan dari orang tua mereka. Batik di keluarga Pak Topo tidak boleh lepas, Batik sudah menjadi sebagian dari hidup Pak Topo dan keluarganya, ungkapnya.
Pak Topo ini bisa disebut sebagai dedengkot menjamurnya pengrajin Batik di kawasan Bantul, terutarama di Wijirejo. Karena Pak Topo, banyak teman-teman mengikuti jejaknya dibidang batik. Di sana peserta MOS SMK Budhi Dharma berinteraksi, dikenalkan tentang batik Jogja. Bagaimana cara memegang ”Canthing” (alat untuk membatik), cara pembuatan yang benar dan sesuai komposisi.
Dua perwakilan siswa diperbolehkan belajar membatik langsung, tentang bagaimana langkah awal memanaskan malam, menuangkan di atas kain. Langkah akhir pengrebusan, pembilasan sampai penjemuran selesai. Beberapa lagi ada yang pergi ke toko batik milik Pak Topo, ada pula yang melihat para pengrajin di sana yang sedang membatik tulis.
Para peserta MOS sangat antusias ketika mereka di ajak mengitari daerah Pijenan, Wijirejo yang memproduksi Batik. Beberapa meter dari UD. Banyak warga yang membatik di depan rumah mereka masing-masing. Di dekat rumah yang lain, ada berlembar-lembar Batik yang di jemur di halaman rumah.
Sebagian dari peserta MOS SMK Budhi Dharma berplencar. Mereka ada yang tertarik melihat dan mendatangi rumah-rumah warga yang sedang melakukan kegiatan membatik di halaman rumah mereka. Beberapa lagi ada yang terus melanjutkan perjalanan menuju rumah produksi Batik cap milik pak Topo, telaknya tidak jauh dari rumah produksi Batik Tulis.
Sudah sampai di rumah produksi Batik Cap milik Pak Topo. Di rumah produksi yang berukuran + 10x5 meter ini mempekerjakan sekitar 10 orang, khusus untuk yang memproduksi batik Cap. Alat yang di gunakan untuk batik cap sangat sederhana, bentuk dari cap Batik itu semacam cap stempel. Simple dan tidak kalah bagus dengan Batik Tulis.
***
Paska Gempa, Pak Topo menyelenggarakan diklat yang di ikuti oleh 15 orang pengrajin. Setiap masing-masing peserta diberi modal 2.000.000 untuk mendirikan usaha Batik. Sekarang Pengrajin Batik yang berada di bawah naungan UD. Topo Hp ini mendirikan sebuah organisasi Paguyuban Pengrajin Batik Wijimulyo (PPBW). Pelanggan Batik Pak Topo dari sabang sampai merauke, mereka memesan batik di tempat Pak Topo. Mulai dari Sumatra, Jambi, Riau, Samarinda, Sumedang. Semua motif batik ada di sana, kecuali motif NTT yang sampai sekarang belum masuk.
Tujuan Pak Topo menggadakan diklat tersebut untuk menyalurkan semua pengetahuan tentang membatik kepada generasi muda. Ilmu yang tidak diamalkan tidak akan berguna, dengan cara membagikan ilmu seperti ini akan bermanfaat untuk semua. Pak Topo juga membuka lebar-lebar kepada siapa saja yang ingin tau tentang Batik datang ke rumahnya, Pak Topo tidak akan menyembunyikan ilmu yang di dapat untuk kepentingan sendiri.
Dua paragraf terakir inilah yang di sampaikan Pak Topo kepada peserta MOS SMK Budhi Dharma. Memberikan garis besar kepada peserta MOS, bahwa Kepintaran yang tidak dibagikan justru merugikan, dan sebaliknya. Tidak ada salahnya berbaik hati dan berbagi untuk kepentingan bersama. (Elisa)
diterbitkan oleh Tabloid BIAS,
edisi 3 2010
Sebelum berangkat melakukan kunjungan industri, mereka melakukan serangkailan latihan Upacara Bendera yang di bimbing oleh segenap pengurus OSIS di SMK Budhi Dharma Piyungan. Pukul 08.20, mereka menuju ke UD. Topo Hp dengan mengunakan Bus Pariwisata.
Sesampai di sana, mereka disambut baik oleh Pemilik UD. Topo Hp. Nama pemilik UD ini sama dengan nama UD Topo Hp, yaitu Pak Topo. Pemilik UD. Batik milik pak Topo ini merupakan usaha/warisan dari orang tua mereka. Batik di keluarga Pak Topo tidak boleh lepas, Batik sudah menjadi sebagian dari hidup Pak Topo dan keluarganya, ungkapnya.
Pak Topo ini bisa disebut sebagai dedengkot menjamurnya pengrajin Batik di kawasan Bantul, terutarama di Wijirejo. Karena Pak Topo, banyak teman-teman mengikuti jejaknya dibidang batik. Di sana peserta MOS SMK Budhi Dharma berinteraksi, dikenalkan tentang batik Jogja. Bagaimana cara memegang ”Canthing” (alat untuk membatik), cara pembuatan yang benar dan sesuai komposisi.
Dua perwakilan siswa diperbolehkan belajar membatik langsung, tentang bagaimana langkah awal memanaskan malam, menuangkan di atas kain. Langkah akhir pengrebusan, pembilasan sampai penjemuran selesai. Beberapa lagi ada yang pergi ke toko batik milik Pak Topo, ada pula yang melihat para pengrajin di sana yang sedang membatik tulis.
Para peserta MOS sangat antusias ketika mereka di ajak mengitari daerah Pijenan, Wijirejo yang memproduksi Batik. Beberapa meter dari UD. Banyak warga yang membatik di depan rumah mereka masing-masing. Di dekat rumah yang lain, ada berlembar-lembar Batik yang di jemur di halaman rumah.
Sebagian dari peserta MOS SMK Budhi Dharma berplencar. Mereka ada yang tertarik melihat dan mendatangi rumah-rumah warga yang sedang melakukan kegiatan membatik di halaman rumah mereka. Beberapa lagi ada yang terus melanjutkan perjalanan menuju rumah produksi Batik cap milik pak Topo, telaknya tidak jauh dari rumah produksi Batik Tulis.
Sudah sampai di rumah produksi Batik Cap milik Pak Topo. Di rumah produksi yang berukuran + 10x5 meter ini mempekerjakan sekitar 10 orang, khusus untuk yang memproduksi batik Cap. Alat yang di gunakan untuk batik cap sangat sederhana, bentuk dari cap Batik itu semacam cap stempel. Simple dan tidak kalah bagus dengan Batik Tulis.
***
Paska Gempa, Pak Topo menyelenggarakan diklat yang di ikuti oleh 15 orang pengrajin. Setiap masing-masing peserta diberi modal 2.000.000 untuk mendirikan usaha Batik. Sekarang Pengrajin Batik yang berada di bawah naungan UD. Topo Hp ini mendirikan sebuah organisasi Paguyuban Pengrajin Batik Wijimulyo (PPBW). Pelanggan Batik Pak Topo dari sabang sampai merauke, mereka memesan batik di tempat Pak Topo. Mulai dari Sumatra, Jambi, Riau, Samarinda, Sumedang. Semua motif batik ada di sana, kecuali motif NTT yang sampai sekarang belum masuk.
Tujuan Pak Topo menggadakan diklat tersebut untuk menyalurkan semua pengetahuan tentang membatik kepada generasi muda. Ilmu yang tidak diamalkan tidak akan berguna, dengan cara membagikan ilmu seperti ini akan bermanfaat untuk semua. Pak Topo juga membuka lebar-lebar kepada siapa saja yang ingin tau tentang Batik datang ke rumahnya, Pak Topo tidak akan menyembunyikan ilmu yang di dapat untuk kepentingan sendiri.
Dua paragraf terakir inilah yang di sampaikan Pak Topo kepada peserta MOS SMK Budhi Dharma. Memberikan garis besar kepada peserta MOS, bahwa Kepintaran yang tidak dibagikan justru merugikan, dan sebaliknya. Tidak ada salahnya berbaik hati dan berbagi untuk kepentingan bersama. (Elisa)
diterbitkan oleh Tabloid BIAS,
edisi 3 2010
Ada rahasia di lekukan Benteng Vendeberg
Foto : Elisa |
Berdiri di pertigaan jalan, Uzik menatap bola mata kosong anak-anak yang berbaju kumal di sebrang jalan. Mereka menuntun sepeda renta yang di boncengi anak kecil. Rambut berponi dan keriwil sebahu.
Memboncengkan adiknya berumur 4 tahun. Yah, selisihnya hanya dua tahun saja. Siang itu memang sedang panas, di tambah puluhan asap kendaraan yang selalu menjadi bahan dasar make up para kaum adam dan hawa dalam beraktivitas.
Cara berpakaian anak-anak yang hidup di perkotaan semacam itu membuat uzik terpaku. Tiba-tiba hati berdegub kencang. Bulu kuduk berdiri. Sejurus kemudian tangan kanannya meraih leher belakang yang merinding segera menghilang.
***
“Kali ini apa yang akan di katakan padaku. Baru seminggu datang ke rumah, sudah mengajak bertemu empat mata”. Bisik Uzik ketika melintasi trotoar.
Sore ini jalan malioboro ramai. Terbukti sepanjang jalan malioboro banyak parkir motor, di ruas jalan juga berjejalan laju kendaraan. Tetapi ribuan penggunjung tidak juga mengusik pikiran uzik yang diselimuti tandatanya besar.
Beberapa Lampu tua telah di lewatinya. Orang-orang yang menjajakan sandang pangan berangsur-angsur berkurang. di bawah pohon beringin, terlihat ibu separuh baya dengan menggunakan baju biru duduk di bawah pohon ringin besar. Beliau tengah mengamati setiap jengkal benteng vendeberg. Sesekali melihat laju kendaran yang semakin beringas.
Uzik semakin mempercepat langkah. Menghampiri ibu itu dan duduk di dekatnya dengan beberapa sapaan hangat. Walau sebenarnya sulit uzik lakukan bersikap manis di hadapannya.
“Uzik sudah datang?”. Tanya Ibu Mariam
Uzik hanya menganggukan pelan dangan senyuman terpaksa.
Angin beralun sepoi-sepoi. Dedaunan bergesek. Menjatuhkan dedaunan. Terkapar di sepanjang jalan setapak, dan disekitar peristirahatan. Tidak ada yang memungut dan menyingkirkan daun itu. Semua orang acuh.
***
Angin tiba-tiba berhenti. Petir mengoyak kilatan cahaya yang tengah dirundung mendung tebal. Uzik mematung. Tetap diam dalam duduknya. Seluruh rambutnya berdiri ke atas, siap mencakar tetes-tetes hujan lebat yang hendak turun. Wajahnya yang kuning langsat, seketika merah padam.
Sebenarnya ingin sekali uzik mengeluarkan kata-kata kepada ibu mariam. Banyak, bahkan lebih dari 10 kalimat yang ingin uzik tanyakan untuk memastikan jawaban. Entah mengapa Kata-katanya terborgol oleh liur. Lidah kaku membeku.
“…….. Begitulah cerita sebenarnya”. Jelas bu Mariam
Mariam melihat mata gadis yang sedang duduk di kelas tiga SMA itu. Mata ibu mariam menatap dengan seksama. Nampak jelas di kantung matanya menyimpan butiran air mata yang di tahan.
“Apakah Ini jawaban atas kegelisahanku sejak keberangkatanku ke sini. Haruskah aku mendengarkan semua cerita ini. Bagaimana dengan ayah dan ibu yang selama ini membesarkanku. Dia adalah pelita cinta, pelita yang senantiasa menyuguhkan bumbu-bumbu manis di setiap harapku”. Batin Uzik dalam kediamannya.
Entah nafas dari mana, Uzik mengatakan kalimat yang membuat Ibu mariam tidak mampu mengatakan satupan kalimat untuk membujuk Uzik memihak alasannya.
***
“Duhai ibu. Ceritakan apa yang terjadi selama ini. sungguh aku tidak rela jika aku harus ikut dengan ibu mariam. Benarkah bibi mariam dari jakarta itu benar ibuku?”. Tanya uzik.
Ibu hanya mengangguk pelan. Wajahnya muram menahan isak tangis air mata. Kata-kata yang ingin keluar dari bibir keriputnya hingga tak mampu untuk di gerakan menjelaskan suatu berita.
“Duhai putriku sayang. Waktu dapat merubah segalanya. Dewasalah dalam rahmat dan kasih sayang sang pencipta. Inilah cara terbaik tuhan menguji kita. Terutama kamu. Jangan kau salahkan ibu kandungmu, terimalah dia tanpa amarah. Alasan yang di katakan ibumu hari ini memang benar apa adanya. Dulu kau adalah anak dari hubungan gelap dari lelaki kaya dan terpandang.”
Uzik hanya mampu menelan ludah dan membuang segala peluh yang bersarang. (Elisa)
diterbitkan oleh Tabloid BIAS,
edisi 3 2010
Wednesday, August 11, 2010
Bidadari Mimpi
Malam ini hujan begitu lebat, setiap malam desi membantu emak wasiah membungkus tempe-tempe di jual ke pasar. Jarak pasar ke rumahnya pun cukup jauh.
