Museum Gumuk Pasir Yogyakarta : Learning Center Kepesisiran Pantai Selatan

Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai terpanjang nomor 2 di dunia dengan Panjang 99.093 Km, di Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri banyak memiliki pantai dengan keistimewaannya masing-masing, salah satunya adanya fenomena alam unik yaitu gumuk pasir parangtritis yang hanya ada dua didunia . Museum Gumuk Pasir, ada untuk memberikan edukasi seputar keberadaan gumuk pasir, kemaritiman, kepesisiran, dan geospasial di Indonesia khususnya kepesisiran pantai selatan.

Museum yang resmi didirikan pada tanggal 29 November 2015 dengan luas 2 hektar ini terletak di desa Kretek, Parangtritis, Bantul, cukup dekat dengan destinasi pantai parangtritis dan pantai depok. Dari TPU pantai depok tinggal lurus saja ke arah timur. Museum ini berada di sisi kiri/ utara, persis di pinggir jalan raya. Komplek museum ini dulu bernama Laboratorium Geospasial Parangtritis lalu berganti menjadi Parangtritis Geomaritime Sains Park.

‘’Pembangunan museum ini diprakarsai oleh 3 instansi yaitu Badan Informasi Geospasial, Fakultas Geografi UGM, dan Pemerintah kabupaten Bantul. Atas dasar diperlukannya tempat/learning center untuk mengedukasi masyarakat mengenai dinamika gumuk pasir, kemaritiman, kepesisiran, dan geospasial di Indonesia, instansi tersebut membangun museum ini. Pengelola dan biaya operasional ditanggung oleh pemerintah kabupaten Bantul,’’ jelas Uun Sani sebagai edukator Museum.

Museum ini terbagi menjadi 3 bagian bangunan. Menariknya, setiap bangunan memiliki filosofi mengenai dinamika pembentukan gumuk pasir itu sendiri. Seperti Menara kerucut sebagai gunung Merapi (sumber material pasir), Lorong pengetahuan sebagai sungai opak (pembawa material pasir sampai ke pantai selatan), dan Ruang display sebagai gambaran bagaimana gumuk pasir terbentuk.

Perlu diketahui bahwa untuk masuk ke museum ini pengunjung tidak dikenai biaya sepersenpun atau gratis. Pengelola juga tidak membatasi jumlah minimum pengunjung dan tetap melayani walaupun hanya rombongan kecil. Jumlah rata-rata pengunjung perbulan sekitar 500 sampai 2000 orang. Pertama pengunjung akan diarahkan untuk masuk ke Gedung kerucut.

Gedung kerucut terbagi menjadi 4 lantai, sejumlah koleksi yang berhubungan dengan kepesisiran, kemaritiman, dan geospasial ada didalamnya dan terawat rapi. Memasuki Gedung kerucut pengunjung akan memasuki ruangan teatrikal dan disuguhi film pendek mengenai kepesisiran pantai selatan. Kemudian, akan diajak educator mengelilingi lantai satu.

Salah satu tangga di museum gumuk pasir (Foto : Elisa)

Di lantai satu, ada beberapa zona. Beberapa yaitu zona bilik interaktif yang menampilkan hologram mengenai pembentukan gumuk pasir, zona bahari dan zona kekayaan maritim yang berisi potensi-potensi di pesisir pantai selatan DIY. Dilantai satu juga ada zona antara yang menampilkan miniature kapal selam yang menampilkan gambar seolah-olah pengunjung diajak untuk menjelajahi dunia bawah laut.

Naik ke lantai dua, dilantai ini berfokus pada geospasial karena terdapat dua zona, yaitu zona pemetaan dan zona penginderaan jauh. Berbagai koleksi mengenai geospasial ada disini. Tertata rapi dan berjejer, bahkan ada beberapa alat yang dapat dicoba oleh pengunjung, seperti steroskop alat yang mampu melihat peta 2 dimensi menjadi 3 dimensi. 

