Wednesday, August 26, 2009

Gletser di Kutub Meleleh Semakin Cepat 14

Salah satu dari lapisan es terbesar atau gletser di Antartika menipis empat kali lebih cepat dibandingkan sepuluh tahun silam. Penelitian dari pengukuran satelit terbaru di Pulau Pine di kawasan barat Antartika menunjukan, permukaan es terus meleleh hingga 16 meter per tahun.

Sejak 1994, gletser telah menipis hingga 90 meter, yang mengakibatkan peningkatan permukaan air laut. Hasil penelitian ilmuwan Inggris ini ditulis dalam edisi terbaru Jurnal Geofisika. Tim ini dipimpin oleh Profesor Duncam Wingham dari Universitas College London(UCL).

Perhitungan ini berdasarkan ukuran lelehan sejak 15 tahun lalu yang sempat disebut gletser ini bisa bertahan hingga 600 tahun. Tapi data terbaru menunjukan kalau gletser terbesar di kawasan ini hanya akan bertahan 100 tahun lagi. Tingkat penipisan terjadi lebih cepat di pusat gletser dan menimbulkan kekhawatiran jika proses ini berlanjut, maka gletser akan pecah dan mulai mempengaruhi lapisan es tersisa di kawasan ini.

Salah satu penulis dalam Jurnal ini Profesor Andrew Shepherd dari Universitas Leeds mengatakan, lelehan itu akan menambah ketinggian air laut sekitar 3 cm. ”Tapi es tersebut terperangkap di belakang sekitar 20-30 cm dari ketinggian laut. kami tidak tahu apa yang terjadi terhadap es di baliknya”, ujarnya, Jumat (14/8). ”Ini belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan Antartika. Kami telah mengetahui kalau wilayah itu sudah kehilangan keseimbangan sejak beberapa waktu lalu, tapi tidak menduga akan kehilangan dalam jumlah yang besar seperti itu.”

Gletser di Pulau Pine selama ini menjadi subyek penelitian dalam beberapa tahun ini di tengah ketakutan keruntuhan bongkah es akan menyebabkan disintegrasi di lapisan es kawasan barat Antartika. Sebelumnya, Profesor jason Box dari Universitas Ohio, menyatakan terkejut dengan sedikitnya jumlah es yang mereka temukan di Selat Nares, antara Greenland dengan Kanada. Dia juga telah memasang kamera otomatis untuk memantau Gletser Peterman yang besar. Belahan baru yang besar tengah diobservasi dan diperkirakan sejumlah besar bagian belahan itu akan pecah dalam waktu dekat.

Prof Box mengatakan, komunitas ilmuwan sangat terkejut terhadap bagaimana sensitifnya lapisan es ini terhadap perubahan iklim. ”Pertama gletser di Greenland selatan dan sekarang ketika kami bergerak lebih jauh ke utara, kami menemukan hal serupa. Ini seperti membuka tutup botol!” tegasnya

Artik Juga Mulai Menipis

Puluhan ribu kilometer persegi es di laut Arktik meleleh, Minggu (9/8). Dengan mengamati melalui satelit, para ilmuwan memperkirakan luas lapisan sekarang adalah yang tersempit.

Peneliti kawakan Eddie Gruben menyaksikan es yang meleleh semakin luas per dekade. Pengamatan dilakukan sekitar 2.414 kilometer di utara Seattle, AS. Akhir pekan lalu, tepi es tinggal berjarak 128 kilometer menjorok ke laut dan menurut Gruben (89 tahun), 40 tahun lalu, tepi es menjorok 64 kilometer lebih jauh ke laut.

Rata-rata temperatur global naik 0,6 derajat celsius pada abad lalu, tetapi suhu Arktik naik jauh lebih cepat. Pada akhir Juli lalu, suhu naik hingga 30 derajat celsius. “Airnya amat hangat, anak-anak bisa berenang di laut,” ujar Gruben.