Keesokan Paginya hujan pun reda. Hanya embun yang tertinggal di dahan-dahan. Desi berangkat sekolah berjalan kaki. Sepatu Desi basah dan bau karena semalam rumahnya bocor. Kaos kakinya juga terlihat buruk dan bolong.
“Sepatu Desi bau!!”. Kata linda.
Desi tidak menghiraukan ejekan teman-temannya, desi tetap berjalan ke tempat duduk yang ada di belakang.
“Iya bau, sepatunya juga bolong”. Bisik beberapa teman yang duduk di dekatnya
Bel sekolah pun berbunyi. Bu Ida masuk ke kelas menyampaikan matapelajaran bahasa indonesia.
“Ayo coba siapa yang berani bercerita kedepan akan mendapatkan hadiah dari ibu”. Tawar ibu guru.
Semua anak-anak di kelas itu tidak ada yang maju, dan akhirnya Desilah yang menawarkan diri ke depan bercerita.
“Ih…. Anak busuk maju di depan kelas”. Ejek beberapa temannya.
Ketika Tono dan Wati mengejek Desi bu Ida memberikan hukuman karena berbuat tidak baik kepada temannya. Bel pulang berdering. Anak-anak berhamburan pulang. Beberapa anak masih menatap desi sinis. Dengan menahan tangisan karena ejekan dari teman. Desi tetap berbuat baik kepada mereka.
***
Malam selepas mahrib. Desi membantu emaknya membungkus tempe seperti biasa. Entah kenapa malam ini hujan deras seperti kemarin malam. Lagi-lagi atap rumah bocor. Sehingga sepatu yang tadi pagi di gunakan belum kering, besok pagi mungkin akan di ejek teman-teman lagi.
“Mak, sepatu desi basah lagi. Besok desi membantu emak berjualan di pasar saja ya?”. Pinta desi putus asa
Emak wasiah memandang mata desi dan berkata, “Kamu harus tetap sekolah. Apakah kamu di ejek teman-teman lagi karena sepatu yang bau?”. Desi tidak menjawab.
“Sekarang kamu tidur, besok sekolah. Nanti biar emak dan bapak akan memanggang sepatumu, biar besok pagi bisa digunakan untuk sekolah”. Pinta Mak Wasiah.
***
Desi tidur di atas dipan yang keras. Hanya beralaskan tikar yang kusam. Bantalnya juga sudah lusuh, dan selimutnya hanya selendang yang sobek. Walaupun demikian Desi tetap tidur nyenyak. Dalam tidurnya, desi bermimpi bertemu bidadari. Memakai baju putih seperti putri. Rambutnya lurus panjang dan cantik jelita.
“Selamat malam anak manis. Hari ini di sekolah ada cerita apa. Apakah menyenangkan?”. Tanya bidadari.
“Tadi aku di ejek oleh teman-temanku karena sepatuku bau dan bolong”. Jawab Desi singkat
“Lalu saat itu apa yang Desi rasakan?”. Tanyanya lagi
Kemudian desi duduk di pangkuan bidadari, tubuhnya harum sekali. Rambut Desi pun di belai oleh bidadari, dan berceritalah desi kejadian siang itu.
“Saat teman-teman mengejekku, aku diam. Aku tidak marah dengan teman-temanku, dan aku tidak akan pernah menganggap mereka musuhku. Tapi saat itu aku ingin menangis dengan ejekan teman-teman”. Kemudian desi terdiam sebentar dan meneruskan ceritanya
“tetapi Aku akan tetap sekolah, aku ingin membahagian emak dan bapak, bukan menuruti kemauan teman-teman yang selalu mengejekku”.
Bidadari mengangkat desi dan menurunkannya di tempat tidurnya. Kemudian bidadari jongkok dan berkata kepada desi tepat berhadapan di wajah desi
“Baik kalo begitu. Besok pagi desi harus tetap sekolah, belajar yang rajin. Jangan pernah membenci teman-teman yang pernah nakal kepada kita ya… ingat, semua kebaikan kita, tuhan akan membalasnya”. Kata bidadari, dan tiba-tiba bidadari itu pergi entah kemana. Desi pun terbangun dari mimpi indah itu.
***
Pagi yang cerah. Sebelum Desi berangkat sekolah. Datanglah ibu-ibu mengetok pintu. Kemudian dibukalah pintu itu oleh mak Wasiah.
“Ibu jualan tempe ya. Saya mau beli tempe, tapi tidak punya uang. Saya hanya mempunyai sepatu baru dan kaous kaki ini. Kemarin saat aku membelikan sepatu untuk anak saya, ternyata kekecilan”.
“Oh… boleh-boleh. Ini tempenya. Sebelumnya terimakasih ya ibu”. Jawab emak wasiah.
Akhirnya, pagi itu Desi berangkat sekolah memakai sepatu baru. Teman-teman juga sudah tidak mengejek Desi lagi. Walaupun desi memakai sepatu baru, desi tetap tidak pamer kepada teman-temanya. Desi ingin tetap menjadi anak yang baik walaupun keinginannya terpenuhi.
Ditulis oleh Elisa
Diterbitkan oleh Kedaulatan Rakyat
1 Agustus 2010
Tuesday, June 22, 2010
Elegi Kehidupan
Terlukis mega senja kemerahan merekah di ufuk barat. Sketsa melukis Bayangan Tri. Hitam terpasung di belakangnya. Siluet yang sempurna. Perpaduan sinar keemasan dan hembusan angin yang sepoi-sepoi.
Tubuh kecil berdiri disamping Sepeda Jengki tua. Tersirat jelas dalam bola mata Tri. Sang mentari tenggelam di peraduan. Tri berdiri menyaksikan pergantian waktu di atas permadani yang usang di telan zaman.
Rumput ilalang tumbuh di sela-sela belukar, berayun searah. Bergesekan antara dahan satu ke dahan yang lain. Bunga-bunga berjatuhan, Melambai, menyemai rumput liar di antara padang ilalang. Menghamburkan serbuk bunga jantan ke betina. Mega pun kembali bergelayut, meninggalkan siang.
Angin merambat. Tri berjalan, menyusuri tanah tandus. Keringat berjatuhan menjamah kekosongan hati. Di persimpangan jalan beraspal, Tri termenung. Angin menerpa tubuhnya yang kurus. Jilbab melambai-lambai, seperti sang saka merah putih yang nampak gagah di atas tiang.
Tri terbelalak. Hatinya berdesir. Bulu kuduknya merinding. Kepalanya seperti disetrum tengangan listrik tinggi. Di sebrang jalan, ketika melihat nenek tua berjalan tanpa alas kaki. Sempoyongan dengan mengendong kayu bakar di punggung.
Telapak Kakinya keras dan pecah-pecah. Setiap hari di panggang oleh panas fatamorgana, ia lenyap jika di hampiri, Hilang. Entah kemana. Sering kali Angin berhembus mengeringkan baju yang basah bersimbah keringat di tubuh paruh baya itu.
Nenek itu terus berjalan. Jika hujan melanda, beliau berteduh di emperan rumah yang berada di sepanjang jalan yang di laluinya, tak peduli itu rumah orang. Rambut yang beruban basah kuyub. Tubuhnya mengigil. Jika panas melanda, beliau tetap berjalan tanpa alas kaki sepanjang jalan beraspal. Kakiknya bengkak di gerogoti cacing-cacing beraspal.
Tepat di pinggir jembatan, tidak jauh dengan persimpangan tempat tri mematung. Nenek itu perlahan menurunkan bongkokan kayu bakar, di taruh tidak jauh darinya. Tas yang di jinjingnya dibuka dan diambillah teh yang dimasukkan kedalam botol bekas. Perlahan teh itu di teguk dengan nikmat. Sementara kendaraan meraung-raung di dekatnya, mengeluarkan kentut busuk yang membahayakan, menganggu sel-sel syaraf pernafasan. Sungguh memuakkan!.
Setiap senja, di pinggir Sungai kotor itu, nenek selalu istirahat. Kembali berjalan ketika hari mulai gelap, beliau berjalan menuju sebuah surau tua dan rapuh tidak jauh dari Bantaran Sungai juga.
Senja terlelap, terjaga dalam peristirahatan. Surau Tua yang dulu di datangi banyak anak-anak kecil mengaji dan dipenuhi jamaah, kini senyap. Dulu selepas mahrib, anak-anak mengaji di surau bersama-sama. Sekarang selepas mahrib menonton TV.
Sekarang sudah berganti zaman, mereka sudah dewasa─pewarna surau ketika mereka masih kecil, kini pergi tak pernah datang lagi meramaikan surau. Setidaknya mereka memberikan kenangan terindah untuk kampung yang sekarang menjelma menjadi lenggang─Entah jadi apa sekarang mereka. Ada beberapa menjadi TKI di negara sebelah. Merasa cukup dengan bekal agama. Mereka tidak sadar degradasi telah mengerogoti keimanannya secara perlahan-lahan tanpa di sadarai.
***
Surau sederhana. Di depan surau ada taman. Berbagai jenis tumbuhan bungga ada di sana. Ada mawar, melati, anggrek. Di tenggah halaman surau ada kolam ikan koi, kemudian di sekelilingnya di tanami rumput manila.
Tidak jauh kita melangkah ke barat, surau tua itu bertengger. Surau yang sederhana. Hanya bertembok kayu jati tua puluhan tahun yang lalu. Sedangkan gentingnya genting yang mudah pecah dan bocor bila hujan. Sekelompok anak berlarian di depan musola setiap sore. Mereka tertawa dan menguling-guling di hamparan rumput itu.
Mereka akan berlari dan masuk ke dalam surau ketika guru ngaji datang. Seringkali suara bocah menangis karena berebut tempat duduk. Berebut urutan pertama dalam mengaji. Guru ngajinya muda-mudi kampung jatimulyo menghampiri dan jongkok mengusap air mata dan membujuk agar tidak menangis lagi.
Jika senja mulai merekah memerah di barat sana. Maka pengajian usai. Anak-anak meninggalkan surau. Mereka berlari. Saling kejar-kejaran, pulang mengambil mukena atau kopiah dan sajadah. Kemudian berkumpul lagi jika kumandang mahrib datang.
Kini Surau sepi, tawa, tangisan anak-anak benar-benar sepi. Setiap tiba waktu sholat, jamaah selalu penuh. Sekarang hanya tersisa beberapa saja. Hanya Dua pemuda Kampung Jatimulyo yang masih tertinggal, selalu absen datang, mengumandangkan Adzan dengan merdu. Dia adalah Fahri dan Mahmud.
Mereka berbeda dengan teman-teman seangkatan ngajinya dulu. Anak bertubuh ceking ini memilih bekerja di negeri sendiri. Ia tidak tergiur dengan gaji banyak sebagai perantauan. Mereka bekerja menjadi serabutan, dan membantu kedua orang tua memanen padi atau sekedar mencangkul sawah.
Hanya dia pemuda yang tersisa. Setiap waktu sholat tiba, mereka selalu datang, sedangkan untuk jamah putri hanya Mbah Wiji, kadang ada Elis yang rumahnya juga tidak jauh dari surau. Setiap dua minggu sekali, Fahri dan Mahmud membersihkan surau. Mengepel dan memcuci tikar di sungai. Mereka lakukan hanya berdua.
Keramaian dan jerit riuh teman-teman saat bersama-sama membersihkan surau, serta suara loncatan anak-anak dari tepian sungai yang terjun, kemudian berenang dengan berbagai gaya. Mereka memposisikan terbang di atas awan, terbang kian kemari.
Menganggangu pemuda-pemudi yang tengah mencuci tikar di sungai dengan mencipratkan air ke arah mereka. Keramaian itu hanya kenangan. Sebuah kenangan yang tidak sempat di bingkai dengan pigura yang menawan, kemudian di tempelkan di mading Kampung. Berharap mereka ingat arti kebersamaan dulu. Sebuah kenangan yang tidak terkira harganya.
Berbagai cara dilakukan. Mulai dengan membuka madrasah di surau. Hari pertama memang ramai, anak-anak berdatangan. Kebersamaan yang di impikan kembali memenuhi surau. Selama 3 hari, surau sudah tidak ada murid yang mengaji.
Setiap malam senin dan Jumat, tepatnya sehabis Mahrib. Fahri dan Mahmud menunggu adik-adik datang. Mereka diam di halaman masjid. Sepuluh menit, tiga puluh menit, hingga datang waktu Isak. Anak-anak tidak datang mengaji.
Mereka saling memandang, Mahmud hanya mengangkat bahu. Fahri yang masih duduk di bangku SMA kelas tiga ini hanya mengelengkan kepala. Di pandang dari pertigaan, anak kecil menaiki sepeda. Berharap dialah santri yang akan mendatangi surau untuk mengaji. Sayang, anak kecil yang bernama rifki hanya melintas saja.
Mahmud berdiri. Di lepaslah songkoknya, kemudian di pakainya lagi.
”Aku adzan Isak dulu”. Katanya.
Fahri hanya menganggukkan kepala. Ia masih duduk di serambi surau. Matanya jauh menerawang gugusan bintang yang berarakan. Angin melambaikan bunga-bunga di depan surau yang selalu nampak bersih. Mungkin hati mereka berdua nanar, ada ketakutan dan kekhawatiran.