Dilantai ini juga ditampilkan poster-poster mengenai pemetaaan, dan sejarah mengenai pemetaan. Ada beberapa alat pemetaan dari masa lalu hingga yang modern seperti saat ini. Contohnya yaitu alat untuk membuat peta yang berukuran besar dari jaman dulu. Ada juga layar interaktif yang dapat menampilkan google earth dan pengunjung dapat dapat memindah-mindah citra yang ditampilkan.

Kemudian di lantai 3 ada zona gumuk pasir dan zona batu-batuan. Dilantai ini terdapat banyak tulisan mengenai gambaran umum dan pembentukan gumuk pasir. Menjelaskan juga bahwa gumuk pasir memiliki banyak manfaat bagi masyarakat sekitar, seperti gumuk pasir adalah media paling efektif untuk menyimpan cadangan air tawar yang banyak, gumuk pasir juga dapat sebagai tembok alami saat tsunami datang karena tinggi gumuk pasir adalah 12 meter sedangkan tinggi tsunami tidak lebih dari 12 meter. Ada juga beberapa koleksi mengenai batu-batuan yang ada di DIY ini.

Lantai tertinggi atau lantai 4 gedung kerucut ini atau biasa disebut Menara pandang. Dilantai ini memungkinkan pengunjung untuk melihat keadaan sekitar dari ketinggian karena lantai ini dibatasi dan dilapisi kaca sehingga pengunjung dapat melihat keluar. Bagian kedua dari museum gumuk pasir adalah Lorong pengetahuan yang menghubungkan Gedung kerucut dengan ruangan display. 

Untuk masuk Lorong ini pengunjung harus turun ke lantai dua, selama didalamlorong pengetahuan, pengunjung diajak seolah-olah sedang meyusuri sungai opak. Di dalam Lorong terdapat poster yang menjelaskan dinamika bagaimana pembentukan gumuk pasir. Apabila berkunjung pada sore hari Lorong ini akan terlihat lebih indah karena cahaya yang masuk akan berwarna oren atau biru itu karena jendela yang ada terpasang kertas berwarna.

Foto : Elisa

Bangunan terakhir yaitu Gedung display. Ruangan ini dibekali dengan teknologi, seperti ada sebuah ruangan eduteknologi dimana pengunjung dapat memainkan komputer yang akan mensimulasikan  drone. Sesuai dengan tujuan awal, museum ini berkomitmen untuk menjadi museum yang interaktif dan berteknologi tinggi. Museum gumuk pasir juga terbuka dengan pelajar yang ingin melakukan penelitian mengenai gumuk pasir atau kepesisiran. Salah satunya adalah telah terbentuk tim peneliti muda Barchan Ranger Club dengan anggotanya adalah SMA N 1 Jetis, Bantul yang rutin melakukan konsultasi penelitian di Museum ini.

‘’ Keren banget, didalam museumnya sangat interaktif dan menarik untuk belajar mengenai kepisisiran pantai selatan dan mengenai pembentukan gumuk pasir, mungkin kedepan pengelola hanya perlu berusaha lebih untuk pengenalannya sendiri ke masyarakat’’ ujar Dyah mengunjung museum dari Sleman.

Berbeda pendapat dengan Ketua Barchan ranger club (BRC), Yogi yang juga pengunjung di sana. Menurutnya, Museum gumuk pasir tidak hanya sebagai pusat tempat informasi saja, namun menjadi tempat yang asyik untuk melakukan penelitian karena disini kita dibimbing dan diarahkan oleh ahlinya. (Eko Setyo Prayogi)


Dipublikasikan di Tabloid BIAS, Edisi 2, 2019
Museum Gumuk Pasir Yogyakarta : Learning Center Kepesisiran Pantai Selatan Museum Gumuk Pasir Yogyakarta : Learning Center Kepesisiran Pantai Selatan Reviewed by elisa on Tuesday, April 26, 2022 Rating: 5

No comments:

Sahabat

Powered by Blogger.