Terobsesi menjadi menjadi seorang penulis Buku, mengantarkan penulis kedunia jurnalistik. Perjalanan pertama kali menjadi Wartawan BIAS bukanlah perkara yang mudah. Jika banyak teman-teman yang suka menulis dan tidak mendapatkan kesempatan yang sama, hal ini mungkin dapat menimbulkan rasa iri.
Kembali kebelakang sebelum penulis tidak mengenal apa-apa tentang menulis. Pertamakali rasa ketertarikan penulis kedalam dunia menulis saat duduk di bangku SMP kelas 2 semeseter pertama. Istirahat pertama penulis duduk-duduk di perpustakaan sambil membaca sederetan judul buku di rak perpus. Satu buku yang mengelitik penulis saat itu, ketika melihat judul buku “Menulis dengan Emosi”.
Buku yang tebal itu penulis buka lembar demi lembar hingga buku itu khatam terbaca. Dibeberapa lembar halaman, penulis merinding membaca isi buku itu. Intinya bahwa, menulis itu suatu hal yang mulia. Saat itu penulis memutuskan untuk bercita-cita menjadi Penulis Buku yang membawa perubahan besar.
Ternyata menulis bukanlah perkara yang mudah saat itu. Karena penulis menyadari satu hal ini, maka penulis memutuskan dari yang terkecil. Yaitu membuat semacam target kecil untuk memulai menulis Buku. Target itu berbunyi “belajarlah menulis di surat kabar hingga di muat, setelah satu tulisan di muat, baru membuat buku”. Sampai sekarang pun penulis masih terapkan. Berkali-kali penulis menulis dan mengirimkan ke media cetak, berkali-kali itu pula tulisan yang terkirim tidak ada yang dimuat satupun.
Pernah cita-cita penulis di tentang oleh orang tua, karena penolakan ibu yang tidak percaya dengan kemampuan penulis. Maka penulispun ingin membuktikan kepada ibu. Mulai sejak itu penulis mulai mengumpulkan uang jajan untuk biaya ongkos kirim prangko, rela mengikat pinggang di sekolah. Penulis menulis pertamakali yang dikirimkan berupa puisi, yang dikirimkan ke media cetak terkenal di jogja.
Seminggu, sebulan, hingga ke tahun. Penulis menulis. Dari sekian banyak tulisan yang dikirimkan, tidak ada satupun yang di muat. Dua tahun proses ini berlanjut, hingga genaplah tahun ketiga, tepatnya ketika penulis duduk di bangku SMK kelas 2 Semester 2. siang hari di bulan Puasa sepulang sekolah, penulis melihat di antara sederet puisi, terdapat namaku di tepi bawah ujung dengan nama ”Elisa, siswi SMK Budhi Dharma Piyungan” dengan judul puisi ”Peradaban”.
Kejadian itu membuat ibu penulis menyetujui apa yang penulis inginkan. Hal ini memberikan motivasi untuk penulis meningkatkan satu tangga, menjadi dua tangga, yaitu ”Sebelum menulis Buku, harus berhasil meresensi buku dan di muat di surat kabar ternama”.
Beberapa hari setelah pemuat puisi pertamaku di Kedaulatan Rakyat, penulis mencoba salah satu kegiatan jurnalis di surat kabar. Pada hari ulang tahun ketika penulis sakit parah, mendapatkan berita bahwa penulis masuk ke dalam jaringan di Surat Kabar itu. Sejak itu penulis belajar tentang jurnalistik dan menulis beberapa tulisan fiksi di surat kabar tersebut dengan kontrak 3 bulan.
Ketika penulis berada di perpustakaan, penulis membaca tabloid BIAS yang terbit setiap sebulan sekali. Sejak mengenal tabloid ini, penulis mulai tertarik dan mengirimkannya, setiap tulisan-tulisan penulis ke tabloid BIAS pun sering di muat. Seiring berjalannya waktu, penulis di undang setiap rapat dan ikut rapat Tabloid BIAS, mulai saat itu penulis di angkat sebagai wartawan Tabloid BIAS.
Pengalaman ini penulis meningkatkan standar tangga ketiga yaitu ”Menjadi Jurnalis Profesionallah, dan carilah relasi yang banyak. Setelah mendapatkan banyak relasi dan mantap dengan gaya penulisan, Buatlah Buku segera!!!”. Tangga ketiga penulis masih gunakan hingga sekarang saat menjadi wartawan BIAS.
Penulis ingin pergi kemanapun ada kegiatan dan berita, mewawancarai langsung narasumber, bahkan terkadang harus mewawancari orang-orang yang mempunyai jabatan dan nama yang terhormat. Dari situ penulis menyadari bahwa menjadi Wartawan itu tidak mudah. Harus banyak mempelajari tentang kekuatan mental ketika mewawancari narsum. Tidak hanya sekedar mencari berita dan menulis. Menjadi wartawan juga di tuntut menguasai materi yang akan di tulis.