“Allahuakbar.... allahuakbar.....”
Fahri berdiri, pergi ke samping surau mengambil air wudhu. Di lihatlah Mbah Wiji berjalan terdunuk-dunuk menuju keran. Wajah beliau basuh. Bergetar hati Fahri ketika melihat Mbah Wiji menekuk setiap inci kulit keriputnya.
“Suatu hari aku akan seperti itu. Rambut beruban, wajah beringsutan, jalannya pun terseok-seok”. Batin Fahri.
***
Perjumpaan Tri dengan Mbah Wiji setidaknya menambah satu Anggota yang hadir di surau untuk ikut berjamaah. Belum lama Tri baru mengetahui nama nenek itu bernama Mbah Wiji. Sebulumnya Tri melihat Mbah Wiji berkali-kali sepulang bekerja di sepanjang jalan yang dilewati tri juga. Beliau Mengangkat kayu bakar di punggungnya.
Pernah saat Terik menyeringai, Tri mencoba menawarkan bantuan kepada mbah Wiji. Mbah hanya tersenyum, kemudian permisi meninggalkan tri. Terus saja berjalan ke selatan, tidak mempedulikan i’tikad baik Tri. Tri memandangnya hingga lambat laun menghilang dalam tatapan.
Tri menerawang setiap jengkal yang ada pada Mbah Wiji. Kantung matanya jelas menyimpan sejuta rahasia kehidupan yang tidak banyak di pahami banyak orang. Punggungnya membungkuk, dan terseok-seok, Tulang pipi yang keriput beringsutan mengabarkan perjalanannya tak kan lama lagi.
Nenek tua bertapihkan jarik lurik kusam bermotif Dara Kembang yang memudar masih saja dipakainya. Mbah Wiji sebatang kara. Tidak ada yang dapat di banggakan dalam dirinya, kecuali dulu pernah mempunyai suami yang amat menyayanginya. Dalam jiwannya sudah tidak dipenuhi oleh nafsu, ambisi yang mengebu-gebu. Yang diharapkan dari perjalanan hidupnya hanya bekal pulang semata. Karena alasan semua itulah, tri penasaran dengan sosok Mbah Wiji. Bila banyak waktu, Tri bertandang kerumahnya. Bercengkrama dan tertawa.
***
Tri kembali menyebrangi jalan hendak pulang kerumah. lagi-lagi hatinya bergelayut. Matanya menatap ke depan, menyaksikan Gunung menjulang jauh di sana, sebagai pembatas lautan dan daratan. Sepeda jengki berbunyi beringsutan tidak beraturan, mengisyaratkan kepada tuannya bahwa beberapa engsel sepeda ingin di ganti. Tapi pemilik sepeda tidak mempedulikannya. Otaknya bergelut dengan hati nurani. Entah kenapa kata-kata mbah wiji tadi menggangu pikiran Tri.
***
Subuh berkumandang. Tri bergegas ke mushola yang tidak jauh dari rumahnya. Sebuah mushola megah, jauh lebih bagus jika dibandingkan dengan surau dekat mbah Wiji. Dingin mencakar ke sum-sum tulang. Ayam berkokok memenuhi teritorial. Kokok ayam sahut bersahutan. Angin berdesis, dingin, menghunjam hingga ke ulu hati.
Dedaunan beterbangan. Kelelawar melintas, menungkik ke samping, kemudian membumbung ke atas, saling mengepakkan sayap dan bercericit. Semua berpadu menjadi satu. Setiap subuh, tri menyaksikan panorama melodi subuh itu. langkah kakinya terhenti melihat ke Timur. Pelan tapi pasti. Kuning keemasan semakin merekah laksana segerombolan bidadari memakai gaun merah dalam acara pesta.
Bajunya berjuntai-juntai. Semakin berkilauan saat payet yang tertata apik di gaun itu tersorot lampu. Beberapa potongan kain yang memanjang tipis dan transparan menghiasi gaun di bagian paling luar. Potongan itu terbagi menjadi beberapa bagian, dan bagian luar gaun itu terbang terhempas angin. Yah... semacam itu.
Mukena Tri masih dikenakan, di tangan kanannya mendekap sajadah dan bawahan mukena. Sorot sang mentari hendak bertengger. Nampak sinar keemasan semburat di balik bukit langgeran. Bebintang satu persatu menghilang. Mentari ingin menunjukkan kepada bedebah bumi yang angkuh bahwa mereka bukanlah apa-apa.
Kokok ayam tak terdengar lagi, hanya anak ayam dan indukan keluar dari kandang. Bulu lembut dan tubuh munggil itu meloncat, berlari kian kemari. Sementara puluhan burung pipit dari pohon beringin dekat SD tua terbang, berlabuh ke daun mahoni di belakang rumah Tri.
Langkah Tri di ayunkan menuju Gubuk renta. Sebuah rumah kecil yang dihuni tiga orang. Cagak rumahnya bukan dari beton atau besi melainkan dari kayu lapuk. Gentingnya sisa reruntuhan gempa dari rumah tetangga yang di berikan Cuma-Cuma. Jika siang tiba, panas pun tak bisa terkatakan. Begitu juga bila hujan. Tidak jauh berbeda dengan rumah Mbah Wiji.
Tidak jauh berbeda antara Tri dan Mbah Wiji. Tri adalah pelajar SMK yang hampir putus sekolah. Ia harus berjuang mendapatkan peringkat agar tetap bisa sekolah. Jika sekolah telah usai, dimana terik tepat di atas kepala, sinarnya yang menyeringai. Tri mengayuh sepeda. Ia bekerja, pulang larut sore.
Di rumah ia harus memasak, mencuci dan mengerjakan pekerjaan rumah. Ia sadar betul, dirinya tidak mempunyai sesuatu yang di banggakan. Dirinya tidak ada waktu untuk membanggakan kelebihannya kepada teman-temannya. Tri tidak sempat memikirkan gengsi. Di rumahnya yang nyaris itu, ia masih harus memikirkan adiknya yang masih SD kelas 3, dan Ibunda tercinta yang sakit Leukimia.
Tidak hanya tri, masih banyak generasi muda yang terancam putus sekolah. Kehebatan mereka bukan karena prestasi secara akademik semata. Sebuah kehebatan luar biasa yang mampu bertahan dan berjuang demi menggenyam pendidikan. Di dada mereka ada semangat yang mengelora. Ketakutan dan masalah yang mendera tidak membuat berkecil hati. Mereka adalah cikal bakal pahlawan bangsa di tengah modernisasi. Setiap derap langkahnya menginspirasi. Ia rela meneguk pahitnya hidup di tengah peradaban dan modernisasi yang serba wah.....
Dialah generasi yang di cari-cari selama ini. Pendirian dan agama yang kuat. Meski puluhan jarum mencoba meracuni setiap jengkal selaput otaknya tidak mempan. Karena setiap inci sel otaknya telah diisi oleh antivirus yang dasyat, lebih dasyat dari apapun. Antivirus yang akan diberikan kepada orang-orang yang mau berfikir tentang apa-apa yang ada di bumi dan di langit serta seisinya. Sebuah akidah, sebuah Keimanan, sebuah keikhlasan, semangat, serta pendirian.
Karena itulah yang hanya di miliki mereka. Mereka tidak punya apa-apa yang di banggakan. Mereka hanya diamanahkan Allah menjadi orang biasa, tetapi peranan mereka luar biasa. Mereka hadir dalam bentuk subsistem yang mampu menghapus kehausan.
***
Matahari mulai hangat terasa. Embun dan kabut subuh tadi samar menghilang. Sekawanan burung kuntul datang memenuhi hamparan sawah. Warna putih, leher panjang terbang beriringan. Berakrobat di awan lepas. Membentuk beberapa formasi huruf. Sungguh luar biasa. Sekawanan kuntul diam mematung di pematang sawah berbaris-baris ketika kenyang. Kemudian terbang berhamburan seperti salju, menembus awan yang membiru.
Beberapa kawanan yang tidak di kenal turun dari mobil bok. Menurunkan cangkul, pemukul dan beberapa alat bangunan. Langkah mereka pasti. Satu persatu gawang jendela dan pintu surau tua di lepas, kemudian dilempar jauh. Tri yang hendak ke sekolah melihat penggusuran surau itu.
Tri tau betul sejarah surau, setiap kali tri diceritakan Mbah Wiji, Tri Merinding. Pagi-pagi seperti ini mbah Wiji mencari kayu bakar. Tri berlari menghampiri sekawanan pemuda. Matannya bercucuran peluh. Wajahnya cemas, di iringi ketakutan yang mendalam.
Tri berkali-kali menghalau penggusuran. Berkali-kali itu juga Tri tersungkur. Tangan-tangan pemuda itu dengan seenaknaknya menghempaskan tubuh seorang pemudi yang berjuang mempertahankan surau. Saat tak ada satu pun orang datang di surau tua,Tri datang datang dan bersujud, melafalkan nama-nama agung hanya khusus untuk Sang Tuhan.
Dari pihak Pak Harjo kekeh dengan pernyataannya, bahwa tanah yang didirikan surau ini adalah tanah milik Pak Harjo. Begitu juga dengan Tri, karena Tri pernah membaca surat wasiat dan surat tanah itu dengan mata kepalanya sendiri di balik map kumal yang di simpan mbah Wiji.
Sekawanan pemuda tidak mempedulikan perkataan Tri anak ingusan. Mereka Kembali menyungkurkan Tri hingga terpelanting. Gadis itu mengiba dan mengaduh. Kemudian mencoba berdiri lagi dan berjalan menghalangi mereka. Sayang sekali, tubuhnya terlalu kecil untuk menyungkurkan bodigat-bodigat itu.
Mahmud berhenti dan berlari melihat keramaian di sana. Di sudut kanan bangunan mushola, Tri tidak sadarkan diri. Tengkuk lututnya berdarah, ada beberapa luka di keningnya, jilbabnya kotor bergulat tanah. Mahmud segera membopongnya kedalam rumah mbah wiji. Mas Mahmud berlari mencari pertolongan Warga.
Tidak lama, hanya selang sepuluh menit. Sejumlah warga menuju ke surau. Meski sudah lama ia tidak datang ke surau tua itu, ia masih peduli. Mereka datang ke surau, menyelamatkan surau yang dulu telah membesarkan mereka.
Kedua belah saling bertatapan. Semakin memanas ketika dari pihak Pak Harjo melempar pecahan genting ke arah penduduk kampung. Mereka saling melempar dan saling memukul satu sama lain. Tidak sedikit dari mereka yang mengalami luka serius. Darah menetes di depan surau.
Tri tak berkutik dan Mahmud kehabisan cara untuk melerai mereka. Fahri berlari kecil masuk kerumah mbah Wiji. Mengambil panci yang penuh hangus. Di oleskan di kening dan di kedua pipinya, persis seperti serdadu yang kocar-kacir di kejar anjing.
Di dekat pintu, batu intem di ambilnya. Fahri berlari dengan dada membusung. Panci itu di pukulnya hingga peyok. Mereka yang berselisih berhenti. Menatap Fahri sinis.
”Hai anak muda, apa yang kamu lakukan. Gila ya kau. Sekarang sudah tidak ada penjajahan di sini. Kenapa wajahmu seperti orang gila?”. Tanya pak Broto sengit.
Fahri menghampiri pak Broto. Sejurus kemudian, ketegangan memuncak. Andrenalin berpacu.
”Ha....Ha....Ha..... Akulah Pahlawan Bertopeng Jagalah perdamaian, mari kita selesaikan secara kekeluargaan”.
Fahri mengangkat panci di tangan kanannya yang penuh hangus itu ke atas, tangan kiri yang mengenggap batu item itu ada di dadanya. Teriaknya di pintu depan surau. Sejurus, panci dan batunya di taruh. Lagi-lagi Fahri membuat sesuatu hal yang tidak masuk akal.
”Jagalah hati, jangan kau kotori, jagalah hati lentara hidup ini...” Berkali-kali Fahli nyanyikan lagu Aa gym dengan gerakan yang sama dengan vidio klipnya.
Kondisi yang tegang itu sedikit mereda. Bukan karena perdamaian. Tapi karena tingkah yang tidak wajar dari Fahri. Memang di otaknya di penuhi ide-ide gila. Anak seangkatan dengan Tri ini tidak gila. Ini hanya trik saja. Memang pada dasarnya Fahri memberikan kesan misterius. Banyak orang mengatakan aneh. Di sisi lain, dia sendiri merasa wajar-wajar saja. Baginya, asal masih berada di koridor agama yang benar.
”Bagaimana tawaran saya”. Katannya berlagak lagi.
Angin berhembus. Ada hawa tidak enak yang meniupkan di hati Fahri. Ada mata kucing yang siap menyeringai, siap melahabnya. Sedangkan dari pihak Pak Harjo Tidak ada reaksi. Mereka diam. Saling berpandangan, beberapa mengelengkan kepala memberikan isyarat.
”Kami tidak Butuh perdamaian. Bodoh!”. Kata Pak broto sambil melemparkan kaleng ke arah Fahri. Pak Broto melaju ke arah surau. Mulai mengambil parang. Warga merasa tidak di hormati. Mereka kembali berperang.
