Friday, October 16, 2009

SIMPONI KEMERDEKAAN

Elisa
Cakrawala memotong garis simetri tepat di garis ufuk timur. Sinarnya kian merekah, memancar setiap sudut terpetang. Sang bukit sertamerta membiaskan bayangan dipilar-pilar sinar sang surya yang kian membumbung. Namun harapan pagi itu telah tersamarkan oleh kabut. Menenggelamkan diri di atas pucuk-pucuk rumput ilalang.

Lihat gadis SMK itu. Kalangan anak tidak punya, namanya Yuliani. Lihatlah kakinya yang kusam. Telapak kakinya yang bengkak. Pucuk-pucuk jari kakinya yang panjang dan tak sedap dipandang mata, serasa mual dan muntah melihatnya.

Sepatunya kumal, dan kaos kakinya di penuhi debu jalanan. Langkah tegapnya membuat jahitan ditepian sepatu itu meraung-raung. Ibu jarinya terlhat jika langkah kaki diangkat sekali saja. Betapa hitamnya, sungguh debu yang tertempel memang terlalu pekat.

***

Kesendirian biasa Yuli jalani. Saat gerbang sekolah terbuka, dan anak-anak masuk ke gerbang. Kerlingan mata kesedihan nampak di mana-mana. Hanya bermula pada sepatu melonglong dan baju putih abu-abu yang kumal. Sungguh, hati Yuli tidak mengharapkan tatapan belas kasihan dari teman-teman seperti itu. Terkadang senyum kejam kerap ditemui. Yuli merasa bagaikan sampah yang hendak dilempar jauh-jauh dari sekolah, atau disingkirkan disuatu sudut seorang diri.

Seragam mereka bersih-bersih, sepatu mereka masih terlihat bagus, tasnya juga. Tawa membaha setiap ruang. Kecerian mereka, cita-cita mereka yang tertata rapi. Sungguh keberanian bermimpi yang begitu mengairah.

***

Seorang pemuda bertubuh tinggi, kekar, otot-atot tangannya nampak, kulitnya hitam langsat terbakar mata hari, suara yang begitu menggetarkan para wanita udzur. Teriakan dan tawa teman-teman yang membentuk berisan itu nampak tenang sekarang, dan pelatihan upara 17-an sekecamatan segera dimulai. Beberapa siswa yang tidak terpilih, teman-temannya yang telah mendamparkannya di lembah ketiadaan. Bagi Yuli, menjadi cadangan Paskibra di kecamatan sesuatu yang luar biasa. Kecerdasan dan prestasinya di sekolah mungkin jadi pertimbangan kenapa yuli terpilih, selain secara fisik ia memang sempurna untuk menjadi seorang paskibra.

Yuli melihat ujung jari kakinya yang kini telah rata. Tadi pagi ia gunakan pisau dapur untuk memotong kukunya yang panjag dan kotor. Ia tersenyum, dialihkan pandangannya pada sepasang sepatu baru yang dibeli dengan tabungan yang ia kumpulkan selama dua tahun di celengan bambu.

Secarik kertas ditangannya meliuk-liuk bagaikan topan kesetanan. Hati Yuli bergetar saat ujung pensil menggores kertas gambar yang ia bawa. Pencil itu sangat pendek, hanya 5 cm saja.

Peluh mengenang di pelupuk mata. Puluhan kawan yang berdiri di depan I lukis penuh ketulusan. 

“Kawan, ku gambar paras kalian, kemudian kanku bingkai kalian sepenuh hatiku. Kanku doakan kalian akan cita-citamu. Meski kau injak-injak harga diriku dengan kerlingan matamu. Aku tak mempedulikan cacianmu kemarin. Kini harapan kalian menjadi paskibra telah terlaksana”.

“Lukisanmu bagus. Tubuhmu juga tegap”. Kata Pembina pengibar bendera seraya menatap lukisan yuli lama. Di lihatnya dari berbagai sudut dan rah. Lukisan pasukan pengibar bendera dan pengirinya begitu sempurna.
 
“pakai sepatumu, ikutlah menjadi pengibar bendara!. Di dalam haitmu ada ketulusan akan kemerdekaan melalui goresan tangan dan sentuhan hatimu ini. aku suka dengan ekspresimu menungkan pikiran di atas kertas”. Tatapan instruktuk Paskibra menegaskan sebuah tugas yang diberikan kepada Yuli.