Yang lebih penting dari semuanya dari kehidupan penulis, penulis mendapatkan satu poin bahwa menjadi wartawan harus tahan banting. Sering-sering minta masukan yang pedas agar kualitas tulisan berbobot. Pantang menyerah dari segala halangan. Gigih dan berusaha semampunya dengan optimal.
Ketika teman-teman penulis bertanya alasan kenapa menjadi penulis, (entah itu penulis buku, berita, opini dan tulisan lain) adalah, penulis menulis karena panggilan dari hati. Karena penulis ingin mengungkapkan kata hati yang tidak tersampaikan lewat lisan. Ingin Memberikan perubahan, meski itu kecil. Setidak-tidaknya penulis menuliskan apa yang penulis ketahui melalui kertas agar semua pembaca yang belum mengerti bisa mengerti.
Dalam hal ini Penulis menyadari satu hal yaitu tidak pandai menyampaikan pendapat lewat lisan dan tingkah laku. Satu-satunya media yang enjoy penulis gunakan adalah menuliskan segala gagasan kedalam tulisan.
”Menulis selagi mampu. Walau isi tulisan itu sederhana, setidaknya jika jasadku sudah tiada, tulisan itu masih ada (barang satu) yang telah membaca tulisanku dan mengamalkanya dalam keseharian. Aku ingin membawa perubahan, tetapi aku tidak mampu merubah dengan skala besar. yang ku mampu hanya merubah dirisendiri dan menuangkan dalam tulisan sekedar menasehati dirisendiri pula”. (Elisa)
diterbitkan oleh : Tabloid BIAS
edisi 4, 2010
Sebuah blog yang menyampaikan informasi, pariwisata, kesehatan news, travelling, psikologi, cultural, profil, fotografi, fiksi, motivasi
Wednesday, September 8, 2010
Estetika Ruh
Biarkan mimpi datang di hati
Jangan kau hapus noda sendu
Bahwa pengorbanan,
Kegigihan,
Dan Usaha akan memberikan satu pelajaran
Hidup bukan hanya mengukir cinta
Tetapi mengukir estetika ruh mati menjadi hidup
Ketidakberdayaan menjadi bertenaga
Kegagalan langkah kesuksesan
Hapus airmata penyesalan
Sambutlah duka untuk kebahagian yang kekal
Tersenyumlah seperti fajar selepas hujan (Elisa)
diterbitkan oleh : Tabloid BIAS
Edisi 4, 2010
Jangan kau hapus noda sendu
Bahwa pengorbanan,
Kegigihan,
Dan Usaha akan memberikan satu pelajaran
Hidup bukan hanya mengukir cinta
Tetapi mengukir estetika ruh mati menjadi hidup
Ketidakberdayaan menjadi bertenaga
Kegagalan langkah kesuksesan
Hapus airmata penyesalan
Sambutlah duka untuk kebahagian yang kekal
Tersenyumlah seperti fajar selepas hujan (Elisa)
diterbitkan oleh : Tabloid BIAS
Edisi 4, 2010
Taman Pintar Memberikan Wadah Berkreasi untuk Bangsa
Sejarah berdirinya Taman pintar yang berada di Jalan Panembahan Senopati 1-3 Yogyakarta dulu merupakan area Shopping Center. Pada saat menjadi shopping center situasi di sekeliling sangat kotor dan kumu. Karena kekotoran dan kekumuhan tersebut muncullah ide untuk di adakan tempat bermain Taman pintar. Kemudian dilakukanlah pembangunan pertama dengan relokasi pada tahun 2004 pada triwulan pertama. Sedangkan sebelum pembangunan pada triwulan yang kedua.
Melalui beberapa proses panjang dengan pihak terkait, akhirnya terjadilah kesepakatan. pada senin 20 Desember 2004 dilakukan peletakan batu pertama Genung Taman Pintar. Pembangunan Taman Pintar ini di lakukan beberapa tahap. Tahap pertama adalah Gedung Oval, tempat bermain Play Group dan PAUD, di susul dengan gedung Kotak, gedung Memorabia.
Gedung Oval ini merupakan tempat wisata yang menyajikan banyak pengetahuan hingga tingkat mahasiswa. Di dalam gedung oval terdiri dari Akuarium air tawar, kehidupan prasejerah manusia, tentang fisika, matematika, kimia dan Tata Surya. Banyak para pelajar dan mahasiswa datang ke taman pintar karena tempat yang nyaman dan memadahi. Seperti adanya layanan hotspot area di depan gedung oval. Mereka dapat mencari data di sana secara gratis.