”Berhenti!!”. Kata Mas Mahmud datang. Kali ini Mas Mahmud datang benar-benar sebagai Pahlawan Revolusi yang gagah, kharismati, cakep ahlak dan wajahnya.
Pertarungan berhenti. Mereka terlihat seperti robot yang di perintah dengan mudah.
”Kami hanya di perintah untuk merobohkan surau ini. Kami tidak mempunyai urusan dengan kalian-kalian semua. Masalah kalian ada pada pak Harjo. Datang dan temuilah ia. Saya hanya melaksanakan perintahnya saja”. Bentaknya kepada Warga.
Minggu Pagi itu. Mbah Wiji yang baru pulang terkaget-kaget. Surau itu kini telah porak poranda sebagian. Di samping rumahnya ada Mobil Avansa berhenti. Tubuh Gagah turun dari mobil. Mbah Wiji mengamati sosok orang yang turun dari mobil.
Mbah Wiji Terbelalak luar biasa. antara percaya dan tidak.
”Oalah... akhirnya kamu pulang. Ibu dan Bapak mencarimu dimana-mana”. Mbah Wiji berlari menghampiri Pak Harjo yang hendak masuk ke rumah Mbah Wiji.
Pak Harjo menghindar ketika seorang ibu ingin memeluk seorang anak yang telah lama di cari-carinya (walau Ia hanya Ibu Tiri).
“Aku datang ingin mengambil tanah bagian ku!”. Bentaknya
”Sebentar!”. Mbah Wiji masuk ke dalam kamar, mengambil berkas-berkas di dalam map kusam.
”Ini Titipan dari bapakmu untuk mu”. Di perlihatkanlah jatah warisan Pak Harjo.
”Saya tidak terima jatah Tanah saya segini. Tanah surau ini juga hak saya”.
”Tapi tanah Surau ini sudah di Wakafkan oleh Bapakmu jo. Ini amanah ibu yang diberikan bapakmu”.
Tri terbangun dari pingsannya. Ia hanya diam melihat Pak Hari, yang ternyata dulu bernama Pak Harjo. Keduanya terpana tak percaya. Tri hanya menundukkan kepala menahan tangis, sakit hati dan kecewa.
”Kenapa kau di sini. Pulang sana”. Ujar Pak Harjo.
“Untuk kali ini Tri tidak akan menurut dengan bapak. Tri tidak akan membiarkan surau ini di rampas oleh bapak, seperti halnya telah merampas kebahagiaanku dengan Adik dan Ibu. Pak Insyaf. Harta bukan tujuan pak!”.
Mbah Wiji, Fahri dan Mahmud tersekat kata. Mereka saling berpandangan.
Sejurus kemudian, Pak Harjo pergi meninggalkan gubuk Mbah Wiji. Sekawanan pembongkar Surau pun juga pergi begitu saja. Kini surau itu perlahan-lahan tapi pasti banyak di datangi anak-anak untuk mengaji.
Para orang tua menyadari sesuatu hal itu di mulai dari orang tua memberikan teladan yang baik untuk putra-putrinya. Dimana mereka tidak lagi menghidupkan TV di waktu mahrib dan di waktu sholat lima waktu. Surau yang sepi kini kembali ramai. Yang lebih membahagikan ketika Tri mengetahui Bahwa Mbah Wiji adalah neneknya tirinya.
Pucuk-pucuk pinus kini saling berebut. Jika malam halimun di pucuk pinus meliuk-liuk memanjakan mata di hamparan rumput ilalang. Kehidupan memang terlihat datar, tetapi tidak pada kenyataannya. Kehidupan itu bias, berkelok dan menanjak. Sekuat tenaga kita mendaki terjal berduri itu, sepanjang itu pula kita harus mempu memetik pelajaran. (Elisa)
Juara 1 tingkat Provinsi yang di selenggarakan oleh UMY.
SAJAK MALAM
Kurangkaikan puisi untuk kau di sana
Dari seorang gadis yang menjaring purnama
Tersungkur aku menunggu
Tiap kau melintas dihadapku,
Katamu membius hati
Senja meniduri pekat
Pesona surga dicicip
Gagak mengepak
Mata berbinar
Mencari sayap bidadari ketenangan (Elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
Edisi 2, Mei 2010
Dari seorang gadis yang menjaring purnama
Tersungkur aku menunggu
Tiap kau melintas dihadapku,
Katamu membius hati
Senja meniduri pekat
Pesona surga dicicip
Gagak mengepak
Mata berbinar
Mencari sayap bidadari ketenangan (Elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
Edisi 2, Mei 2010
Keberadaan Pahlawan Cikal Bakal Masa Depan
Perjuagan bukanlah hal yang mudah dilakukan di era sekarang. Dimana perlu adanya penanaman nilai-nilai untuk generasi muda. Pelatihan dan memberikan penghargaan bukan satu-satunya cara untuk memberikan kedudukan untuk para pelajar yang sedang menginjak bangku SMP maupun SMA/K.
Sembilan Mei di kantor Makam Pahlawan bersama Lembaga Olahraga Beladiri INKADO (Indonesia Karatedo) mengajak kepada semua pelajar SMP dan SMA/K bersama-sama melakukan doa bersama untuk para pahlawan. Di ikuti Sekitar 500 peserta. Masing-masing dari pelajar yang bernaung atau yang ikut dalam INKADO baik dari sekolah SMP/SMA dari Kalasan, Bantul, Dan Yogyakarta.
Kegiatan Ziarah ini dilakukan sudah beberapa kali di TMP (Taman Makam Pahlawan) dari berbagai lembaga. Salah satunya dari INKADO. Baru pertama kali dan tahun ini INKADO melakukan acara bersama Segenap Pengurus TMP/MPN yang mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari Pelajar.
Mulai pukul 07.00 sampai pukul 14.30 kegiatan ini berlangsung. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan ziarah rombongan yang di pimpin oleh Letnan Kolonel Infrantri Aroji Anwar SH. Peletakan Bunga di pimpin oleh ketua Umum INKADO Drs.Sulistiyo SHCN MSi. Yang ketiga Sarasehan.
Di dalam acara ini Bapak Prasetyo Budi Laksono, SE. MSi. Bersama teman-teman INKADO bertujuan memberikan transformasi kepada generasi muda tentang arti sebuah tanggung jawab, Toleransi, Semangat berjuang, keikhlasan. Dimana semua itu akan menjadikan suatu kerukunan dan arti kebersamaan.
Negara kita tersusun dari berbagai elemen masyarakat, entah itu suku, budaya, dan Etnis. Negara kita membentang dari Sabang Sampai Merauke. Dimana negara kita yang dulu di jajah puluhan tahun mampu merdeka diawali oleh kebersamaan, tanggung jawab, keiklasan.
Ziarah di makam pahlawan ini salah satu bentuk Transformasi kepada generasi muda. Dimana mereka lah yang akan meneruskan negara ini, tumpah darah ini. Menunjukkan kepada para Pelajar bahwa seperti inilah kita. Berjuang, ikhlas, bertanggung jawab, menghargai, jujur dan satu contoh kecil adalah merawat dan menyiarahi makam pahlawan.
Ziarah wisata adalah dua kegitan yang dipadukan untuk Generasi muda, Pelajar dan mahasiswa agar mengetahui segala sesutau tentang taman makam pahlawan ataupun Makam Pahlawan Nasional agar dapat menghayati nilai kepahlawanan, keperintisan, kejuagan dan kesetiakawanan Sosial.
Disini para pahlawan yang gugur sebenarnya ingin mengatakan kepada kita semua, bahwa sebenarnya dia dulu bukanlah siapa-siapa. Karena semangat dan cita-cita kuat. Dengan semangat juang yang sungguh-sungguh akhinrnya mengantarkan beliau-beliau gugur di atas kertas putih yang selalu di kenang akan jasa-jasanya untuk bumi pertiwi ini. Padahal beliau dulu tidak pernah membayangkan mereka akan menjadi pahlawan dan selalu di hormati setiap jasanya. Karena ketulusan dan keikhlasan itulah, kita semua menghargai beliau sepuh hati, seperti yang telah kita lihat sekarang.
Suatu bentuk semangat secara Estafet seperti ini, berharap mempu memberikan semangat-semangat Muda untuk negara kita ke depan. Suatu keberhasilan negara tergantung pada generasi sekarang.
Dalam perbincangan terakhir. Usai ziarah, bapak Prasetyo Bhudi Laksono SE. MSi. berpesan “Sudirman mati meninggalkan TNI. Bung Karno dan Hatta mati meninggalkan Proklamasi. Ki hajar Dewantoro Mati, meninggalkan Tut wuri Handayani. Kita Besok mati meninggalkan apa?”.
Kita tidak boleh menunggu mati dengan hal-hal yang tidak berguna. Jadikanlah perjalanan Hidupmu bukan sekedar menunggu mati yang tidak memberikan arti. Setidak-tidakknya memberikan arti kepada sekeliling kita. Kurang lebih itulah yang bisa saya tangkap dari shering kami. (Elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
edisi 2, Mei 2010
Sembilan Mei di kantor Makam Pahlawan bersama Lembaga Olahraga Beladiri INKADO (Indonesia Karatedo) mengajak kepada semua pelajar SMP dan SMA/K bersama-sama melakukan doa bersama untuk para pahlawan. Di ikuti Sekitar 500 peserta. Masing-masing dari pelajar yang bernaung atau yang ikut dalam INKADO baik dari sekolah SMP/SMA dari Kalasan, Bantul, Dan Yogyakarta.
Kegiatan Ziarah ini dilakukan sudah beberapa kali di TMP (Taman Makam Pahlawan) dari berbagai lembaga. Salah satunya dari INKADO. Baru pertama kali dan tahun ini INKADO melakukan acara bersama Segenap Pengurus TMP/MPN yang mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari Pelajar.
Mulai pukul 07.00 sampai pukul 14.30 kegiatan ini berlangsung. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan ziarah rombongan yang di pimpin oleh Letnan Kolonel Infrantri Aroji Anwar SH. Peletakan Bunga di pimpin oleh ketua Umum INKADO Drs.Sulistiyo SHCN MSi. Yang ketiga Sarasehan.
Di dalam acara ini Bapak Prasetyo Budi Laksono, SE. MSi. Bersama teman-teman INKADO bertujuan memberikan transformasi kepada generasi muda tentang arti sebuah tanggung jawab, Toleransi, Semangat berjuang, keikhlasan. Dimana semua itu akan menjadikan suatu kerukunan dan arti kebersamaan.
Negara kita tersusun dari berbagai elemen masyarakat, entah itu suku, budaya, dan Etnis. Negara kita membentang dari Sabang Sampai Merauke. Dimana negara kita yang dulu di jajah puluhan tahun mampu merdeka diawali oleh kebersamaan, tanggung jawab, keiklasan.
Ziarah di makam pahlawan ini salah satu bentuk Transformasi kepada generasi muda. Dimana mereka lah yang akan meneruskan negara ini, tumpah darah ini. Menunjukkan kepada para Pelajar bahwa seperti inilah kita. Berjuang, ikhlas, bertanggung jawab, menghargai, jujur dan satu contoh kecil adalah merawat dan menyiarahi makam pahlawan.
Ziarah wisata adalah dua kegitan yang dipadukan untuk Generasi muda, Pelajar dan mahasiswa agar mengetahui segala sesutau tentang taman makam pahlawan ataupun Makam Pahlawan Nasional agar dapat menghayati nilai kepahlawanan, keperintisan, kejuagan dan kesetiakawanan Sosial.
Disini para pahlawan yang gugur sebenarnya ingin mengatakan kepada kita semua, bahwa sebenarnya dia dulu bukanlah siapa-siapa. Karena semangat dan cita-cita kuat. Dengan semangat juang yang sungguh-sungguh akhinrnya mengantarkan beliau-beliau gugur di atas kertas putih yang selalu di kenang akan jasa-jasanya untuk bumi pertiwi ini. Padahal beliau dulu tidak pernah membayangkan mereka akan menjadi pahlawan dan selalu di hormati setiap jasanya. Karena ketulusan dan keikhlasan itulah, kita semua menghargai beliau sepuh hati, seperti yang telah kita lihat sekarang.
Suatu bentuk semangat secara Estafet seperti ini, berharap mempu memberikan semangat-semangat Muda untuk negara kita ke depan. Suatu keberhasilan negara tergantung pada generasi sekarang.
Dalam perbincangan terakhir. Usai ziarah, bapak Prasetyo Bhudi Laksono SE. MSi. berpesan “Sudirman mati meninggalkan TNI. Bung Karno dan Hatta mati meninggalkan Proklamasi. Ki hajar Dewantoro Mati, meninggalkan Tut wuri Handayani. Kita Besok mati meninggalkan apa?”.