Angina tiba-tiba berhembus. Mimpi yang selama ini hanya terbesit di dalam hati, akhirnya Tuhan telah mendengar. Satu kebahagian akan di persembahkan kepada para pahlawan yang sekarang tengah tidur pulas di pusaran. Di lapangan kecamatan, yuli akan melantunkan doa. Tubuhnya menghadap merah putih. Hati semakin bergetar saat sang saka berkibar di pucuk tiang yang gagah perkasa. □–g (Elisa, SMK Budhi Dharma Piyungan)

Di Muat di Kedaulatan Rakyat : Kedaulatan Rakyat

COWOK TAMPIL MODIS, WAJAR AJA

Pernah lihat cowok yang berdandan rapi?, bahkan memulas wajahnya dengan make up, meski tidak begitu tebal. Jika cewek tampil modis dan rapi dengan balutan make up dan aksesori lain, memang semakin menambah sempurna penampilan. Lalu bagaimana jika hal ini terjadi di kalangan kaum laki-laki?.
Kebanyakan remaja putrid akan memandang aneh jika ada anak cowok yang berdandan rapi dengan kesan berlebih-lebihan. Namun adapula yang berpandangan sah-sah saja, cowok tampil modis, wangis, hemmm…, asal tidak kelewat batas. Maksudnya tetep dengan karakter layaknya seoarang laki-laki. Lagian sekarang banyak jika kosmetik dan model baju yang nyentrik untuk cowok. Entah mereka pakai sekedar menarik para cewek, atau kesadaran dalam diri tentang suatu kerapian.
“ya iyalah penampilan harus diperhatikan, karena penampilan mencerminkan jiwa yang ok”. Jelan ipan, sebut saja begitu, salah seorang siswa dari sekolah menenagh teknik industri (SMTI) Yogyakarta. Baginya penampilan menarik perlu, karena orang akan melihat pertama kali dari penampilan fisik.
Untuk mendapatkan penampilan yang ok, tidak jarang juga alat-alat kosmetik jadi pelarian. Nah kalau menurut kamu, cowok pakai kosmetik itu perlu tidak sih?.
“dibilang perlu atau tidak tergantung cara pandang masing-masing. Kalo aku sih sebenarnya tidak begitu setuju”. Jawab udin yang duduk di kelas 2 akuntansi di SMK Budhi Dharma.
“Aku memang suka dandan, tapi aku tetap cowok sejati lho, dandan, tapi aku tetap cowok sejati lho, dandan Cuma buat penampilanku aja kok,” jelas bowo.
Wah, berarti sekarang yang tampil modis dan suka berdandan tidak hanya untuk perempuan saja ya?. Ternyata cowok juga perlu berdandan juga. Sebenarnya perbedaan cowok yang disuka berdandan maupun hanya sekedar berpenampilan rapi dengan cowok yang tampil apa adanya, bagaimana sih penilaian di mata remaja?.
”kalau aku senang melihat cowok yang berpakaian rapi. Seperti anak kantoran yang banyak duit, tapi tidak tahu dalamnya seperti apa?. Jika cowok yang suka berdandan, aku sendiri setuju-setuju aja, asal tingkah lakunya seperti anak laki-laki pada umumny,” jelas Tri yang duduk di SMK Budhi Dharma.
“Tentunya senang melihat cowok yang rapi, jika ditanya alasannya aku sendiri juga tidak tahu. Pokoknya juga tidak tahu. Pokoknya seneng aja”. Jelas maya dri SMP Pembangunan Piyungan kelas 2B.
“Wah yang pasti aku pengen bage punya cowok yang kayak gitu. Lihat saja Afgan dan Dikta ‘yovi and nuno’. Enak aja dilihat. Ada pepatah mengatakan bahwa penampilan itu mencerminkan diri seseorang. Jadi kalo ada orang yuang berpakaian rapi, orang pasti langsung menilai kalo orang itu pribadinya baik. Tapi tidak selamanya lho penampiplang mencerminkan orang nya baik.
Jadi yang paling penting adalah Innerbeuty yang dimiliknya. Walaupun tidak terlalu rapi penampilannya tetapi memiliki nnerbeauty kuat, tetap terpancar mengalahkan apapun”. Jelas Annida Hanifa yang duduk di kelas 1 SMA 5 Yogyakarta.
“sebenarnya factor yang memengaruhi pembentukan kepribadian sesorang slah satunya adalah tuntutan gaya hidup untuk tampil menarik dan tidak ketinggalan zaman. Tampil modis, rapi, memakai bedak adalah bagian dari pemenuhan itu. Makanya sekarang yang dandan tidak hanya cewek tapi juga cowok. Standar cowok tidak lagi diukur dari tampang dan dompetnya, tapi juga kebersihan tubuhnya, rambut, klimis, dan raut wajah. Akhirnya munculah produk-produk kosmetik dan salon-salon kecantikan untuk cowok”, tutur mbak titin, salah satu alumni jurusan psikologi dari salah satu Universita negegri di Yogyakarta.
Wah jadi sekarang kerapian dalam berpenampilan sangat berpengaruh ya?. Pantas saja kaum laki-laki tidak mau ketinggalan ingin tampil modis dan gaya, mungkin bagi mereka berpenampilan rapi, dan modis tidak punya untuk dilakukan oleh para cewek, tetapi cowok juga berhak.. (Elisa dan Ajeng Anis Woro)-c