Tahap pembangunan Taman Pintar selanjutnya dari Gedung Oval adalah dilakukannya Soft opening satu oleh Mendiknas Prof. Dr. Bambang Sudibyo di Gedung Play Group dan PAUD pada 20 mei 2006. Di gedung PAUD ini anak-anak di sediakan beberapa permainan menarik. Anak-anak bebas mengekspresikan kemauan mereka di sana sesenang hati. Para orangtua pun juga tidak perlu takut, di dalam wahana ini sudah terjaga.
Setelah Soft Opening pertama untuk Play Group dan PAUD adalah pembangunan kedua oleh mendiknas dan Menristek Gedung Oval lantai satu dan dua dan Gedung Kotak lantai satu pada 9 Juni 2007. gedung ini diadakan pembangunan penyempurnaan.
Selain pembangunan gedung di Taman Pintar yang dihadiri oleh beberapa pertinggi. Di depan halaman taman pintar juga terdapat tapak tilas dari beberapa mantan presiden. Diantaranya tapak kaki dan tangan dari BJ. Habibie, Srisultan Hamengku buana X, Susilo Bambang Yudhoyono dll. Di halaman Taman Pintar juga terdapat semacam monumen yang bertuliskan nama-nama Presiden yang dulu pernah menjabat.
Taman Pintar adalah satu-satu tempat wisata di Yogyakarta dengan segala aspek pembelajaran. Taman Pintar tempat belajar yang menyenangkan. Tempat belajar yang mencakup semua umur. Mulai dari anak-anak, hingga dewasa, Khususnya untuk pelajar. Di taman pintar menawarkan kegitan seperti Workshop, Kontes Robot, Panggung Kreatifitas, permainan Tradisional, belajar bermain Biola secara gratis dll. Taman pintar juga menyewakan tempat untuk para pelajar yang ingin mengadakan kegiatan sekolah secara gratis.
Taman Pintar salah satu tempat wisata di Jogjakarta yang menawarkan wahana bermain yang memberikan secara detail tentang beberapa materi yang berada di dalam sekolah. Di Taman Pintar memberikan alasan dan bukti secara kongkrit, hal ini agar para pengunjung mengerti alasan sebab terjadinya proses itu (baik itu proses matematika, fisika, dan kimia).
Taman Pintar hadir di Jogjakarta ingin menegaskan bahwa di Jogjakarta memang layak untuk di jadikan kota Pelajar. Mengingat hal ini pula, pihak pengelola Taman Pintar Tahun depan juga di percaya menjadi tuan rumah dalam rangka Penelitian Ilmiah seindonesia. Karena pada kesehariannya setiap kali diadakan lomba tingkat Nasional tuan rumah bertempat di Ibu kota, untuk tahun ini Jogjakarta menjadi tuan rumahnya. (Elisa)
diterbitkan oleh : Tabloid BIAS
edisi 4, 2010
Melalui beberapa proses panjang dengan pihak terkait, akhirnya terjadilah kesepakatan. pada senin 20 Desember 2004 dilakukan peletakan batu pertama Genung Taman Pintar. Pembangunan Taman Pintar ini di lakukan beberapa tahap. Tahap pertama adalah Gedung Oval, tempat bermain Play Group dan PAUD, di susul dengan gedung Kotak, gedung Memorabia.
Gedung Oval ini merupakan tempat wisata yang menyajikan banyak pengetahuan hingga tingkat mahasiswa. Di dalam gedung oval terdiri dari Akuarium air tawar, kehidupan prasejerah manusia, tentang fisika, matematika, kimia dan Tata Surya. Banyak para pelajar dan mahasiswa datang ke taman pintar karena tempat yang nyaman dan memadahi. Seperti adanya layanan hotspot area di depan gedung oval. Mereka dapat mencari data di sana secara gratis.
Tahap pembangunan Taman Pintar selanjutnya dari Gedung Oval adalah dilakukannya Soft opening satu oleh Mendiknas Prof. Dr. Bambang Sudibyo di Gedung Play Group dan PAUD pada 20 mei 2006. Di gedung PAUD ini anak-anak di sediakan beberapa permainan menarik. Anak-anak bebas mengekspresikan kemauan mereka di sana sesenang hati. Para orangtua pun juga tidak perlu takut, di dalam wahana ini sudah terjaga.
Setelah Soft Opening pertama untuk Play Group dan PAUD adalah pembangunan kedua oleh mendiknas dan Menristek Gedung Oval lantai satu dan dua dan Gedung Kotak lantai satu pada 9 Juni 2007. gedung ini diadakan pembangunan penyempurnaan.
Selain pembangunan gedung di Taman Pintar yang dihadiri oleh beberapa pertinggi. Di depan halaman taman pintar juga terdapat tapak tilas dari beberapa mantan presiden. Diantaranya tapak kaki dan tangan dari BJ. Habibie, Srisultan Hamengku buana X, Susilo Bambang Yudhoyono dll. Di halaman Taman Pintar juga terdapat semacam monumen yang bertuliskan nama-nama Presiden yang dulu pernah menjabat.