Kita tidak boleh menunggu mati dengan hal-hal yang tidak berguna. Jadikanlah perjalanan Hidupmu bukan sekedar menunggu mati yang tidak memberikan arti. Setidak-tidakknya memberikan arti kepada sekeliling kita. Kurang lebih itulah yang bisa saya tangkap dari shering kami. (Elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
edisi 2, Mei 2010
SMK N 1 Bantul Raih Prestasi
Sebuah Sekolah menengah atas yang berdiri kokoh dekat persawahan. Bukan suatu hal kampungan sekolah-sekolah yang notabennya barada di kabupaten bantul. Karena sebagian besar sekolah di kabupaten bantul berada di perkampungan. Dan jauh dari dunia kota, tapi kemampuan dan prestasi juga tidak mau kalah dengan yang ada di kota.
Salah satu contohnya adalah SMK Negri 1 Bantul. Berdiri tahun 1968. Pertama kali Berdiri dengan nama SMK Negri 1 Bantul, mengalami perubahan menjadi SMEA Negeri VI Bantul. Berubah lagi menjadi SMEA Negri 1 Bantul dan kemudian berubah lagi menjadi SMK Negri 1 Bantul sampai sekarang.
Sekolah yang berada di Jalan Parangtritis Km 11 Sabdodadi ini telah diakui oleh lembaga sertifikasi PT TUV Internasional Indonesia dengan sertifikat nomor 01.100.75164. Dari tahun ketahun SMK ini semakin berkembang. Beberapa piala disabet, beberapa kali pula SMK 1 Bantul mengharumkan nama Kabupaten Bantul tingkat Nasional maupun Internasional dari berbagai jenis ajang perlombaan.
Dari data perlombaan tahun 2009 juara 1 Karya Ilmiah Siswa Tingkat Regional DIY dan Jateng. LKS SMK Tingkat Nasional di Magelang bidang Bela Negara juara 3. Olimpiade Akuntansi Tingkat Regional se Pulau Jawa juara 1. Olimpiade Sains Terapan Tingkat Nasional Bidang Matematika non Teknik juara 4.
Sedangkan untuk lomba LKS itu sendiri pada tahun 2009, khusus tingkat Kabupaten juara dua sebanyak satu kali, sedangkan juara tiga sebanyak dua kali. Untuk Propinsi juga juara dua sebanyak satu kali. Dalam perlombaan tingkat Nasional juara tiga sebanyak satu kali.
Sekolah menengah atas pada tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa kelas tiga 348, yang melakukan ujian ulangan 2 orang. Halaman sekolah yang sejuk dengan berbagai tanaman hias ini juga mempunyai ”Kebijakan Mutu” yang disebut GIGA.
G (gairah), I (Inisiatif), G (Garda Depan), A (Atensi). Hal ini bertujuan akan memberikan hasil pada siswanya menjadi lulusan yang mempunyai kepribadian yang baik. Misalnya dengan singkatan DAYA. Artinya: D (Dinamis), A (Akseptabel), Y (Yakin), A (Areta). (Elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
Edisi 2, Mei 2010
Salah satu contohnya adalah SMK Negri 1 Bantul. Berdiri tahun 1968. Pertama kali Berdiri dengan nama SMK Negri 1 Bantul, mengalami perubahan menjadi SMEA Negeri VI Bantul. Berubah lagi menjadi SMEA Negri 1 Bantul dan kemudian berubah lagi menjadi SMK Negri 1 Bantul sampai sekarang.
Sekolah yang berada di Jalan Parangtritis Km 11 Sabdodadi ini telah diakui oleh lembaga sertifikasi PT TUV Internasional Indonesia dengan sertifikat nomor 01.100.75164. Dari tahun ketahun SMK ini semakin berkembang. Beberapa piala disabet, beberapa kali pula SMK 1 Bantul mengharumkan nama Kabupaten Bantul tingkat Nasional maupun Internasional dari berbagai jenis ajang perlombaan.
Dari data perlombaan tahun 2009 juara 1 Karya Ilmiah Siswa Tingkat Regional DIY dan Jateng. LKS SMK Tingkat Nasional di Magelang bidang Bela Negara juara 3. Olimpiade Akuntansi Tingkat Regional se Pulau Jawa juara 1. Olimpiade Sains Terapan Tingkat Nasional Bidang Matematika non Teknik juara 4.
Sedangkan untuk lomba LKS itu sendiri pada tahun 2009, khusus tingkat Kabupaten juara dua sebanyak satu kali, sedangkan juara tiga sebanyak dua kali. Untuk Propinsi juga juara dua sebanyak satu kali. Dalam perlombaan tingkat Nasional juara tiga sebanyak satu kali.
Sekolah menengah atas pada tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa kelas tiga 348, yang melakukan ujian ulangan 2 orang. Halaman sekolah yang sejuk dengan berbagai tanaman hias ini juga mempunyai ”Kebijakan Mutu” yang disebut GIGA.
G (gairah), I (Inisiatif), G (Garda Depan), A (Atensi). Hal ini bertujuan akan memberikan hasil pada siswanya menjadi lulusan yang mempunyai kepribadian yang baik. Misalnya dengan singkatan DAYA. Artinya: D (Dinamis), A (Akseptabel), Y (Yakin), A (Areta). (Elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
Edisi 2, Mei 2010
SMPN 1 PIYUNGAN MEMBORONG PIALA STORY TELLING
Ajang kompetisi Story Telling Se-Kota diselenggarakan di SMA 9 Yogyakarta. Kompetisi ini di selenggarakan Minggu, 18 April 2010 merupakan ajang bergengsi dalam rangka menggali kemampuan para siswa itu sendiri.
Lomba story telling yang bertempat di aula SMA 9 diikuti 15 Peserta dari berbagai kabupaten. Juara satu jatuh dari SMP Muhammdiyah 2 Yogyakarta, atas nama pramudito cahyo. Juara dua dari SMPN I Piyungan atas nama Budi Satriyo VIIIa. Juara tiga di raih dari SMPN I Piyungan, Rizky Amalia VIIIa.
Lomba yang diselenggarakan sejak pukul 08.00-16.00 sore ini berjalan dengan lancar dan tentunya menyematkan berbagai kesan untuk peserta lomba. Dari SMPN I Piyungan. Sekolah yang sering membawa pulang kemenangan berbagai ajang ini mengajukan 6 anak kelas RSBH yang diikutkan dalam lomba Story Telling. Dua anak yang berhasil menyambet tiga besar nominasi.
“Wah gimana ya. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pokoknya Best buat SMA 9 yang sudah menyelenggarakan Lomba Story telling deh. Saya mendapatkan banyak penggalaman”. Ujar Budi Satriyo yang menjadi siswa teladan sekecamatan tingkat SMP.
”Tentu saja saya senang dapat penggalaman. Kalau saya menyiapkan lebih baik difinalnya, pasti saya bisa lebih baik lagi. Tetapi saya senang banget ikut ajang ini”. Sambung Rizky Amalia
Sekolah Menengah Pertama yang bertaraf Internasional ini berada di pinggiran kota. Tidak mau kalah dengan sekolah-sekolah yang ada di kota Jogja. Berbagai ajang bergenggsi telah di raihnya seperti, lomba debat bahasa inggris tingkah kota, bahkan Nasional di tahun-tahun yang yang lalu.
Sedangkan untuk tahun 2010 dalam waktu ini berhasil memperebutkan lomba geguritan juara 2 sepropinsi,Bulutangkis juara 1 Kababupaten, Mading juara 1 seKabupaten Bantul, yang terakir adalah lomba debat Story Telling di SMA 9 Yogyakarta kemarin. (Elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
Edisi 2, Mei 2010
Lomba story telling yang bertempat di aula SMA 9 diikuti 15 Peserta dari berbagai kabupaten. Juara satu jatuh dari SMP Muhammdiyah 2 Yogyakarta, atas nama pramudito cahyo. Juara dua dari SMPN I Piyungan atas nama Budi Satriyo VIIIa. Juara tiga di raih dari SMPN I Piyungan, Rizky Amalia VIIIa.
Lomba yang diselenggarakan sejak pukul 08.00-16.00 sore ini berjalan dengan lancar dan tentunya menyematkan berbagai kesan untuk peserta lomba. Dari SMPN I Piyungan. Sekolah yang sering membawa pulang kemenangan berbagai ajang ini mengajukan 6 anak kelas RSBH yang diikutkan dalam lomba Story Telling. Dua anak yang berhasil menyambet tiga besar nominasi.
“Wah gimana ya. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pokoknya Best buat SMA 9 yang sudah menyelenggarakan Lomba Story telling deh. Saya mendapatkan banyak penggalaman”. Ujar Budi Satriyo yang menjadi siswa teladan sekecamatan tingkat SMP.
”Tentu saja saya senang dapat penggalaman. Kalau saya menyiapkan lebih baik difinalnya, pasti saya bisa lebih baik lagi. Tetapi saya senang banget ikut ajang ini”. Sambung Rizky Amalia
Sekolah Menengah Pertama yang bertaraf Internasional ini berada di pinggiran kota. Tidak mau kalah dengan sekolah-sekolah yang ada di kota Jogja. Berbagai ajang bergenggsi telah di raihnya seperti, lomba debat bahasa inggris tingkah kota, bahkan Nasional di tahun-tahun yang yang lalu.
Sedangkan untuk tahun 2010 dalam waktu ini berhasil memperebutkan lomba geguritan juara 2 sepropinsi,Bulutangkis juara 1 Kababupaten, Mading juara 1 seKabupaten Bantul, yang terakir adalah lomba debat Story Telling di SMA 9 Yogyakarta kemarin. (Elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
Edisi 2, Mei 2010
MTs. Hasyim Asya’ri Kemah di Watu Wayang
Bulan April minggu ke tiga dan ke empat adalah hari Ujian Usek khusus untuk SMA/K dan SMP. Dengan begitu tidak heran banyak kelas satu dan dua proses belajar mengajarnya di liburkan sementara. Beberapa remaja mengisi liburan sekolah untuk bermain ke Mol, Warnet, bermain Game Online atau kemana saja bersama teman-teman.
Tapi ada beberapa sekolah yang menjadikan momen-momen hari libur sekolah untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. Contohnya seperti yang dilakukan oleh MTS Hasyim asy’ari Piyungan. Berkemah di bumi Perkemahan Watu Wayang Piyungan.
Minggu, 18 April 2010 sore, Bumi Perkemahan yang berada di daerah pedesaan. Jauh dari jalan raya besar yang ramai dipadati kendaraan. Mereka yang kemah khusus untuk Kelas VII. Hal pertama yang mereka lakukan di sana adalah mendirikan tenda. Juga mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik untuk persiapan acara dimalam harinya.
Malam pertama perkemahan, dimana hanya sebuah tenda yang ditempati banyak anak. Mereka juga harus tidur beralaskan tikar yang digelar di atas rumput yang berembun dan dingin. Penerangnya hanya dari Sentir. Tapi setidaknya mereka belajar tentang kebersamaan dan kemandirian.
Malam itu banyak kegiatan yang dilakukan. Salah satunya yang paling menarik adalah acara Refleksi dan lomba CCP (Cerdas Cermat Pramuka). Setiap kelompok terdiri dari tiga orang dan diikuti lima kelompok. Juara pertama di menangkan oleh kelompok Anggrek, kedua Asta, ketiga Mawar. Kira-kirai hadianya apa ya, sayang saya tidak sempat mengintip.
***
Pagi hari setelah mereka makan pagi dan beberapa pemanasan. Mereka jalan-jalan melewati desa, sawah kemudian mendaki gunung. Di sana nampak elok pemandangan yang tergambar. Mereka juga melewati sungai yang berbatu besar dan air yang bening. Mereka istirahat di pos ke tiga sambil melihat pemandangan yang elok itu sebelum menaiki gunung.
Perjalanan kembali di teruskan dengan mendaki dan menuruni gunung. Jalan-jalan pagi itu berbeda dengan peserta pramuka kebanyakan. Hal yang membedakan sejak awal perjalanan mereka adalah, mereka menggunakan aksesoris seperti pawai. Wih... wih.... wih.... antik sekali.
Sungguh perjalanan yang jauh dan melelahkan, perjalan itu menghabiskan 3 jam perjalanan. Sungguh amat melelahkan. Pengalaman yang luar biasa. Tiba di bumi perkemahan pukul 11.30. Tepat pukul 13.00 mereka mengikuti perlombaan lagi. Mereka antusias ketika mengikuti lomba Hasta Karya. Semua berjalan dengan meriah dan menyenangkan.
Yang tidak kalah seru dari perjalanan tadi pagi yang begitu melelahkan, juga menakjubkan dengan pemandangan gunung dan sungainya. Malam terakhir ini ada pesta api unggun. Mereka bebas mengekspresikan apa yang di benak mereka.
Pentas seni pada malam itu sempat memukau ku. Beberapa anak beratraksi bermain api. Seperti badut-badut yang ada di TV-TV. Memasukkan minyak tanah ke dalam mulutnya, kemudian menyemburkannya ke oncor yang di bawanya. Weleh.... weleh.....
Satu lagi yang membuatku terpukau dengan pertunjukkan itu. Anak laki-laki beratraksi dan menari seperti pengamen jatilan di jalan-jalan. Ide gila mereka yang membuat perkemahan itu menjadi lebih hidup dan lucu. Aku pun sempat terpingkal-pingkal.