Daerah tersebut merupakan permukiman suku Inuvialuit—sebutan untuk bangsa Eskimo Arktik bagian barat. Kamis (6/8), Pusat Data Nasional AS untuk Salju dan Es menyebutkan, sekitar 106.000 kilometer persegi es meleleh pada suatu hari bulan Juli. Ini ekuivalen dengan luas Indiana. Tingkat melelehnya es ini sama dengan peristiwa Juli 2007.

Dari laporan kantor meteorologi di Colorado, kondisi atmosfer sekarang mirip dengan tahun 2007 yang ditandai dengan langit yang amat cerah. Ketika itu, es di Laut Beaufort di utara Arktik juga meleleh.

Sumber : republika, agustus 2009

kompas.com, Agustus 2009

Ngamen Tampil Keren

Benarkah Kota Jogja di kenal sebagai kota pelajar dan sebagai kota budaya?. Jika benar sebagai kota pelajar, lihat banyak anak-anak dan orang dewasa yang mengamen dengan baju compang-camping meminta belas kasihan. Dan julukan kota Jogja sebagai kota budaya, apakah itu juga benar?.
Belakangan ini saya temui pengamen jalanan yang tampil keren. Siapakah mereka?.
Mereka datang di saat lampu merah. Yang membedakan pengamen lain yang sering kita jumpai adalah cara penyampaian dan tujuan mereka. Pengamen yang ini merias diri dan beratraksi di jalan raya menari seirama, Dengan membawa perlengkapannya, memaki rambut yang keemasan, dan tentu saja wajah mereka dirias sedemikian rupa. Mereka biasa di temukan di setiap persimpangan. Ingin tau siapa mereka?
Saat saya temui di perempatan ring road utara, mereka berasal dari temanggung. Mereka mempunyai semacam persatuan paguyupan yang ada di temanggung. Dari banyak seniman itu, Setiap kelompok di sebar ketempat yang berbeda. lima di antaranya adalah mereka yang ngamen di kota Jogja, itupun tidak selalu berada di ring road utara saja. Mereka mempunyai semacam jadwal.
Saat mereka tampil terdiri dari empat penari. Dua penari di depan yang bertugas meminta uang, sedangkan dua penari di belakangnya sebagai penari tetap. Ada juga yang sebagai pemain gamelan. Mereka juga menuturkan bahwa tujuan mereka mengamen tampil keren adalah ingin mempertahankan seni di tanah jawa ini agar tidak punah.
Kelompok jatilan ini selain menarik perhatian saya,.ternyata mengetarkan para pejalan raya.
“Aku salut dengan pengamen jatilan ini. Hadir dalam bentuk kreatif. Jadi orang yang ingin memberi uang tidak segan-segan. Dari pada ngamen tidak jelas. Mending ngamen dengan usaha yang pasti, seperti ini. Mencoba membuat orang-orang yang penat dalam perjalanan pulang terhibur adanya jatilan ini”. tutur Tri Tulasmi yang di Iya-kan ke dua teman-temannya saat saya temui di bis angkot sepulang PKL. (Elisa)

di terbitkan oleh : Tabloit BIAS

Hati-hati 75 Persen Es Kutub Selatan Sudah Hilang

Selasa, 21 Juli 2009 | 10:10 WIB

WEELINGTON, KOMPAS.com - Beberapa ilmuwan Selandia Baru telah memperingatkan bahwa Kutub Selatan mencair lebih cepat daripada perkiraan.

Profesor Peter Barrett dari Antarctic Research Center, Victoria University mengatakan, jumlah es yang hilang mencapai 75 persen sejak 1996, dan bertambah dengan cepat.

Hilangnya gletser di ujung Kutub Selatan mengakibatkan kenaikan permukaan air laut 0,4 Mm per tahun, tambahnya seperti dilaporkan kantor berita Xinhua.

"Hilangnya es global dari Greenland, Antartika dan gletser lain menunjukkan permukaan air laut akan naik antara 80 centimeter dan 2 meter sampai 2100," kata Barett.