Taman Pintar adalah satu-satu tempat wisata di Yogyakarta dengan segala aspek pembelajaran. Taman Pintar tempat belajar yang menyenangkan. Tempat belajar yang mencakup semua umur. Mulai dari anak-anak, hingga dewasa, Khususnya untuk pelajar. Di taman pintar menawarkan kegitan seperti Workshop, Kontes Robot, Panggung Kreatifitas, permainan Tradisional, belajar bermain Biola secara gratis dll. Taman pintar juga menyewakan tempat untuk para pelajar yang ingin mengadakan kegiatan sekolah secara gratis.
Taman Pintar salah satu tempat wisata di Jogjakarta yang menawarkan wahana bermain yang memberikan secara detail tentang beberapa materi yang berada di dalam sekolah. Di Taman Pintar memberikan alasan dan bukti secara kongkrit, hal ini agar para pengunjung mengerti alasan sebab terjadinya proses itu (baik itu proses matematika, fisika, dan kimia).
Taman Pintar hadir di Jogjakarta ingin menegaskan bahwa di Jogjakarta memang layak untuk di jadikan kota Pelajar. Mengingat hal ini pula, pihak pengelola Taman Pintar Tahun depan juga di percaya menjadi tuan rumah dalam rangka Penelitian Ilmiah seindonesia. Karena pada kesehariannya setiap kali diadakan lomba tingkat Nasional tuan rumah bertempat di Ibu kota, untuk tahun ini Jogjakarta menjadi tuan rumahnya. (Elisa)
diterbitkan oleh : Tabloid BIAS
edisi 4, 2010
Puluhan Kantong Darah di SMKN2 Yogyakarta Untuk Kodya
7 Agustus 2010 bertempat di UKS SMK N 2 Yogyakarta, jalan AM Sangaji 47 bersama PMR Unit yang berkantor di tegalgendu 25 Yogyakarta menyelenggarakan aksi Donor Darah. Diikuti oleh 45 pelajar kelas 2. Donor darah ini di mulai pukul 08.00 WIB.
Aksi donor darah di SMKN 2 Yogyakarta ini merupakan kegiatan tahunan yang di adakan setiap empat bulan sekali. Latar belakang di adakan Donor Darah ini untuk meningkatkan pelayanan dan kesehatan akan pentingnya donor darah untuk orang lain, karena satu kantong darah dapat menolong 3 orang. Tujuan lain untuk meningkatkan eksistensi organisasi PMR unit 40 SMKN 2 Yogyakarta, untuk pendataan Donor darah Sukarela serta untuk pendataan keluarga Donor Darah SMKN2 Yogyakarta.
Tutur Ketua Panitia Donor Darah Zico Abadi, Dasar diadakannya Donor Darah di SMKN 2 Yogyakarta ini menggunakan visi misi tujuh prinsip Palang Merah Indonesia. Hal yang lain merupakan salah satu rekomendasi dari UTD Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini juga salah satu dari Program Kerja untuk periode 2010-2011.
Menginggat sedikitnya stok darah, hasil donor darah SMKN2 Yogyakarta ini untuk menambah stock darah di kodya. Tidak semua orang juga yang dapat mendonorkan darah. Setiap pendonor darah minimal berusia 17 tahun, maksimal 60 tahun. Berat badan sekurang-kurangnya 50 kg, dengan tekanan darah sistolik 100-160 mmHg, sedangkan untuk distolik 60-100 mmHg. Hemoglobin darah paling sedikit 12,5 gram%.
Setiap pendonor sangat perlu memperhatikan kesehatannya, karena setiap pendonor yang menderita Hepatitis, sipilis, jantung, TBC, Diabetes, Tumor, Hati, Limpa Bengkak, tekanan darah tinggi/rendah, Spleneotomi, pecandu narkoba dan tidak terjangkit HIV/Aids. Jika penderita terjangkit salah satu penyakit yang di sebutan tersebut, si pendonor tidak di izinkan untuk menyumbangkan darah untuk keselamatan kedua belah pihak.
Donor darah merupakan salah satu cara untuk menjadikan tubuh menjadi sehat, sama seperti kita melakukan olah raga. Melakukan donor darah bermanfaat karena darah yang di ambil akan tumbuh unsur darah baru yang mengantikan darah yang terambil tadi, sehingga peredaran darah dalam tubuh menjadi fresh dengan darah baru. Selain itu, si pendonor terpantau kesehatannya, karena si pendonor sebelum melakukan donor darah diperiksa di laboratorium secara berkala. Karena donor darah, jika pendonor mengidap penyakit kita akan segera tahu secara gratis.