Malam telah larut, kebebasan berekspresi pun juga sudah usai. Satu Komandan pramuka mulai memberi penjalan cukup panjang. Tidak lama, anak-anak membuntuk formasi melingkar. Setiap anak menghidupkan lilin. Mereka duduk saling merapat. Mengelilingi api unggun, dan di sana mereka mulai bernyanyi dan bersama-sama mengucapkan dasa darma pramuka. Syahdu sekali!.
Hemm.... seperti inilah penerus bangsa kita. Bersama-sama membangun negara. Mewujudkan cita-cita agung negara kita. Tidak pandang bulu, dari ras mana atau dari bangsa mana. Kita semua sama. ”Bhineka Tunggal Ika”. Majulah generasi mudaku, tunjukkan semangatmu kepada Dunia.(elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
Edisi 2, Mei 2010
Tapi ada beberapa sekolah yang menjadikan momen-momen hari libur sekolah untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. Contohnya seperti yang dilakukan oleh MTS Hasyim asy’ari Piyungan. Berkemah di bumi Perkemahan Watu Wayang Piyungan.
Minggu, 18 April 2010 sore, Bumi Perkemahan yang berada di daerah pedesaan. Jauh dari jalan raya besar yang ramai dipadati kendaraan. Mereka yang kemah khusus untuk Kelas VII. Hal pertama yang mereka lakukan di sana adalah mendirikan tenda. Juga mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik untuk persiapan acara dimalam harinya.
Malam pertama perkemahan, dimana hanya sebuah tenda yang ditempati banyak anak. Mereka juga harus tidur beralaskan tikar yang digelar di atas rumput yang berembun dan dingin. Penerangnya hanya dari Sentir. Tapi setidaknya mereka belajar tentang kebersamaan dan kemandirian.
Malam itu banyak kegiatan yang dilakukan. Salah satunya yang paling menarik adalah acara Refleksi dan lomba CCP (Cerdas Cermat Pramuka). Setiap kelompok terdiri dari tiga orang dan diikuti lima kelompok. Juara pertama di menangkan oleh kelompok Anggrek, kedua Asta, ketiga Mawar. Kira-kirai hadianya apa ya, sayang saya tidak sempat mengintip.
***
Pagi hari setelah mereka makan pagi dan beberapa pemanasan. Mereka jalan-jalan melewati desa, sawah kemudian mendaki gunung. Di sana nampak elok pemandangan yang tergambar. Mereka juga melewati sungai yang berbatu besar dan air yang bening. Mereka istirahat di pos ke tiga sambil melihat pemandangan yang elok itu sebelum menaiki gunung.
Perjalanan kembali di teruskan dengan mendaki dan menuruni gunung. Jalan-jalan pagi itu berbeda dengan peserta pramuka kebanyakan. Hal yang membedakan sejak awal perjalanan mereka adalah, mereka menggunakan aksesoris seperti pawai. Wih... wih.... wih.... antik sekali.
Sungguh perjalanan yang jauh dan melelahkan, perjalan itu menghabiskan 3 jam perjalanan. Sungguh amat melelahkan. Pengalaman yang luar biasa. Tiba di bumi perkemahan pukul 11.30. Tepat pukul 13.00 mereka mengikuti perlombaan lagi. Mereka antusias ketika mengikuti lomba Hasta Karya. Semua berjalan dengan meriah dan menyenangkan.
Yang tidak kalah seru dari perjalanan tadi pagi yang begitu melelahkan, juga menakjubkan dengan pemandangan gunung dan sungainya. Malam terakhir ini ada pesta api unggun. Mereka bebas mengekspresikan apa yang di benak mereka.
Pentas seni pada malam itu sempat memukau ku. Beberapa anak beratraksi bermain api. Seperti badut-badut yang ada di TV-TV. Memasukkan minyak tanah ke dalam mulutnya, kemudian menyemburkannya ke oncor yang di bawanya. Weleh.... weleh.....
Satu lagi yang membuatku terpukau dengan pertunjukkan itu. Anak laki-laki beratraksi dan menari seperti pengamen jatilan di jalan-jalan. Ide gila mereka yang membuat perkemahan itu menjadi lebih hidup dan lucu. Aku pun sempat terpingkal-pingkal.
Malam telah larut, kebebasan berekspresi pun juga sudah usai. Satu Komandan pramuka mulai memberi penjalan cukup panjang. Tidak lama, anak-anak membuntuk formasi melingkar. Setiap anak menghidupkan lilin. Mereka duduk saling merapat. Mengelilingi api unggun, dan di sana mereka mulai bernyanyi dan bersama-sama mengucapkan dasa darma pramuka. Syahdu sekali!.
Hemm.... seperti inilah penerus bangsa kita. Bersama-sama membangun negara. Mewujudkan cita-cita agung negara kita. Tidak pandang bulu, dari ras mana atau dari bangsa mana. Kita semua sama. ”Bhineka Tunggal Ika”. Majulah generasi mudaku, tunjukkan semangatmu kepada Dunia.(elisa)
Di terbitkan : Tabloid BIAS
Edisi 2, Mei 2010
Monday, May 24, 2010
Ego Dimensi Waktu
Ku baca siang malam
Ku pelajari bintang gemintang
Ku pelajari sang surya
Di sana,
Ku temukan simbol
Muara waktu berakhir pada kematian
Muara ilmu dalam keabadian
Menemukan Benih keabadian
Harus melawan ego dimensi waktu
Mudamu bukan taruhan
Tetapi, pondasi kehidupan. Elisa-C
Diterbitkan oleh Kedaulatan Rakyat 2009
Ku pelajari bintang gemintang
Ku pelajari sang surya
Di sana,
Ku temukan simbol
Muara waktu berakhir pada kematian
Muara ilmu dalam keabadian
Menemukan Benih keabadian
Harus melawan ego dimensi waktu
Mudamu bukan taruhan
Tetapi, pondasi kehidupan. Elisa-C
Diterbitkan oleh Kedaulatan Rakyat 2009
Wednesday, May 19, 2010
Perjuagan para Penggali Kubur Makam Pahlawan Yogyakarta
Sosok pahlawan bagi para pahlawan yang telah terbaring kaku di pekuburan. Dialah Pak Sumedi dari Klaten. Bekerja tanpa pamrih merawat makam Pahlawan di Kusuma Negara. Beliau bekerja dan berjuang selama 34 tahun dengan gaji yang tidak sebanding dengan apa yang dilakukannya.
Berangkat pagi-pagi, pulang ketika hampir malam. Tidak hanya beliau, tetapi juga kepada para teman-teman yang ada di Makam Pahlawan. Tanpa beliau dan juga teman-temannya mungkin makam pahlawan Kusuma Negara tidak sebersih sekarang.
Banyak orang mengatakan dia sebagai tukang klinik Servis bersih-bersih. Beliau tidak peduli ejekan itu. Beliau ikhlas menjalankan sebagai tukang bersih-bersih makam. Beliau bangga menjadi penggali kubur tenggah malam untuk para pahlawan yang gugur karena perjuagan.
Dari Klaten, beliau datang ke Kusuma Negara tenggah malam setiap kali mendapat perintah untuk menggali kuburan malam itu juga, beliau ikhlas dan senang. Hal yang paling menyenangkan adalah ketika dapat menyentuh jasad pahlawan yang Gugur.
”Kita semua yang bekerja disini tidak mencari gaji yang muluk-muluk mbak. Pokoknya kita bekerja disini harus Ikhlas. Saya bekerja disini karena saya senang, bahagia bekerja disini, meski sebagai tukang bersih-bersih makam”. Jawabnya seusai saya mewawancarai Bapak Prasetyo Bhudi Laksono, SE. MSi. Kepala Kantor Makam Pahlawan yogyakarta 9 Mei 2010 lalu.
Yang membuat mereka sangat di hargai ketika Makam Pahlawan Yogyakarta ini menjadi makam percontohan nasiolan. Hadiah penghargaan tahun ini ketika kepala Pemerintah Dr. Prayetno memindah anggaran dana dari TMP (Taman Makam Pahlawan) Batam (kalo tidak salah, saya lupa) sebesar 15 milyar di alihkan ke TMP yogyakarta yang terdiri dari 4 TMP maupun MPN (Makan Pahlawan Nasional) di Yogyakarta. Sedangkan anggaran pertahun dari pemerintah yang hanya di anggarkan sebesar 85.000.000 di pindahkan ke TMP Batam tadi. (Elisa)-C
BANK BUKU
Bulan Mei adalah bulan Buku. Kota jogja sebagai kota pelajar. Selain itu, banyak IO dari jogja yang bersemangat mengadakan pameran buku. Baik itu dilaksanakan di Mandalabakti wanitatama maupun Di JEC, bahkan lebih banyak tempat lain yang di pakai. Karena kerutinan dalam menyelenggarakan suatu pameran itulah kota jogja belum lama juga di sebut seagai kota wisata buku.
Bulan April lalu, Pemerintah Jogja membuka Bank Buku. Bukan Bank BRI, atau BCA yang hanya menabung uang, tetapi Bank Buku memberikan wadah baru kepada masyarakat. Bank Buku adalah tempat pengumpulan berbagai buku, yang nantinya akan di sumbangkan kepada masyarakat lagi.
Jika semua buku terkumpul banyak, maka pihak Bank Buku akan mengklasifikasikan jenis buku. Entah tentang pertanian, perternakan, umum, novel, dan buku Edukasi. Setelah proses itu semua sudah selesai, maka buku-buku tersebut di salurkan kesetiap kelurahan seluruh Jogjakarta.
Penyaluran buku tidak asal buku. Pihak sana melihat kebutuhan yang paling di butuhkan masyarakat setempat apa, maka buku yang di butuhkan yang akan di berikan. Hal ini berlangsung secara continue (Insyaallah).
Hal ini terbuka bagi seluruh masyarakat jogja yang ingin menyumbangkan buku. Bentuk apapun buku itu. Boleh langsung datang ke kantor dekat toko Buku Gramedia, timur jalan. Lewat saya juga boleh.
Mari kita saling menghulurkan tangan. Kita genggam apa yang semestinya kita genggam. Kita selamatkan generasi ini dari kebodohan. Banyak sahabat kita yang merindukan huluran tangan. Satu buku berarti bagi mereka. Kita tanamkan cinta membaca sejak dini. (Elisa)
Bulan April lalu, Pemerintah Jogja membuka Bank Buku. Bukan Bank BRI, atau BCA yang hanya menabung uang, tetapi Bank Buku memberikan wadah baru kepada masyarakat. Bank Buku adalah tempat pengumpulan berbagai buku, yang nantinya akan di sumbangkan kepada masyarakat lagi.
Jika semua buku terkumpul banyak, maka pihak Bank Buku akan mengklasifikasikan jenis buku. Entah tentang pertanian, perternakan, umum, novel, dan buku Edukasi. Setelah proses itu semua sudah selesai, maka buku-buku tersebut di salurkan kesetiap kelurahan seluruh Jogjakarta.
Penyaluran buku tidak asal buku. Pihak sana melihat kebutuhan yang paling di butuhkan masyarakat setempat apa, maka buku yang di butuhkan yang akan di berikan. Hal ini berlangsung secara continue (Insyaallah).
Hal ini terbuka bagi seluruh masyarakat jogja yang ingin menyumbangkan buku. Bentuk apapun buku itu. Boleh langsung datang ke kantor dekat toko Buku Gramedia, timur jalan. Lewat saya juga boleh.
Mari kita saling menghulurkan tangan. Kita genggam apa yang semestinya kita genggam. Kita selamatkan generasi ini dari kebodohan. Banyak sahabat kita yang merindukan huluran tangan. Satu buku berarti bagi mereka. Kita tanamkan cinta membaca sejak dini. (Elisa)
Monday, May 3, 2010
NASA Rencanakan 28 Misi Baru
text TEXT SIZE :
Share
WASHINGTON - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mempertimbangkan kemungkinan 28 misi untuk mencari kehidupan di luar Bumi, dalam sistem tata surya kita.
"Astrobiologi dan pencarian kehidupan merupakan pusat yang sebenarnya harus kita lakukan selanjutnya dalam eksplorasi sistem tata surya," papar Steve Squyres, peneliti di Cornell University, Ithaca, New York.
Menurut Squyres, "Kita sedang mengamati 28 misi berbeda. Mereka mencakup semua, mulai dari daratan Merkurius hingga obyek-obyek yang terbang di luar angkasa sistem tata surya dan khususnya terkait untuk mencari kehidupan." Berbagai obyek yang menarik antara lain, misi tiga tahap Martian (misi di Mars) yang akan membawa tanah Mars ke Bumi.
"Contoh tanah itu mungkin mengungkap sesuatu yang hebat tentang Mars di suatu masa atau hari ini (telah) membentuk kehidupan," kata Squyres.
Misi lainnya untuk mengamati asal gas methane di atmosfer planet Mars dan apakah itu organik atau tidak. Methane terurai cepat di atmosfer Mars, tapi para peneliti menemukan methane di Mars pada 2003 hingga ada kemungkinan bahwa planet itu tidak seluruhnya mati.
"Jadi kita akan mengirim satu misi untuk melihat sumber methane itu dan mempertimbangkan kemungkinan bahwa mereka dapat berasal dari sumber biologis," ujar Squyres. Para pakar sangat tertarik dengan Europa, salah satu satelit (bulan) yang mengorbit di Jupiter.