Sumber : Kedaulatan Rakyat

UN Bukan Taruhan Hidup dan Mati

Tanggal 20 April adalah hari di selenggarakannya UN tingkat SMA/SMK. Sedangkan untuk SMP sederat dilaksanakan pada 27 April.Sungguh momentum yang bisa di bilang hari-hari mendebarkan. Belajar selama tiga tahun ditentukan dalam waktu hitungan hari. Sungguh ironi, bagaikan perpolitikan yang menjual suara dengan uang.

Peraturan inilah yang dijadikan alas an anak didik menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kelulusan. Ada yangmengambil jalan lpintas, seperti bekerja sama dengan teman, membeli soal UN, yang isinya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan tahun kemarin ada yang mrelakan bunuh diri dari pada mengikuti UN.
Baguskah meningkatkan standar kelulusan tiap tahunya? Jwabannya pun relative. Di pandang dari sudut mana kita.

Benarkan persoalan mendasar kependidikan ini dari segi sumber daya manusianya , atau atura n itu sendiri dibuat. Artinya suatu peratuan dibuat, harus ada langkah kongkrit nyata. Contoh : jika melarang para pedagang kaki lima berjualan di inggir jalan, ya… mereka dibuatkan tempat seperti pasar untuk mereka. Tapi kenyataannya pendidikan di Indonesia masih seperti ini.

Lalu sarana dan prasaranan UN serta mental para peserta, apakah sudah maksimal?.
“Aku bingung tidak tau harus jawab apa pertanyaan yang kau lemparkan padaku, aku baru mikirin besok pagi”. Jawab arif syarifudin (18tahun) SMK Muhamadiah 3, satu hari menjelang UN.

“Kalo masalah sarana dan prasaranya sudah di sediakan sekolah. Inginnya UN ini di undur saja. Jujur aku belum siap secara maksimal jika dilakukan besok pagi” ungkap purwanto, siswa SMK Budhi Dharma (17Tahun).

“Wah, aku deg-degan, nervous, gemetar, takut pokoknya campur aduk jadi satu. Pusing, soal hari pertama sulit!!. Mengerjakannya keburu-buru waktu habis”. Ungkap ASna Yumaidah 18 TAhun, SMK Kalasan.
Apa ya, tanggapan siswa dan tanggapan para Pengajar?

“Jangan Cuma menaikan standar kelulusan saja, tetapi dibarengi dengan kualitas”. Jawab singkat Arif Syarifudin (!8 tahun) setelah satu siswa dari SMK Muhamadiyah 3, saat usai UN hari pertama.

“Terlalu padat kurikulum, dan tidak focus. Harusnya dari SMP sudah di arahkan penjurusan,”. Jelas Windu MAhmud salah satu pengajar dari SMPN 2 Bambanglipuro Bantul.

“Sistem pendidikannya gak jelas dalam arti membinggungkan. Karena ganti-ganti kurikulum melulu, seingga kita sering repot dalam mengerjakan tugas sebagai guru. Terutama ketika sedang ujian.