Direktur pusat penelitian Profesor Tim Naish, yang memimpin satu tim peneliti yang membor jauh ke dalam batu di Kutub Selatan dan menemukan catatan kuno dari yang terakhir bahwa CO2 atmosfir mencapai tingkatnya sekarang.

Mereka mendapati, 3 juta sampai 5 juta tahun lalu, permukaan air laut cukup hangat untuk mencairkan banyak bagian es Kutub Selatan ketika CO2 atmosfir hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan kondisinya hari ini.

Naish mengatakan es di bagian barat Antartika akan mencair sebelum lapisan es yang lebih besar di bagian timur Kutub Selatan karena es itu berada di bawah permukaan air laut dan menghangat bersama dengan air samudra.

Namun, ia mengatakan penelitian tersebut mengangkat pertanyaan yang tak terjawab mengenai berapa banyak CO2 atmosfir perlu naik untuk mencapai temperatur sampai 2 derajat celsius atau lebih.

Kondisi CO2 di atmosfir sekarang berjumlah 387 bagian per juta, naik dari sebanyak 280 bagian per juta pada awal Revolusi Industri.

BNJ
Sumber : Ant
http://sains.kompas.com

Tuesday, August 25, 2009

Dampak Pemanasan Global, Volume Air Sungai di Lumajang Dan Telaga Sarangan Magetan Menurun

Sesi pembinaan lingkungan hidup oleh Tunas Hijau di SMP Negeri 29 Surabaya, Kamis (13/8), digunakan Yatik Pita untuk berbagi pengalaman lingkungan hidupnya. Menurut siswa kelas 9E SMP Negeri 29 Surabaya ini dampak pemanasan global semakin tahun semakin buruk dan semakin terasa hampir di setiap penjuru dunia. “Tidak terkecuali di desa tempat keluargaku berasal di Lumajang,” kata Yatik Pita, 14 tahun, siswa kelas 9 E SMP Negeri 29 Surabaya. Pada pembinaan lingkungan hidup ini Tunas Hijau melibatkan kelima simpatisan mahasiswa China Jiahui Chen, Ye Xiaohui, Li Hao, Li Dandan dan Wu Shaojing menjadi narasumber.

Keterangan Yatik itu disampaikan di hadapan peserta kelompok Carbon Footprint pada pembinaan lingkungan hidup tersebut. Desa tempat asal keluarganya adalah tempat yang berarti baginya. Selama di desa, Yatik mengaku sangat menikmati liburan panjang sekolah. Namun, sangat disayangkan, sejak tahun lalu, volume air sungai di desa itu berkurang sangat drastis. Akibatnya, Yatik dan keluarganya dari Surabaya merasa susah untuk mandi. “Masyarakat di desaku itu juga terhalang aktivitasnya karena air sungai yang surut,” kata Yatik Pita.

Testimoni Yatik itu adalah salah satu respon dari penjelasan tentang dampak pemanasan global yang disampaikan Ye Xiaohui didampingi aktivis senior Tunas Hijau Bram Azzaino dan Zamroni. Testimoni lain juga disampaikan Bobby, peserta yang lain. Menurut Bobby, dampak pemanasan global juga dirasakan di Telaga Sarangan, Magetan. “Terjadi penurunan volume Telaga Sarangan, Magetan pada beberapa tahun terakhir. Rata-rata suhu di lokasi itu juga mengalami kenaikan,” kata Bobby B.P., 14 tahun, siswa SMP Negeri 29 Surabaya.

Sementara itu kelompok Polusi Udara dipandu oleh Li Dandan dan Li Hao dengan pendamping aktivis Tunas Hijau Bayu Dwi Putra dan Dwi Wisudawan. Pada kelompok udara ini para siswa diajak memahami sumber-sumber polusi udara. Termasuk diantaranya merokok di dalam ruangan yang tingkat bahayanya 10 kali lebih berbahaya dari polusi udara dari knalpot kendaraan di luar ruangan. Pada kelompok Polusi Air dipandu oleh Jiahui Chen dan Wu Shaojing dengan pendamping aktivis Tunas Hijau Afif Amrullah dan Narendra. (roni)

sumber : http://www.tunashijau.org/2009/smp29-1308.htm

Poros Bumi Berubah akibat Pemanasan Global

PASADENA -- Penghangatan suhu air laut akibat pengaruh manusia dapat mengubah poros Bumi, naik 1,5 meter pada akhir abad ini, demikian menurut sebuah studi terbaru.