"Diyakini bahwa Europa mungkin memiliki cairan air laut di balik selubung esnya. Dan kami mempertimbangkan satu misi robot Europa yang memiliki kemampuan menggunakan sistem radar yang dapat masuk ke is itu, menemukan lautan jika itu ada, mengidentifikasi tempat-tempat di mana Anda mungkin pergi ke permukaan untuk mempelajari lebih banyak tentang lautan itu," kata Squyres.
Titan, sebuah bulan di Saturnus, juga menjadi perhatian para peneliti. "Ini sebuah bulan yang kita tahu sangat kaya dengan bahan organik. Kita merancang misi jangka panjang yang akan mempelajari Titan lebih mendalam, termasuk sebuah orbiter, satu balon di atmosfer Titan dan robot untuk mendarat di beberapa danau methane cair," kata peneliti Cornell itu.
Misi lain yang dipertimbangkan ialah untuk mengambil sample dari sebuah komet. "Komet-komet diyakini kaya dengan material organik, kaya dalam pembangunan blok-blok kehidupan. Sebagian material organik di bumi mungkin dikirim ke bumi oleh komet-komet," ujar peneliti NASA.
"Berbagai proyek itu perlu diringkas lagi, sebelum rekomendasi yang dibuat tentang misi-misi apa yang harus diprioritaskan NASA," papar Squyres.
Sementara kemarin, sebuah balon raksasa untuk penelitian milik NASA terjatuh akibat hembusan angin kencang. Balon yang membawa peralatan penelitian yang sangat mahal dan sensitif itu terhempas dan jantung saat persiapan peluncurannya.
Angin mengangkat balon setinggi 500 meter, saat muatan yang dibawanya menabrak pagar dan sebuah mobil penonton, sebelum akhirnya balon itu jatuh.
Saat kecelakaan, balon itu diyakini membawa sebuah teleskop canggih berharga antara USD5 juta dan USD10 juta, yang mampu memonitor sinar gamma. Akibat kecelakaan itu, hancur pula peralatan yang dibiayai pajak rakyat Amerika Serikat (AS).
"Kami sedang duduk di mobil kami dan bersiap membawanya pergi dan kami benar-benar berjarak 30 centimeter dari benda tersebut. Jika tidak ada mobil lain di sana, kami tentu tidak berada di sini lagi, saya pikir," ujar seorang penonton peluncuran balon tersebut. (Koran SI/Koran SI/syarifudin)(//faj)
Share
WASHINGTON - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mempertimbangkan kemungkinan 28 misi untuk mencari kehidupan di luar Bumi, dalam sistem tata surya kita.
"Astrobiologi dan pencarian kehidupan merupakan pusat yang sebenarnya harus kita lakukan selanjutnya dalam eksplorasi sistem tata surya," papar Steve Squyres, peneliti di Cornell University, Ithaca, New York.
Menurut Squyres, "Kita sedang mengamati 28 misi berbeda. Mereka mencakup semua, mulai dari daratan Merkurius hingga obyek-obyek yang terbang di luar angkasa sistem tata surya dan khususnya terkait untuk mencari kehidupan." Berbagai obyek yang menarik antara lain, misi tiga tahap Martian (misi di Mars) yang akan membawa tanah Mars ke Bumi.
"Contoh tanah itu mungkin mengungkap sesuatu yang hebat tentang Mars di suatu masa atau hari ini (telah) membentuk kehidupan," kata Squyres.
Misi lainnya untuk mengamati asal gas methane di atmosfer planet Mars dan apakah itu organik atau tidak. Methane terurai cepat di atmosfer Mars, tapi para peneliti menemukan methane di Mars pada 2003 hingga ada kemungkinan bahwa planet itu tidak seluruhnya mati.
"Jadi kita akan mengirim satu misi untuk melihat sumber methane itu dan mempertimbangkan kemungkinan bahwa mereka dapat berasal dari sumber biologis," ujar Squyres. Para pakar sangat tertarik dengan Europa, salah satu satelit (bulan) yang mengorbit di Jupiter.
"Diyakini bahwa Europa mungkin memiliki cairan air laut di balik selubung esnya. Dan kami mempertimbangkan satu misi robot Europa yang memiliki kemampuan menggunakan sistem radar yang dapat masuk ke is itu, menemukan lautan jika itu ada, mengidentifikasi tempat-tempat di mana Anda mungkin pergi ke permukaan untuk mempelajari lebih banyak tentang lautan itu," kata Squyres.
Titan, sebuah bulan di Saturnus, juga menjadi perhatian para peneliti. "Ini sebuah bulan yang kita tahu sangat kaya dengan bahan organik. Kita merancang misi jangka panjang yang akan mempelajari Titan lebih mendalam, termasuk sebuah orbiter, satu balon di atmosfer Titan dan robot untuk mendarat di beberapa danau methane cair," kata peneliti Cornell itu.
Misi lain yang dipertimbangkan ialah untuk mengambil sample dari sebuah komet. "Komet-komet diyakini kaya dengan material organik, kaya dalam pembangunan blok-blok kehidupan. Sebagian material organik di bumi mungkin dikirim ke bumi oleh komet-komet," ujar peneliti NASA.
"Berbagai proyek itu perlu diringkas lagi, sebelum rekomendasi yang dibuat tentang misi-misi apa yang harus diprioritaskan NASA," papar Squyres.
Sementara kemarin, sebuah balon raksasa untuk penelitian milik NASA terjatuh akibat hembusan angin kencang. Balon yang membawa peralatan penelitian yang sangat mahal dan sensitif itu terhempas dan jantung saat persiapan peluncurannya.
Angin mengangkat balon setinggi 500 meter, saat muatan yang dibawanya menabrak pagar dan sebuah mobil penonton, sebelum akhirnya balon itu jatuh.
Saat kecelakaan, balon itu diyakini membawa sebuah teleskop canggih berharga antara USD5 juta dan USD10 juta, yang mampu memonitor sinar gamma. Akibat kecelakaan itu, hancur pula peralatan yang dibiayai pajak rakyat Amerika Serikat (AS).
"Kami sedang duduk di mobil kami dan bersiap membawanya pergi dan kami benar-benar berjarak 30 centimeter dari benda tersebut. Jika tidak ada mobil lain di sana, kami tentu tidak berada di sini lagi, saya pikir," ujar seorang penonton peluncuran balon tersebut. (Koran SI/Koran SI/syarifudin)(//faj)
PESAN TEPIAN PANTAI
Gemuruh terdengar di bibir pantai. Seorang pemuda berdiri menghadap ke Barat. Di kiri akan terlihat gunung menjulang dan menjorok ke laut. Setau Soni batu itu sudah aja semenjak nenek dari neneknya lahir. Batu di tepi pantai itu puluhan tahun selalu di hantam debur ombak. Namun, tetap saja tidak menampakkan kerapuhannya. Dulu dan sekarang masih tetap sama saja, tetap berdiri kokoh walau badai kerap menerjang.
***
Mbah bejo tidur diatas pasir. Tepatnya masih di dalam warung mbok Dharmi, beliau Melihat langit-langit warung Mbok Darmi. Langit-langit yang nampak memprihatinkan. Cagak dari sebatang bambu lapuk yang menopang atap warung. Meskipun berkali-kali angin menerjang warung Mbok Dharmi, tetap saja Warung itu berdiri.
Mbah bejo tak menghiraukan hal-hal seperti itu, beliau kembali menghisap sebatang rokok hasil gulungannya. Sedangkan Sony, pemuda S1 itu hanya menatap heran mbah Bejo.
“Lalu mbah… selanjudnya akan kita apakan ini?”. Tanya Soni. Di raihnya es kelapa muda di meja Mbok Darmi, penjual di sekitar pantai parangtritis.
Mbah Bejo masih asik dengan sebatang rokok yang tinggal 10 cm itu. Bermain-main dengan asap rokok.
***
Angin berhembus kencang. Ombak memecah kesepian. Anak-anak berlari dengan teriakan girang. Semua berpadu menjadi satu. Mbah bejo tetap diam dalam baringannya. Mendengarkan orkestra alam laut. Hal-hal seperti inilah yang membuat batinya tersulut Sengit, membuat gereget hatinya yang semakin sekarat akan maut.
Soni menatap awan yang berarakan. Membentuk asa-asa pengharapan yang selama ini tidak terkabulkan. Lepas pandang, di lihatlah lautan dan langit seakan menyatu. Seolah-olah raga ini berada di tengah lautan yang kian tenggelam. Semakin di pandang di tepi pantai, hamparan samudra itu semakin memberikan kesan arti yang luar biasa.
Pandangan soni beralih kepada mbah bejo lagi.
“Bagaimana dengan rencana awal saja mbah?”. Usul soni
Kakek berbaju lusuh itu hanya tersenyum sinis, “Son!!. Kamu lupa, kita harus berurusan dengan siapa jika benar melakukan rencana itu?!”.
Sony diam tanpa kata. Entah kenapa soni kembali membuang pandangannya menuju sepasang kekasih yang tengah duduk di tepi pantai. Sepasang kekasih duduk berdampingan. Jilbab pemudi itu melambai, dan Topi pemuda itu seakan terbang. Mungkin mereka akan melabuhkan perjalanannya di pantai parangtritis karena tidak di restui orang tua mereka.
“Glek!!”. Seteguk kelapa muda di meja di minum Soni lagi.
“Mbah lihat. Kekhawatiran kita selama ini suatu saat bisa terjadi. Aku semakin khawatir”. Kata soni lagi sambil memandang pengunjung pantai yang berpacaran.
“Benar kamu son. Kau pemuda yang pintar menganalisa. Andai semua pemuda bantul berfikiran seperti kamu. Masalahnya sekarang bukan hanya fungsi pantai ini, tetapi masih ada masalah yang lebih pelik lagi”. Jelas Mbah Bejo
***
Seperti Haina yang tengah berjalan pelan di tengah rimba. Sungguh penyajian perilaku yang tenang. Lain lagi ketika para singa mengejarnya. Setiap kali terdesak oleh lawan, haina berlari dan terus berlari hingga lawanya kelelahan. Itu dunia hewan berdarah dingin yang tak kenal lelah. Beda dengan dunia alam. Dunia yang indah, menyuguhkan Bianglala dan panorama Luar biasa. Perpaduan yang mempesona.
Laut membentang. Memisahkan dari pulau ke pulau. Bumi, tempat perpijakan mahluk tuhan. Siang dan malam tak luput dari perhitungan Tuhan, sungguh kekuasaan Tuhan yang maha Luar Biasa. Semua tersaji jauh sebelum kita tercipta, semua tertata rapi secara sistematis. Akal manusia tidak ada satu pun yang mampu memperhitungkan semua alam ini.
Semua itu akan hancur adanya kelalaian yang berkali-berkali oleh manusia. Semua terjadi tanpa adanya kesadaran. Ketika alam ingin menyampaikan kemurkaanya, maka dengan santun alam memperingatkan mahluk tuhan dengan caranya juga. Lain dengan manusia. Sengaja merusak dengan alibi yang begitu sistematis bagi manusia, tetapi hal sepele bagi Tuhan untuk mengumbar sistem yang telah kita tata rapi.
Tuhan tidak mempunyai ambisi, lain dengan manusia. Alam diciptakan indah agar manusia mensyukuri, menjaga dan mengagungkan sang pencipta. Tetapi bagi sebagian orang sudah tidak seperti itu. Untuk mencapai sebuah ambisi dan kesenangan, banyak alasan untuk keluar dari rel yang benar. Semakin tua bumi ini, semakin banyak kesalahan sistem yang tertanam di pikiran kita. Seperti itulah masalah terbesar yang di hadapi Soni dan Mbah Bejo.
***
Malam datang tidak sekedar mampir istirahat. Meskipun beberapa orang menganggap malam adalah syurga bagi beberapa mahluk tuhan yang mampu membaca bintang gemintang. Adapula orang-orang yang mengutuki malam. Sedangkan generasi muda yang belum mengerti hitam dan putih terjaga dalam tidur, bermimpi bertemu bidadari.
Bulan sabit yang terpancar, dan gugusan bintang terhampar luas. Ketika angin melambaikan di permukaan laut. Ombak menepis di bibir pantai. Beberapa kali burung malam melintas dan mengeok. Mengepakkan sayap di atas samudra yang tak bermuara. Berbelok, menungkik, kemudian terbang menjulang ke bulan dan bintang. Angin kembali berhembus membelai rambut soni yang tengah berdiri di tepi pantai menyaksikan atraksi itu semua.
Bukanlah hal yang mudah bagi soni melakukan perubahan di kawasan wisata ini.
***
Bias sang surya beranjak berpijar, menerangi lembah-lembah berduri. Terdengar jelas suara puluhan truk yang merapat di gunung pasir dekat pantai. Soni terbangun dari tidurnya. Jelas terlihat dari balik jendela rumahnya pemandangan itu. Puluhan pekerja mengambil pasir ke dalam truk mereka. Ketika sang fajar benar-benar mengusir sang malam, puluhan pekerja itu pergi menjauhi gunungan pasir.