Dalam aksi donor darah di SMK N 2 Yogyakarta kemarin menuturkan kepada wartawan BIAS bahwa Palang Merah Indonesia menyediakan Tenga transfusi. PMI menerima panggilan untuk lembaga yang ingin menyalurkan aksi donor darah. Dengan beberapa syarat yaitu, mengajukan surat yang ditujukan ke UTDC PMI kota Yogykarta. Dengan calon pendonor minimal 25 orang, apabila kurang dari 25 orang bisa dilaksanakan di markas PMI kota Yogyakarta jln. Tegalgendu 25 yogyakarta. (Arip dan Elisa)
di terbitkan oleh : Tabloid BIAS
edisi 4, 2010
Aksi donor darah di SMKN 2 Yogyakarta ini merupakan kegiatan tahunan yang di adakan setiap empat bulan sekali. Latar belakang di adakan Donor Darah ini untuk meningkatkan pelayanan dan kesehatan akan pentingnya donor darah untuk orang lain, karena satu kantong darah dapat menolong 3 orang. Tujuan lain untuk meningkatkan eksistensi organisasi PMR unit 40 SMKN 2 Yogyakarta, untuk pendataan Donor darah Sukarela serta untuk pendataan keluarga Donor Darah SMKN2 Yogyakarta.
Tutur Ketua Panitia Donor Darah Zico Abadi, Dasar diadakannya Donor Darah di SMKN 2 Yogyakarta ini menggunakan visi misi tujuh prinsip Palang Merah Indonesia. Hal yang lain merupakan salah satu rekomendasi dari UTD Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini juga salah satu dari Program Kerja untuk periode 2010-2011.
Menginggat sedikitnya stok darah, hasil donor darah SMKN2 Yogyakarta ini untuk menambah stock darah di kodya. Tidak semua orang juga yang dapat mendonorkan darah. Setiap pendonor darah minimal berusia 17 tahun, maksimal 60 tahun. Berat badan sekurang-kurangnya 50 kg, dengan tekanan darah sistolik 100-160 mmHg, sedangkan untuk distolik 60-100 mmHg. Hemoglobin darah paling sedikit 12,5 gram%.
Setiap pendonor sangat perlu memperhatikan kesehatannya, karena setiap pendonor yang menderita Hepatitis, sipilis, jantung, TBC, Diabetes, Tumor, Hati, Limpa Bengkak, tekanan darah tinggi/rendah, Spleneotomi, pecandu narkoba dan tidak terjangkit HIV/Aids. Jika penderita terjangkit salah satu penyakit yang di sebutan tersebut, si pendonor tidak di izinkan untuk menyumbangkan darah untuk keselamatan kedua belah pihak.
Donor darah merupakan salah satu cara untuk menjadikan tubuh menjadi sehat, sama seperti kita melakukan olah raga. Melakukan donor darah bermanfaat karena darah yang di ambil akan tumbuh unsur darah baru yang mengantikan darah yang terambil tadi, sehingga peredaran darah dalam tubuh menjadi fresh dengan darah baru. Selain itu, si pendonor terpantau kesehatannya, karena si pendonor sebelum melakukan donor darah diperiksa di laboratorium secara berkala. Karena donor darah, jika pendonor mengidap penyakit kita akan segera tahu secara gratis.
Dalam aksi donor darah di SMK N 2 Yogyakarta kemarin menuturkan kepada wartawan BIAS bahwa Palang Merah Indonesia menyediakan Tenga transfusi. PMI menerima panggilan untuk lembaga yang ingin menyalurkan aksi donor darah. Dengan beberapa syarat yaitu, mengajukan surat yang ditujukan ke UTDC PMI kota Yogykarta. Dengan calon pendonor minimal 25 orang, apabila kurang dari 25 orang bisa dilaksanakan di markas PMI kota Yogyakarta jln. Tegalgendu 25 yogyakarta. (Arip dan Elisa)
di terbitkan oleh : Tabloid BIAS
edisi 4, 2010
Thursday, September 2, 2010
Batik Satu Bukti Sejarah Kitalah Taruhannya
![]() |
Foto : Ist |
Batik, khususnya batik Jogjakarta dahulu hanya dipergunakan oleh para bangsawan raja Mataram. Batik Parang Kesit misalnya, di gunakan oleh keturunan bangsawan Raja untuk “Putro Kakung”. Sedangkan Parang Klitik dikenakan oleh keturunan bangsawan Raja untuk “Putri Kakung”. Untuk Motif Parang Klitik bentuknya sama dengan motif Parang Rusak, hanya saja untuk motif Parang Klitik lebih kecil dari Parang Rusak. Seiring berjalannya waktu, diumumkan bahwa batik sudah diperbolehkan digunakan oleh semua kalangan. Mulai dari situlah batik di kenal indonesia, sebelum akhirnya konflik Indonesia dengan Malesia masalah Batik bergulir panas.
Konon Batik Parang Rusak di temukan di pantai Parangtritis dan Parang Kusumo. Dulu pernah ada Raja Jogja (namanya saya Lupa) bertapa, dalam pertapaan itu ia mendapatkan wangsint, melihat tebing di sekitar Pantai Selatan dari Kejauhan. Dari kejauhan, Lekukan pada batu itu membentuk sebuah gambaran yang terlihat indah. Karena itulah mulai muncul Batik. Sekarang ikut berkembangnya zaman, batik bermuncullan dengan berbagai makna filosofi.