Cotonhonya tahun ini kita sudah menggunakan KTSP, tapi soal dari dinas masih menggunakan KBK. Jadi kita yang terkna komplain wali murid dan anak-anak. Karena materi yang mereka pelajari tidak keluar, yang keluar malam soal yang belum di pelajari. Tetapi ya sejauh ini ibu hanya bisa berusaha menjalan kan tugas yang sudah diamanahkan dengan sebaik-baiknya, terlepas dari segala kekurangan dan kelebihan ibu sebagai manusia”. Jalas ibu Inna Alawiyah, alumnus dari UMJ (Guru SD STIBA Sukabumi), saat saya Tanya melalu FB.

Untuk kanak-kanak kelas tiga, dan adik-adik yang juga akan melaksanakan UN. Kita turut mendoakan kalian semua. Jangan takut gagal. Kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Meskipun ada teman-teman yang menganggap UN sebagai dasar kecerdasan atau bahakan ada yang menganggp taruhan hidup atau mati. Hiraukan perkataan itu jika membuat kawan-kawan tertekan. Lupakan semua kata yang membuatmu takut, jangan dengarkan.

Jika tidak lulus, masih banyak kesempatan. Jalan tidak hanya satu, masih banyak jalan yang belum kita kuak. Hidup bukan di ratapi, tetapi sebagai cermin. Karena hidup sesungguhnya adalah kita bisa mencari hikmah di balik kegagalan dan di balik keberhasilan itu. Jadi untuk kakak kelas tida SMP, SMA jangan pernah putus asa. Raih kembali layng-layang yang sudah putus. SEMANGAT!!!! (Elisa)