Bumi bergerak tidak seimbang hampir secara konstan. Perubahan di udara dan sirkulasi lautan mendorong kutub planet ini tidak seimbang secara temporer dengan berlalunya musim. Hanya menghilangnya glasier pada jaman es lampau yang memiliki efek menetap hingga kini. Paling tidak menurut pendapat ilmuwan, fenomena zaman itu menarik kutub mendekati Canada.

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters pekan ini, sebuah tim riset telah menemukan peningkatan tinggi permukaan air laut disebabkan penghangatan suhu ternyata juga berperan nyata dalam mendorong dan menarik kutub planet.

Ketika temperatur laut meningkat, air secara alami akan mengalir dan menyebar, mendorong laut semakin tinggi. Pakar konservasi memperkirakan efek ini mengambil garis pantai global hingga 3 milimeter pertahun hingga abad ini berkahir. Angka kumulatif bisa mencapai 30 senti meter lebih.

"Ketika suhu hangat semakin masuk ke lautan dalam, proses itu akan mendorong air di atasnya," ujar salah satu peneliti, Felix Landerer dari Laboratorium Jet Propulsi di Pasadena, Calif. "Beberapa masa air pun dihantarkan ke ceruk benua bagian lebih atas.

Air tambahan yang naik ke bagian tersebut cukup berat dan cukup memiliki daya untuk menggeser perlahan sumbu rotasi planet sedikit mendekati Alaska.

"Ini merupakan hasil yang sepenuhnya tidak diharapkan," ujar ilmuwan lain dari Laboratorium Jet Propulsi, Richard Gross. Richard sendiri tak terlibat dalam studi tersebut, namun ia memiliki pendapat, "Pemikiran konvensional selama ini...perubahan permukaan air laut tidak akan mempengaruhi rotasi Bumi,"

Penemuan tim riset tersebut paling tidak menggambarkan betapa nyata peran aktivitas manusia mengintervensi Bumi. Meningkatkan gas rumahkaca tidak hanya meninggikan temperatur, namun juga mengubah orientasi seluruh planet.

Lapisan es meleleh bahkan akan memiliki efek lebih besar dalam rotasi Bumi. Terutama es Greenland yang kini seperti bongkahan kulit raksasa retak dan pecah tak terorganizir di puncak perputaran Bumi. Ketika es meleleh, akan mengalir ke laut untuk mendistribusikan berat.

Memang, air meleleh dari Greenland hanya meningkatkan permukaan laut sekitar 0,2 milimeter setiap tahun, namun ia juga memindah kutub dengan angka yang sama setiap tahun.

"Pencairan es di Greenland memiliki efek sepuluh kali lipat pada perpindahan kutub," ujar Felix. Ia menambahkan, efek perubahan kutub akan didominasi oleh Greenland, ketika lempeng besar es terus retak dan terpisah di kawasan itu di masa depan. discovery/itz

sumber : http://www.republika.co.id/berita/71555/Poros_Bumi_Berubah_akibat_Pemanasan_Global

kenangan

kenangan . . .
yang teringat hanya canda dan kesedihan
dalam gelap hati aku menangis
mengenangpun tak jadi arti
semua yang telah terjadi
takkan kembali

kenangan . . .
kan tercipta bila kekasih pergi
tuk selamanya
bisikan hati yang tersimpan dalam bayangan telah jadi bintang
kali ini ku takkan biarkan ia terjatuh atau menangis


sumber :http://toppuisi.blogspot.com/2009/05/kenangan