MOS SMK Budhi Dharma Piyungan Berkunjung ke UD. Topo Hp
Kamis, 15 Juli 2010, Usai Masa Organisasi Sekolah (MOS). SMK Budhi Dharma Piyungan melakukan kunjungan Industri ke UD. Topo Hp yang berada di Pijenan, Wijirejo Pandak Bantul (Selatan Makam Sewu). Kunjungan industri ini Di ikuti oleh seluruh peserta MOS Di dampingi oleh beberapa Guru pengajar dan OSIS.
Sebelum berangkat melakukan kunjungan industri, mereka melakukan serangkailan latihan Upacara Bendera yang di bimbing oleh segenap pengurus OSIS di SMK Budhi Dharma Piyungan. Pukul 08.20, mereka menuju ke UD. Topo Hp dengan mengunakan Bus Pariwisata.
Sesampai di sana, mereka disambut baik oleh Pemilik UD. Topo Hp. Nama pemilik UD ini sama dengan nama UD Topo Hp, yaitu Pak Topo. Pemilik UD. Batik milik pak Topo ini merupakan usaha/warisan dari orang tua mereka. Batik di keluarga Pak Topo tidak boleh lepas, Batik sudah menjadi sebagian dari hidup Pak Topo dan keluarganya, ungkapnya.
Pak Topo ini bisa disebut sebagai dedengkot menjamurnya pengrajin Batik di kawasan Bantul, terutarama di Wijirejo. Karena Pak Topo, banyak teman-teman mengikuti jejaknya dibidang batik. Di sana peserta MOS SMK Budhi Dharma berinteraksi, dikenalkan tentang batik Jogja. Bagaimana cara memegang ”Canthing” (alat untuk membatik), cara pembuatan yang benar dan sesuai komposisi.
Dua perwakilan siswa diperbolehkan belajar membatik langsung, tentang bagaimana langkah awal memanaskan malam, menuangkan di atas kain. Langkah akhir pengrebusan, pembilasan sampai penjemuran selesai. Beberapa lagi ada yang pergi ke toko batik milik Pak Topo, ada pula yang melihat para pengrajin di sana yang sedang membatik tulis.
Para peserta MOS sangat antusias ketika mereka di ajak mengitari daerah Pijenan, Wijirejo yang memproduksi Batik. Beberapa meter dari UD. Banyak warga yang membatik di depan rumah mereka masing-masing. Di dekat rumah yang lain, ada berlembar-lembar Batik yang di jemur di halaman rumah.
Sebagian dari peserta MOS SMK Budhi Dharma berplencar. Mereka ada yang tertarik melihat dan mendatangi rumah-rumah warga yang sedang melakukan kegiatan membatik di halaman rumah mereka. Beberapa lagi ada yang terus melanjutkan perjalanan menuju rumah produksi Batik cap milik pak Topo, telaknya tidak jauh dari rumah produksi Batik Tulis.
Sudah sampai di rumah produksi Batik Cap milik Pak Topo. Di rumah produksi yang berukuran + 10x5 meter ini mempekerjakan sekitar 10 orang, khusus untuk yang memproduksi batik Cap. Alat yang di gunakan untuk batik cap sangat sederhana, bentuk dari cap Batik itu semacam cap stempel. Simple dan tidak kalah bagus dengan Batik Tulis.
***
Paska Gempa, Pak Topo menyelenggarakan diklat yang di ikuti oleh 15 orang pengrajin. Setiap masing-masing peserta diberi modal 2.000.000 untuk mendirikan usaha Batik. Sekarang Pengrajin Batik yang berada di bawah naungan UD. Topo Hp ini mendirikan sebuah organisasi Paguyuban Pengrajin Batik Wijimulyo (PPBW). Pelanggan Batik Pak Topo dari sabang sampai merauke, mereka memesan batik di tempat Pak Topo. Mulai dari Sumatra, Jambi, Riau, Samarinda, Sumedang. Semua motif batik ada di sana, kecuali motif NTT yang sampai sekarang belum masuk.
Tujuan Pak Topo menggadakan diklat tersebut untuk menyalurkan semua pengetahuan tentang membatik kepada generasi muda. Ilmu yang tidak diamalkan tidak akan berguna, dengan cara membagikan ilmu seperti ini akan bermanfaat untuk semua. Pak Topo juga membuka lebar-lebar kepada siapa saja yang ingin tau tentang Batik datang ke rumahnya, Pak Topo tidak akan menyembunyikan ilmu yang di dapat untuk kepentingan sendiri.