Sumber : BIAS

HIV/AIDS? JANGAN SAMPAI AH…

Tanggal 1 desember itu hari apa sih?. Banyak remaja di kota yogyakarta yang masih belum mengerti hari itu, padahal 1 desember diperingati sebagai hari aids oleh seluruh dunia. Tanggal di peringatinya saja tidak tahu, apalagi arti dari aids. Seperti halnya Efandra saat di Tanya mengenai hari Aids sedunia, “HAri apa ya, aku tidan ngerti e. kalau enggak salah sih hari senin, heee.” Jawan efan siswa SMA 1 Sewon.
Pengetahuan tentang hari aids saja masih kurang dipahami oleh para remaja sekarang, padahal bahaya aids sedang mengintai mereka dimana saja. Aid sedang membuyarkan masa muda mereka. Untuk itu sangat dibutuhkan penyuluhan mengenai apa itu aids, bahayannya, cara penularan, serta akibatnya. Terutama bagi para remaja yang notabene masih duduk dibangku SMP dan SMA.
Lain lagi jawaban dari fitri yang duduk di kelas 2 akuntasi SMK Budhi Dharma, “Tanggal 1 DEsember kita mempertingati hari aids. Dengan adanya hari aids, kita semua teringat akan penderitaan yang dialami saudara-saudara kita. Dan kita akan berpikir betapa pentingnya kesehatan yang begitu mahal itu. Mungkin peringatan ini mampu menyadarkan kita semua terutama bagi para tunas bangsa untuk lebih memahami bahwa kemajuan, perkembangan, serta ketentraman Negara kita ini adalah tanggung jawab bersama.”
“Setahuku aids itu penyakit yang menyebabkan berkurangnya fungsi dari sitem perisai kekebalan tubuh karena masuknya virus ke aliran darah manusia,” jelas ika, siswa SMK 1 Yogya.
“Apalagi Aids itu bahaya banget dan sampai sekarang belum ada obatnya.” Sambung angger Prasetya siswa SMK 2 Yogya yang ditemui di sebua studio musik di daerah bausasran. Cukup lega kalau mereka paling tidak sudah mengerti apa itu HIV/AIDS, apalagi mereka adalah anak-anak band yang sangat rentan dengan narkoba dan seks bebas.
Tapi apa sih sebenarnya HIV/AIDS, apalagi mereka adalah anak-anak band yang sangat rentang dengan narkoba dan seks bebas.
Tetapi apa sih sebenarnya HIV/AIDS itu?. Kita simak penjelasan dari ARsih selaku coordinator Pusat Studi SEksualitas Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
“Kita mulai dulu dari kepanjangannya ya. HIV (Human immunodeficiency virus). Human = manusia. Immunodeficiency= kekurangan kekebalan tubuh, dan virus=virus/penyakit. HIV adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh. Lalu AIDS (acquired immuno deficiency syndrome), acquired = menerima, immuno=kekebalan tubuh, deficiency=kekuranga, syndrome=kumpulan gejala. Jadi AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya/menurunya kekebalan tubuh karena infeksi lanjut dari HIV”.
Media penularannya dari mana saja dan bagaimana kita bisa tertular HIV/AIDS? Menurutnya bisa melalu cairan sperma, cairan vagina, darah dan asi. Sedangkan cara menularnya misalkan melalui hubungan seks dengan orang yang terinfeksi tanpa menggunakan kondom, memakai jarum suntik bergantian dengan orang yang terinfeksi, terlahir ataupun di susui dari ibu yang terinfeksi dan transfuse darah yang telah tercemar HIV. Wah ngeri juga ya, Cuma karena terlahr dari ibu yang terkena HIV saja anak nya pun bisa tertular. Uiiiiiih sereeeem……
Apalagi dari tuhan ke tahun penderita HIV/AIDS di yogya meningkat 20%. Menurut penelitian PKBI, jumlah keseluruhan penderita HIV yang dilakukan sampai dengan bulan September 2008 adalah 584 jiwa. Sedangkan yang terjangkit AIDS sebanyak 192 jiwa. Makin banyak saja penderita HIV/AIDS di yogyakarta bila masih kurangnya pencegahan dari masing-masing pribadi, terutama para remaja usia 15-24 tahun.
Wahh…. Bagaimana ya penyakit ini bisa menyebar begitu cepatnya? “dengar-dengar sih penularan HIV/AIDS tambah cepat karena pamakaian jarum suntik secara bergantian. Parahnya di tempat tempat umum juga ada jarum-jarum yang sengaja dipasang dan sudah terinfeksi virus HIV/AIDS. Itu dilakukan orang-orang yang ingin menularkan penyakitnya, ngeri banget kan?” jelas eni.
Benar banget, memang sekarang ini penularan virus HIV/AIDS sudah sangat mengerikan. “Media penularan paling banyak berasal dari pemakaian jarum suntik secara bergantian”. Jalas arsih. Pemakaian jarum suntik secara bergantian ini umumnya dilakukan oleh anak-anak remaja yang telah menymbangkan prosentase sebanyak 13% bagi penderita HIV.
“SEbenarnya dalam hal ini, orangtua berperan sangat pentin dalam pencegahan HIV/AIDS di kalangan remaja, hal itu karena orangtua seperti penyaring pengaruh dunia luar,” tutur ibu Justina Satiti selaku pengurus Harian Daerah PKBI. para orangtua masih merasa anak-anaknya masih kecil dan belum saatnya mengerti masalah HIV/AIDS, padahal pengetahuan tentang hal ini sangat penting untuk anak-anak mereka yang beranjak remaja agar tidak salah langkah. Selaian dari orangtua, sekolah juga turut menyumbangkan peran pentin dalam pencegahan terjadinya HIV/AIDS.
“Peran orangtua dan guru sanga penting, seperti membangun keharmonisan baik di rumah maupun di sekolah. Selain itu anak-anak perlu diberikan masukan yang membangun dari dalam diri si anak. Dan hal yang paling penting di sini adalah anak perlu dibekali ajaran yang bermoral dan agamis, seingga aura positif akan muncul dengan sendirinya,” Jelas Edi NAsrudin guru pembimging konseling (Bk) dari SMP PEmbangunan PIyungan.
Suyitno, guru BK SMAN 1 Sewan mengatakan, setiap awal penerimaan siswa baru, penyuluhan mengenai bahayanya HIV/AIDS selalu diberikan kepada para siswa. Medianya pun tidak terbatas dari para guru sendiri. Tetapi mendatangkan narasumber yang dianggap ahli dibidang ini. menurutnya, dengan adanya pemahaman dari orang tua dan penyuluhan dari pihak sekolah setidaknya sudah membuat para remaja mengerti akan bahaya HIV/AIDS. (G Anggertimur/elisa/Farhan Bina Sentanu)-C