Sinar sang pagi telah menjilati ladang petang. Mengantarkan Mbah Bejo keluar dari kamar.
“Wahai cucu-cucuku. Sekarang engkau tidak merasakan tua seperti aku. Kau belum mengenal penyesalan. Jika telah tiba waktunya, kau akan mengatakan hal yang sama seperti aku sekarang”. Gumam Mbah bejo ketika melihat beberapa pasangan yang pagi-pagi buta sudah berada di pantai.
Langkahnya tertatih. Gerak langkahnya sesekali batuk berat. Tapi pagi itu membuat mbah Bejo geregetan dengan daerah wisatanya.
“Andai aku masih muda, aku gunakan mudaku dulu untuk hal-hal yang membuat tuaku lebih baik”. Umpat mbah bejo dalam hatinya ketika sepasang pemuda itu.
Soni melihat mbah bejo berjalan tertatih menujunya. Segera di jemput kakek renta itu. Kemudian keempat mata bertemu, Kata hatinya juga telah menyatu. Maka ultimatum ketiga akan segera digencarkan.
***
Keesokan harinya kedua pejuang itu mengadakan rapat desa. Di sana di hadiri lima pengelola pantai parangtritis dan depok. Mereka bermusyawarah. Beberapa peserta dari kampung tidak tau tujuan utama dari musyawarah ini. Lain dengan kelima pengelola pantai parangtritis. Mereka telah mengetahui tujuan adanya musyawarah ini.
“Sebelumnya, saya ucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. saya berbicara di sini bukan karena saya kuasai. Saya hanya mengusulkan beberapa usulan tentang tempat pariwisata yang berada di kampung kita. Di antaranya masalah penarikan uang parkir serta masalah gunung pasir yang diangkut segerombolan orang setiap malam”. Soni menatap dari mata kemata warga yang hadir dalam musyawarah ini.
Beberapa penduduk tersentak mendengar pernyataan itu. Sedangkan dipihak lain Ada sinar merah padam di wajah kelima pengelola wisata. Terutama satu orang yang berasal dari australia, tak lain adalah pemegang saham terbesar pantai parangtritis. Mbah Bejo sudah lama membaca gelagat tidak beres di wajah penduduk baru dari australia satu tahun yang lalu ini.
“Bagaimana bapak, mungkin dari pihak pengelola wisata ada masukan atau jawaban dari pertanyaan tadi?”. Tanya Soni
Satu diantara pengelola wisata menjawab pertanyaan soni dengan jawaban terbata-bata.
***
Hari berganti. Gemuruh ombak saling bersahut-sahutan. Gulungan ombak pecah di pesisir. Awan berarakan dan kicauan burung melengking di ruang lepas. Siang yang mampu mendidihkan otak telah di hantam angin yang mencairkan suasana amarah.
Semua warga tercenggang dengan stetment siang itu. Persendian yang lancar tiba-tiba terjerat oleh batas aturan. Kekecewaan membuncah. Tiupan angin yang hebat tersungkur oleh amarah. Sekarang waktunya menyibak alibi yang sengaja di tutup rapat oleh halimun.
***
Badai di tengah lautan tiba-tiba datang di hari yang cerah ceria. Derap langkah, berirama mendekati pintu rumah soni. Tetangga berhamburan keluar melihat segrombolan lelaki bertubuh tegap dan berwajah tampan. Tetangga saling berbisik satu sama lain.
“Soni………!”. Tangis Mak Iyah ketika soni di brondong oleh sekawanan polisi.
Beberapa polisi itu akhirnya menaikkan Soni dengan paksa ke atas mobil dinas. Mendengar kabar itu, mbah Bejo tetap tenang. Sama seperti soni ketika polisi diringkus di rumahnya.
“Biarlah… Kebenaran segera di tegakkan”. Kata mbah Bejo dengan senyum misterius ala lelaki tua yang mencoba menepis kegelisahan.
***
Di persimpangan, tepatnya di gang pemukiman warga. Pak Heru, Pengelola wisata itu datang ke rumah mbah bejo. Langkahnya gontai, tubuhnya dingin, wajahnya khawatir akan sesuatu.
Sepucuk buntung rokok yang kecil dihisap mbah bejo dalam-dalam. Kemudian di sebulkan ke langit-langit. Putih asap rokok pun merambat meraih awan putih nun jauh di atas sana.
“O…. Heru. Duduk sini”. Kata mbah Bejo mencoba mencairkan suasana sarat politisasi.
Pak Heru menghampirinya juga. Duduk di samping Mbah bejo dengan kekuk. Sontak di lepas kancing kemejanya. Kemudian di ambil amplop coklat yang sengaja di sembunyikan di dalam bajunya. Sejurus beliau pamit undur diri kepada mbah Bejo.
“Ru!. Tunggu. Apa maksudmu ini aku tidak mengerti?!”. Triak Mbah bejo ketika Pak Heru berjalan setengah berlari menjauhi mbah bejo.
“Apa maksud dari amplop ini”. Batin Mbah Bejo ketika membuka lembaran-lembaran bukti.
Ketika mengetahui isi amplop itu, mbah Bejo merasakan bumi serasa terjungkir balik. Siang seolah gelap gulita. Permadani kebenaran ternyata telah banyak di tutup oleh permadani yang usang. Seakan-akan kebenaran tidak ada tempat lagi. Sehingga yang berjaya adalah kebatilan yang harus di musnahkan.
***
Seperti hari-hari yang lalu. Siang tetaplah siang, malam tetaplah malam. Semua itu berputar tanpa ada perubahan. Mbok Iyah masih menangisi anak lelaki satu-satunya. Katanya dua hari Soni selalu di desak polisi untuk mengaku tindak Penyelewengan Anggaran. Wajahnya memar, tubuhnya juga lunglai tak berdaya. Beberapa kali pingsan karena pukulan. Mendengar itu semua, mbah Bejo datang ke Prodeo menjenguk Soni.
Beberapa kali kakek tua itu di usir oleh polisi. Tetapi kegigihan kakek gundul itu akhirnya di izinkan masuk. Itu pun karena ada polisi dari kantor lain yang berkunjung ke polres, yang kebetulan mengenal mbah bejo. Nama pemuda itu adalah Burhan.
“Nak, Bertahanlah. Aku datang untukmu”. Bisik mbah Bejo
Langkah Mbah Bejo cepat, ingin sekali melihat kondisi soni. Pemuda yang kukuh dengan kebenaran.
Di lihatlah Soni dengan wajah memar dan lemas tak berdaya. Mbah bejo tak mampu melakukan sesuatu untuk menyembuhkan lukanya.
“Soni!?. Benarkah itu kau. Kawan karibku di SMA Dulu?”. Burhan terhentak tak percaya
***
Lembaran hitam di hapus dengan perlahan. Tanah kering kini tersirami oleh hujan. Kodok berlombat, bernyanyi. Daun-daun memancarkan hijau muda. Petani tersenyum dan mengucap syukur atas nikmat hujan kali ini.
Pagi ini di depan rumah kontrakan pemegang saham terbesar Mr. Film akhirnya di grebek warga kampung. Meski semalaman hujan deras, altar rumah Mr. Film kering. Karena sepanjang rumahnya ditanami plafon beratapkan plastink.
“Ayo kita hajar saja. Perlu pelajaran biar kapok!!”. Maki salah satu warga
“Ayo!!”. Sahut beberapa warga. Kemudian terjadilah pengkroyokan masal.
Beberapa warga diam mamatung menyaksikan. Bebarapa pula ada yang memaki-maki biang kerok pendatang itu. Dan tak lama terjadi kiamat sugro.
“Berhenti!!!. Hentikan, tidak ada gunanya jika kita menghabisinya. Lagian dilarang agama!”. Teriak mbah Bejo yang baru datang
Beberapa warga di belakang sendiri berhenti dan terdiam ketika menoleh ke arah mbah Bejo. Pemuda yang di ringkus polisi beberapa hari yang lalu sudah berada di belang mbah Bejo.
“Soni….”. Tangis Mbah Iyah berlari dan mendekap anak satu-satunya.
Kegaduhan pun berhenti tiba-tiba. Ketegangan berubah menjadi rasa haru. Tangis air mata mengalir.
Di balik tirai kamar Mr. Film hanya mampu memincingkan mata sipitnya, dan hanya bergumam “Brengsek!!. Bocah itu keluar dari Prodeo”.
***
Dua hari kemudian.
Beberapa orang yang terkait kasus ini di kumpulkan dalam satu ruangan. Termasuk pengelola pantai dan beberapa orang terpandang di kampung serta beberapa perwakilan dari warga.
Soni, Mbah bejo di bantu dengan kawan karibnya Burhan mengutakan beberapa berita. Tentang data penyelewengan anggaran. Diantaranya biaya Parkir dan uang tiket ke Parangtritis, 50% dari hasil itu tidak di masukkan ke dalam Kas Daerah. Serta kasus gunung pasir yang di angkut setiap dini hari, di ekspor ke Singapur secara ilegal.
“Atas dasar apa anda menyatakan seperti itu. Kita selalu melakukan proyek berdasarkan izin semua”. Sangkal Pak Ridwan, salah satu dari kelima pengelola Pantai.
“Jika demikian, apakah anda dapat membuktikan kemana anggaran yang selama ini tidak jelas dikemanakan?. Lalu apakah warga mendapatkan hasil dari semua itu. Bukankah dalam perjanjian di awal dulu menyatakan bahwa warga berhak mendapatkan 10% dari penghasilan wisata dalam bentuk Modal?”. Soni Membela
“Itu persoalan lain. Yang kita bahas sekarang adalah alih fungsi tempat wisata ini”. Kata Pak Ridwan Mencoba menghindar
“Sebelumnya maaf pak. Bukan maksud saya membangkang. Tapi kami warga hanya membutuhkan penjelasan anggaran-anggaran dari bukti yang kami dapat ini”. Jelas Burhan mengarahkan ke inti persoalan.
Beberapa yang datang dalam forum itu hanya mengangukkan kepala.
“Iya, ayo jelaskan kepada kami”. Beberapa warga mulai kecewa dengan motif penipuan yang dilakukan oleh Pihak pengelola pantai. Bahwa alasan-alasan yang selama ini diberikan kepada warga hanya penjelasan palsu. Satu, dua warga akhirnya melempari kacang ke arahnya. Situasi pun kembali tidak mendukung.
Lagi-lagi mbah Bejo datang di situasi yang kacau, kali ini beliau membawa pak Heru, juga salah satu pengelola pantai. Dua hari lalu datang kerumahnya dengan wajah ketakutan.
“Saya akan memberikan pengakuan. Setelah pengakuan ini saya akan menyerahkan diri”. Situasi terdiam sejenak.
“Bukan maksud saya melakukan itu semua. Semua itu saya lakukan dengan terpaksa, dengan beberapa alasan pula. Beberapa kali menolak tawaran penyelewengan dana itu. Di waktu yang bersamaan, keluarga saya juga terancam. Selain alasan yang minim gaji, sedangkan anak saya yang membutuhkan biaya sekolah ada 5, akhirnya saya menerima tawaran itu”. Pak heru menatap Pak Ridwan yang menahan air mata. Seolah mengerti apa yang di rasakan Pak Ridwan.
“Saya juga akan mengakui kesalahanku. Aku lelah melakukan konspirasi seperti ini”. jelas Pak Ridwan
Ruangan sunyi senyap ketika Pak Ridwal mengumpulkan tenaga untuk bercerita. Pak Heru hanya menatap lekat beliau dengan rasa Bangga.
“40% dari dana itu digunakan untuk membuat Penginapan. Sedangkan yang 10% di gunakan uang tutup mulut kami. Kita berempat sebenarnya tidak menyetujui adanya pembangunan penginapan. Kami sadar betul dampak negatif banyak penginapan. Dengan kedok wisata itulah, Mr. Film membawa rekan bisnis manca negara datang dengan budaya mereka. Sengaja memberi virus-virus”. Jelas Pak Ridwan
“Dari awal kami, terutama saya menyadari ini bentuk dari politik dalam menghancurkan moral lokal budaya kita. Kita tahu, sekarang banyak sekali pengunjung pemuda lokal yang mengunakan pakaian yang menyimpang. Banyak juga pemuda yang berpacaran yang berlebihan dengan mengunakan identitas jilbab. Mungkin inilah motif secara tidak langsung berimbas ke budaya Bantul, Notabenenya berpendirian teguh akan pendidikan”. Terangnya lagi.
“Sedangkan penganggkutan gunung pasir itu kami ekspor ke singgapur. Awalnya kami tidak mau. Karena alasan yang sama, yaitu jumlah rupiah yang akan di berikan kami banyak maka kami melakukanjuga”.
Badai panas kini berubah menjadi angin syurga. Menyibak helaian ubun-ubun yang mendidih karena masalah ini. Mbah bejo dan Soni malam ini bisa tidur dengan nafas panjang. Mulai dari pengakuan itu dan bukti-bukti yang jelas, pada hari itu juga pihak kepolisian menetapkan Mr. Film dinyatakan sebagai buronan. (elisa: Juara tiga sekabupaten Bantul yang di selenggarakan oleh IPPNU Bantul)