Dua paragraf terakir inilah yang di sampaikan Pak Topo kepada peserta MOS SMK Budhi Dharma. Memberikan garis besar kepada peserta MOS, bahwa Kepintaran yang tidak dibagikan justru merugikan, dan sebaliknya. Tidak ada salahnya berbaik hati dan berbagi untuk kepentingan bersama. (Elisa)
diterbitkan oleh Tabloid BIAS,
edisi 3 2010
Sebelum berangkat melakukan kunjungan industri, mereka melakukan serangkailan latihan Upacara Bendera yang di bimbing oleh segenap pengurus OSIS di SMK Budhi Dharma Piyungan. Pukul 08.20, mereka menuju ke UD. Topo Hp dengan mengunakan Bus Pariwisata.
Sesampai di sana, mereka disambut baik oleh Pemilik UD. Topo Hp. Nama pemilik UD ini sama dengan nama UD Topo Hp, yaitu Pak Topo. Pemilik UD. Batik milik pak Topo ini merupakan usaha/warisan dari orang tua mereka. Batik di keluarga Pak Topo tidak boleh lepas, Batik sudah menjadi sebagian dari hidup Pak Topo dan keluarganya, ungkapnya.
Pak Topo ini bisa disebut sebagai dedengkot menjamurnya pengrajin Batik di kawasan Bantul, terutarama di Wijirejo. Karena Pak Topo, banyak teman-teman mengikuti jejaknya dibidang batik. Di sana peserta MOS SMK Budhi Dharma berinteraksi, dikenalkan tentang batik Jogja. Bagaimana cara memegang ”Canthing” (alat untuk membatik), cara pembuatan yang benar dan sesuai komposisi.
Dua perwakilan siswa diperbolehkan belajar membatik langsung, tentang bagaimana langkah awal memanaskan malam, menuangkan di atas kain. Langkah akhir pengrebusan, pembilasan sampai penjemuran selesai. Beberapa lagi ada yang pergi ke toko batik milik Pak Topo, ada pula yang melihat para pengrajin di sana yang sedang membatik tulis.
Para peserta MOS sangat antusias ketika mereka di ajak mengitari daerah Pijenan, Wijirejo yang memproduksi Batik. Beberapa meter dari UD. Banyak warga yang membatik di depan rumah mereka masing-masing. Di dekat rumah yang lain, ada berlembar-lembar Batik yang di jemur di halaman rumah.
Sebagian dari peserta MOS SMK Budhi Dharma berplencar. Mereka ada yang tertarik melihat dan mendatangi rumah-rumah warga yang sedang melakukan kegiatan membatik di halaman rumah mereka. Beberapa lagi ada yang terus melanjutkan perjalanan menuju rumah produksi Batik cap milik pak Topo, telaknya tidak jauh dari rumah produksi Batik Tulis.
Sudah sampai di rumah produksi Batik Cap milik Pak Topo. Di rumah produksi yang berukuran + 10x5 meter ini mempekerjakan sekitar 10 orang, khusus untuk yang memproduksi batik Cap. Alat yang di gunakan untuk batik cap sangat sederhana, bentuk dari cap Batik itu semacam cap stempel. Simple dan tidak kalah bagus dengan Batik Tulis.
***
Paska Gempa, Pak Topo menyelenggarakan diklat yang di ikuti oleh 15 orang pengrajin. Setiap masing-masing peserta diberi modal 2.000.000 untuk mendirikan usaha Batik. Sekarang Pengrajin Batik yang berada di bawah naungan UD. Topo Hp ini mendirikan sebuah organisasi Paguyuban Pengrajin Batik Wijimulyo (PPBW). Pelanggan Batik Pak Topo dari sabang sampai merauke, mereka memesan batik di tempat Pak Topo. Mulai dari Sumatra, Jambi, Riau, Samarinda, Sumedang. Semua motif batik ada di sana, kecuali motif NTT yang sampai sekarang belum masuk.
Tujuan Pak Topo menggadakan diklat tersebut untuk menyalurkan semua pengetahuan tentang membatik kepada generasi muda. Ilmu yang tidak diamalkan tidak akan berguna, dengan cara membagikan ilmu seperti ini akan bermanfaat untuk semua. Pak Topo juga membuka lebar-lebar kepada siapa saja yang ingin tau tentang Batik datang ke rumahnya, Pak Topo tidak akan menyembunyikan ilmu yang di dapat untuk kepentingan sendiri.
Dua paragraf terakir inilah yang di sampaikan Pak Topo kepada peserta MOS SMK Budhi Dharma. Memberikan garis besar kepada peserta MOS, bahwa Kepintaran yang tidak dibagikan justru merugikan, dan sebaliknya. Tidak ada salahnya berbaik hati dan berbagi untuk kepentingan bersama. (Elisa)
diterbitkan oleh Tabloid BIAS,
edisi 3 2010
Ada rahasia di lekukan Benteng Vendeberg
Foto : Elisa |
Berdiri di pertigaan jalan, Uzik menatap bola mata kosong anak-anak yang berbaju kumal di sebrang jalan. Mereka menuntun sepeda renta yang di boncengi anak kecil. Rambut berponi dan keriwil sebahu.
Memboncengkan adiknya berumur 4 tahun. Yah, selisihnya hanya dua tahun saja. Siang itu memang sedang panas, di tambah puluhan asap kendaraan yang selalu menjadi bahan dasar make up para kaum adam dan hawa dalam beraktivitas.
Cara berpakaian anak-anak yang hidup di perkotaan semacam itu membuat uzik terpaku. Tiba-tiba hati berdegub kencang. Bulu kuduk berdiri. Sejurus kemudian tangan kanannya meraih leher belakang yang merinding segera menghilang.
***
“Kali ini apa yang akan di katakan padaku. Baru seminggu datang ke rumah, sudah mengajak bertemu empat mata”. Bisik Uzik ketika melintasi trotoar.
Sore ini jalan malioboro ramai. Terbukti sepanjang jalan malioboro banyak parkir motor, di ruas jalan juga berjejalan laju kendaraan. Tetapi ribuan penggunjung tidak juga mengusik pikiran uzik yang diselimuti tandatanya besar.
Beberapa Lampu tua telah di lewatinya. Orang-orang yang menjajakan sandang pangan berangsur-angsur berkurang. di bawah pohon beringin, terlihat ibu separuh baya dengan menggunakan baju biru duduk di bawah pohon ringin besar. Beliau tengah mengamati setiap jengkal benteng vendeberg. Sesekali melihat laju kendaran yang semakin beringas.
Uzik semakin mempercepat langkah. Menghampiri ibu itu dan duduk di dekatnya dengan beberapa sapaan hangat. Walau sebenarnya sulit uzik lakukan bersikap manis di hadapannya.
“Uzik sudah datang?”. Tanya Ibu Mariam
Uzik hanya menganggukan pelan dangan senyuman terpaksa.
Angin beralun sepoi-sepoi. Dedaunan bergesek. Menjatuhkan dedaunan. Terkapar di sepanjang jalan setapak, dan disekitar peristirahatan. Tidak ada yang memungut dan menyingkirkan daun itu. Semua orang acuh.
***
Angin tiba-tiba berhenti. Petir mengoyak kilatan cahaya yang tengah dirundung mendung tebal. Uzik mematung. Tetap diam dalam duduknya. Seluruh rambutnya berdiri ke atas, siap mencakar tetes-tetes hujan lebat yang hendak turun. Wajahnya yang kuning langsat, seketika merah padam.
Sebenarnya ingin sekali uzik mengeluarkan kata-kata kepada ibu mariam. Banyak, bahkan lebih dari 10 kalimat yang ingin uzik tanyakan untuk memastikan jawaban. Entah mengapa Kata-katanya terborgol oleh liur. Lidah kaku membeku.
“…….. Begitulah cerita sebenarnya”. Jelas bu Mariam
Mariam melihat mata gadis yang sedang duduk di kelas tiga SMA itu. Mata ibu mariam menatap dengan seksama. Nampak jelas di kantung matanya menyimpan butiran air mata yang di tahan.
“Apakah Ini jawaban atas kegelisahanku sejak keberangkatanku ke sini. Haruskah aku mendengarkan semua cerita ini. Bagaimana dengan ayah dan ibu yang selama ini membesarkanku. Dia adalah pelita cinta, pelita yang senantiasa menyuguhkan bumbu-bumbu manis di setiap harapku”. Batin Uzik dalam kediamannya.
Entah nafas dari mana, Uzik mengatakan kalimat yang membuat Ibu mariam tidak mampu mengatakan satupan kalimat untuk membujuk Uzik memihak alasannya.
***
“Duhai ibu. Ceritakan apa yang terjadi selama ini. sungguh aku tidak rela jika aku harus ikut dengan ibu mariam. Benarkah bibi mariam dari jakarta itu benar ibuku?”. Tanya uzik.
Ibu hanya mengangguk pelan. Wajahnya muram menahan isak tangis air mata. Kata-kata yang ingin keluar dari bibir keriputnya hingga tak mampu untuk di gerakan menjelaskan suatu berita.
“Duhai putriku sayang. Waktu dapat merubah segalanya. Dewasalah dalam rahmat dan kasih sayang sang pencipta. Inilah cara terbaik tuhan menguji kita. Terutama kamu. Jangan kau salahkan ibu kandungmu, terimalah dia tanpa amarah. Alasan yang di katakan ibumu hari ini memang benar apa adanya. Dulu kau adalah anak dari hubungan gelap dari lelaki kaya dan terpandang.”
Uzik hanya mampu menelan ludah dan membuang segala peluh yang bersarang. (Elisa)
diterbitkan oleh Tabloid BIAS,
edisi 3 2010